Setelah hampir 1 jam. Barulah Durahman sadar. Ketika baru membuka mata, tangannya memegang dahi sebab kepalanya masih terasa sangat pening. Dan ketika tangannya sudah meyingkir ia menatap langit-langit rumah yang seperti ia kenal, tapi dimana?
Seketika ada seorang perempuan muncul dibalik tirai pintu sambil membawa nampan berisi teh hangat dan semangkuk bubur, ia adalah Nur Lela.
Durahman bangkit dari tidur seketika, keterkejutan mengalahkan rasa peningnya."Nur Lela?" Ia bicara setengah teriak.
"Tenanglah, badanmu masih lemas."
"B-bagaimana bisa?" Ia masih ternganga.
Nur Lela duduk di samping Durahman, dan menyodorkan makanan yang ia bawa "Sudahlah, kau makan saja dulu."
Durahman lalu memakan semangkuk buburnya dengan perasaan yang masih bingung. Sedangkan Nur Lela masih berada disampingnya, memastikan bahwa bubur yang ia bawa benar-benar dimakan oleh Durahman.
Tak berapa lama perempuan lain keluar dari balik tirai pintu, ia adalah Mak Sedah.
"Syukurlah kau sudah siuman, habiskan buburnya ya biar tenagamu lekas pulih" Mak Sedah bicara dengan raut kasih sayang.
Durahman yang masih bingung hanya menjawab dengan gagu "I-iya Mak"
Mak Sedah pun bicara dengan Nur Lela "Lela kau tak punya baju yang pas untuk dipakai Durahman kah? Kasihan dia hanya pakai celana itupun basah"
"B-baju yang pas?"
"Iya coba kau Carikan dulu" ucap Mak Sedah.
***
Hampir 15 menit tapi Nur Lela belum kembali.
Mak Sedah mulai tak sabar, sedang Durahman hanya diam."Lela... bagaimana ada tidak?" Mak Sedah memanggil-manggil Nur Lela.
"Bentar Mak!" Nur Lela menjawab dari kamarnya.
Ia pun keluar dan membawa sebuah Koko putih dan sarung warna putih.
"Kau punya baju laki-laki lel" tanya Mak Sedah yang cukup terkejut. Mengingat Nur Lela tinggal sendirian.
"I-ini punya bapak dulu waktu menikah dengan ibu, cuma ini satu-satunya baju yang pas. Tapi ini juga baju bapak satu-satunya yang tersisa" jawab Nur Lela.
Durahman ikut bicara "Tak usah Lela, biar begini saja. Aku akan segera pulang dan ganti baju"
"Tak apa, kau pakai saja" ucap Nur Lela sambil menundukkan kepala dan menyerahkan baju bapaknya.
"Tak apa?" Durahman ragu.
"I-iya" jawab Nur Lela yang sama ragu.
Durahman akhirnya menerima baju pinjaman dari Nur Lela.
Beberapa menit kemudian setelah meminjam kamar Nur Lela untuk ganti baju.
Durahman keluar dengan perasaan gugup. Sebab tak enak, baju yang ia pakai sekarang pasti sangat berarti bagi Nur Lela.
Mak Sedah langsung tersenyum dan berkata "Mirip bapakmu dulu lel"
Mendengar sergahan Mak Sedah, Nur Lela hanya menundukkan kepala.
"Se-setelah ini akan segera kukembalikan" Ucap Durahman masih dengan perasaan tak enak.
Sedangkan Nur Lela hanya mengangguk sambil tetap dengan menundukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar
RomanceSegala jenis lelaki pernah ia tolak. Dari duda kaya raya di desa. Hingga yang terparah adalah lelaki tampan dari desa seberang bernama Durahman.