18

13 1 0
                                    


Setelah aku selesai dengan pikiran - pikiranku aku keluar dari kamar mandi. Dan mengganti pakaianku. Aku berusaha tegar.. berusaha melupakan kejadian tadi. Aku tak ingib melihat Ferdi dan Wina khawatir dengan ke adaanku saat ini.

Aku keluar dari kamarku. Aku melihat Wina dan Ferdi menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Mengapa kalian menatapku seperti itu."

"Rei.... lu gak papa kan??"

"Enggak.. gua baik-baik aja Win."

"Beneran kamu gak papa dik?"

"Aku gak papa bang.."

Mereka berdua masih menatapku aneh.

"Oiyah.. bang ibu gak telepon kapan pulang?"

"Oh iya.... tadi ibu telepon... ibumu bilang gak jadi pulang hari ini.."

"Loh kenapa..?"

"Iyah.. ibumu sama ibu abang mau ke singapure. Mau antar ibu abang kontrol paling mereka cuma tiga hari di sana.."

"Oh... Fadil juga ikut bang.. ?"

"Enggak dia nemanin Andra di rumah abang. Jadi yang ke singapure cuma ibumu sama ibu abang".

"Oh... begitu.." kataku.

"Kayaknya kamu udah gak apa-apa.. abang tinggal pulang boleh..?"

"Oh.. boleh kok kalau abang mau pulang sekarang aku gak papa.."

"Yaudah abang pulang yah.. Win.. titip Reina ya.."

"Iyah bang pasti" kata Wina.

"Hati-hati yah bang..." kataku menatap bang Ferdi meninggalkan kami.

Aku diam.. Wina menatapku. "Sebenarnya apa masalah loe Rei. Cerita sama gue.."

Aku tertunduk ku helahkan napas panjangku. "Maruli.. Win.."

"Kenapa sama Maruli?" Tanya Wina sambil menatapku tajam.

"Dia bertengkar sama orang tuanya karena aku."

"Terus... dia tau ada loe di sana..?"

"Enggak... dia gak tau."

"Loe denger semua percakapan mereka?"

"Iyah.. dengar.."

"Terus apa katanya?"

"Intinya... orang tuanya gak setuju jika aku berpacaran sama Maruli."

"Gue.. turut prihatin yah sama loe."

"Iyah Win.."

"Dah.. loe jangan sedih lagi" kata Wina sambil memelukku..

Aku mendengar suara bell rumahku berbunyi. Aku bergegas keluar dan membuka pintu depan.
Aku terkejut melihat Maruli yang sudah berdiri di depan rumahku.
"Ma..Maruli.." aku terkejut dia datang tanpa memberitahuku lebih dulu.

Dia menatapku. " kenapa matamu bengkak.. kau habis menangis."tanyanya kepadaku sambil mengusap pipiku.

Aku menatapnya."duduk dulu.. aku akan membuatkanmu minum".
Maruli mencekal tanganku.dan mengajakku duduk di sebelahnya.
"Tidak usah.. sekarang jawab pertanyaanku. Mengapa kau menangis.? Apa kau mendengar pertengkaranku dengan kedua orang tuaku?".
Aku terkejut. Namun aku tak menjawab pertanyaannya. " bagaimana kamu tau aku ada di sana.?"

"Aku tahu.. aku melihatmu berlari dari depan rumahku."

"Lalu... apa lagi yang kamu tau.." tanyaku penuh selidik.

"Aku mengejarmu keluar rumah.. aku juga melihatmu terjatuh dan di hampiri oleh Hasuli. Saat itu aku tak mampu melihatmu menangis dan berlari. Aku juga bertemu dengan Hasuli. Dia memukulku."

Aku terkejut mendengar bahwa Maruli di pukul olehnya." Apa kau terluka... mana yang sakit?". Tanyaku sambil meraba wajahnya.

"Aku tidak apa-apa.. jangan khawatirkan aku.."

"Lalu apa yang dia katakan padamu?"

"Dia cuma bertanya mengapa kamu bisa nangis dengan keadaan basah kuyup. Dan juga dia mengancamku akan merebutmu dari ku. Lalu aku berkelahi dengannya."

Aku menghela napas panjang. Ku tatap Maruli dengan dalam. " kau mencintaiku Maruli?" Tanyaku padanya sambil mengusap pipinya.

Dia menyentuh tanganku yang masih menempel di pipinya. "Tentu... aku mencintaimu.." lalu dia mengecup bibirku.  Dia menatapku dan menciumku lagi dengan lembut.

AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang