19

9 1 0
                                    


Aku memeluknya denga erat seakan aku tak ingin dia pergi.
"Sudah... aku tak akan kemana-mana.." katanya sambil mengusap rambutku.

Aku menatapnya lalu ku pengang tangannya.dengan diam.

"Aku takut kehilanganmu Rei. Mungkin jika aku kehilanganmu aku akan menjadi orang lain".

"Shhhuuuut jaga ucapanmu... aku tak akan meninggalkanmu kalau kau yang meminta."

Maruli menatapku dan mengecup buku-buku tanganku lalu membelai wajahku. "Aku punya sesuatu buatmu.. tadi aku lupa membawanya saat kita tadi di mall." Maruli mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya.

"Aku menatapnya. "Ini indah..." aku menyentuh kalung liontin di dalamnya terukir inisial M love A.
"Aku akan memakaikannya kepadamu" kata Maruli kepadaku.

Aku membelakaninya dan Maruli mulai memakaikannya untukku.
"Terimakasih... "aku tersenyum sumringah menatapnya.

"Sama-sama sayang.." sambil di usapkannya rambutku.

"Aku belum bisa ngasih apa-apa kepadamu.maaf yah.."

"Tidak... cukup hatimu milikku aku sudah senang." Kata Maruli.
"Yaudah jangan sedih lagi yah... aku gak mau kamu sedih nanti jelek loh kalau kebanyakan nangis.." kata Maruli sedikit mengejekku.
Aku memanyunkan bibirku.

"Memangnya aku jelek yah kalau lagi nangis..?"

"Semua wanita kalau lagi nagis memang jelek... gak ada yang cantik kataku". Maruli mencubit pipiku dengan gemas.

"Ihh..  sakit tau... di cubit"

"Abis aku gemes sama kamu". Kata Maruli.
Kami tertawa.. dengan tingkah kami masing-masing.

"Oh iyah aku pulang dulu yah Rei.. kamu istirahat gih..".

"Iyah... hati-hati.. terimakasih hadiahnya."

Maruli bangkit dan memainkan kedua alisnya tanda dia berkata iya.
Aku menatap kepergian Maruli yang menjauh dari rumahku.lalu aku masuk dan mengunci pintu rumahku.
Aku berjalan dan ikut menonton tv dengan Wina.

"Udah balik Maruli?" Katanya tanpa menatapku.

"Udah.. baru aja.." aku tersenyum-senyum sendiri memandangi kalungku. Wina yang sadar akan keberadaan kalung yang melingkar di leherku langsung antusias.
"Coba lihat"katanya sambil memegang liontin ku."bagus banget Rei.. jadi iri aku.. "

"Ih gak boleh iri..." kataku.

"Maksudku iri.. kalau Maruli sering kasih kamu hadiah-hadiah. Sedangkan Rakry gak pernah kasih aku hadiah.." katanya sambil memanyunkan bibirnya.

"Dah... jangan sedih.. semoga kamu dapat pengganti yang bisa nyenengin hati kamu Win." Kataku menghibur Wina.

Aku mendapat pesan singkat dari Maruli
From Maruli.
"I love you Rei."

Aku membalas pesan darinya.

Aku
"Love you too"

Dia tak membalas lagi pesannya. Aku meletakkan hpku di atas meja ku lanjutkan acara nonton tv bersama Wina.

☆☆☆☆

Saat aku sarapan bersama Wina. Sepertinya Aku mendengar suara mobil milik Ferdi. Dan ternyata memang benar. Itu Ferdi dia menjemputku dan Wina untuk ikut ke kafe miliknya.
"Eh.. udah siap belom....katanya mau bantu-bantu abang di kafe.."

"Iyah ini udah siap kok bang.. ayo berangkat sekarang " kataku sambil melihat Wina juga sudah siap untuk ikut.

Kami berangkat menuju kafe milik bang Ferdi. Di perjalanan aku melihat Hasuli duduk di bangku taman dan menatapku yang tak menutup kaca mobil. Dia melihatku dengan tatapan itu. Tatapan yang tak bisa aku artikan sejak kejadian kemarin. Aku melihatnya dari sepion mobil.dan dia masih menatap keperganku.

"Kenapa Rei.. apa ada masalah?" Tanya bang Ferdi kepadaku.

"Hem... enggak bang jangan khawatir.".
Di perjalanan aku hanya diam.. membiarkan saudaraku mengobrol dengan temanku Wina. Hingga tak terasa kami telah sampai di kafe milik abangku Ferdi.

AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang