BAB 6

5K 475 12
                                    

Akhirnya Anna bisa bernapas lega ketika mengetahui bahwa Bayu dan Amel baik-baik saja. Bahkan gadis itu kini bersandar manja di dada sang ayah dan untungnya ranjang yang sedang Bayu tempati itu besar. Bukan hanya ranjangnya saja tapi juga ruang inapnya, bahkan ruang inap Bayu dan Amel disatukan.

“Anna tadi khawatir banget pas tau kabar kalo kalian berdua kecelakaan,” bertahun-tahun tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah kini dirinya menjelma menjadi gadis yang manja.

Bayu mengusap rambut Anna, “Papa nggak pa-pa kok,”

“Nggak pa-pa gimana kalo kepala Papa sampe diperban gitu.” Protes Anna.

Bayu terkekeh mendengarnya. Anna semakin mengeratkan pelukannya pada Bayu sedangkan Kenziano cowok itu sedang membeli makan untuk Anna sekaligus paham jika Anna butuh waktu berdua dengan Papa-nya untuk mengatakan hal yang terjadi.

Dan sekarang Anna dibuat bingung. Apa dia harus mengatakan hal ini pada Bayu? Atau sebaiknya dia katakan saja jika Bayu sudah sehat? Tetapi jika tidak segera dikatakan Anna takut orang itu akan semakin menjadi-jadi. Anna sangat tidak ingin kebahagiaan yang dia miliki saat ini akan hancur begitu saja. Setidaknya jika Byu mengatahui pasti pria itu akan langsung bertindak.

“Pah…”

“Hmm?”

“Papa ngerasa kecelakaan Papa ini disengaja nggak?”

“Maksud kamu?” Bayu terlihat sangat bingung dengan pertanyaan Anna.

Anna menghela napas, bangkit dari posisinya dan duduk sambil menatap Bayu.
“Anna dapet paket.”

Bayu mengernyitkan dahinya, “kamu abis belanja online?”

Anna menggeleng. “Bukan, Pah.” Gadis itu menoleh, menatap ke arah ranjang dimana Amel sedang tertidur. Jika dirasa bahwa Amel tertidur pulas Anna kembali memusatkan penglihatanya ke Bayu.

“Paket itu isinya foto kita waktu liburan di Bali, Pah. Dan di foto itu ada tanda silang merah yang ternyata darah di wajah Papa sama Mama. Setelah aku paham sama maksud foto itu aku dapet kabar dari pihak rumah sakit kalo kalian kecelakaan.” Jelas Anna, kali ini ia menjelaskan dengan tenang tidak lagi dengn suara bergetar seperti saat dia bercerita pada Kenziano.

“Dan aku yakin kalo kecelakaan Papa dan Mama ini disengaja, dan pastinya ini ada hubungannya sama paket itu. Ini pasti ulah orang yang sama,”

Bayu dibuat terkejut  mendengarnya.
“Dimana foto itu?”

“Anna simpen di kamar Anna.” Jeda, “Pah, Anna mohon jangan kasih tau persoalan ini ke kak Alena ataupun Mama. Mereka pasti akan sangat panik, Papa cukup kasih keamanan aja untuk mereka tanpa sepengetahuan mereka juga.”

Bayu menggenggam tangan Anna, “Dan Papa juga akan menberi keamanan pada kamu,”

Anna menggeleng menolak. “Nggak Pah, Anna yakin kalo Anna bisa jaga diri sediri.”

“Nggak Rose,” Bayu melarang dengan tegas, “di sini bukan kami yang diincar, tapi kamu.”

“Maksud Papa?”

“Rose, bukan sehari-dua hari Papa berada di dunia seperti ini. Untuk mendapatkan mangsa kita harus tahu di mana titik kelemahannya. Dan mereka tahu bahwa kelemahan kamu adalah kita, kami hanya perantara saja untuk mereka mendapatkan kamu.” Penjelasan Bayu membuat Anna paham.

“Mereka tidak akan menyakiti kita dengan parah, tapi mereka akan menyakiti kamu dengan kejam. Begitu cara kerjanya, Rose.”

“Pah, tapi Anna nggak akan nyaman kalo harus dijagain sama bodyguard Papa.”

In The Name Of Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang