Part Eighteen

1.6K 134 88
                                    

Malam itu, Yuki pulang dengan wajah murung. Tertunduk lesu dan kelelahan dengan langkah berirama. Pikirannya melayang pada sesosok lelaki yang tak mampu dia lupakan sekejap pun, sama sekali tidak berharap pertemuan dengannya dalam keadaan seperti itu. Energinya hilang saat membayangkan sikapnya, tadi itu bukanlah ketulusan hatinya. Mengejutkan Al dengan cara seperti itu, tak pernah terpikir olehnya.

Tapi tiba-tiba langkah gontai Yuki terhenti disertai buyarnya lamunan, pandangan yang dari tadi nanar menatap lantai kini menangkap sepasang kaki berdiri di hadapannya dalam jarak yang sangat dekat. Perlahan Yuki mengangkat kepalanya.... senyum hangat sang mama menyambut dengan antusias, seakan telah menanti sejak tadi.

"Ma?" Ucap Yuki bersikap seolah tak terjadi apapun barusan.

"Kamu sudah pulang.. bagaimana pestanya? Berjalan lancar?" sebenarnya dia hanya memastikan semuanya baik-baik saja, tapi wajah murung yang berusaha Yuki sembunyikan itu sudah menjelaskan semuanya.

"Ya, acaranya sudah selesai, Rumah Sakit itu sangat besar dan bagus." Jawab Yuki tersenyum tipis, juga tidak berani berlama-lama membalas tatapan sang mama.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya sang mama dengan tatapan menyidik.

Yuki meyakini ada maksud tersirat dari pertanyaan itu, dia tidak berani berbohong, hanya bisa menghindar karena takutnya sang mama segera tahu kalau tadi dia bertemu dengan Al.

"Baik-baik saja,ma. Ma, papa sudah tidur?" Yuki mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya belum. Kamu ingin melihat papa?"

"Ya"

Yuki cepat-cepat pergi dari sana, langsung menuju kamar sang papa tanpa tahu pandangan curiga sng mama yang terus mengekori hingga dia berlalu. Dalam hatinya, sang mama menebak-nebak apa yang sudah terjadi. Bahkan dia tak menghiraukan seorang pelayan yang lewat di depannya.

"Nyonya, anda baik-baik saja?" Tanyanya ragu, sukses membuat lamunan nyonya Kato buyar.

"Ah, ya, baik-baik saja."

Meski sedikit penasaran, pelayan itu pun tak berani mengganggu. Dia membungkuk untuk kemudian pergi, tapi nyonya Kato menghentikannya.

"Tunggu dulu!"

Pelayan itu kembali menoleh pada nyonya Kato yang seperti baru mengingat sesuatu.

"Anda perlu sesuatu, nyonya?"

"Kepala Pelayan Jo... dimana dia?"

"Dia masih di depan, nyonya ingin saya memanggilnya?"

Sekilas nyonya Kato menoleh ke lantai atas dimana Yuki dan suaminya sekarang berada seperti mempertimbangkan sesuatu.

"Ah, Tidak usah. Biar saya yang kesana."

"Baik nyonya, saya permisi." Ucapnya sekali lagi membungkuk, dan pergi.

Nyonya Kato langsung menuju pintu utama untuk mencari kepala pelayan Jo.

--------------------------------------------

Di dalam kamar, terlihat Yuki sedang memeluk tuan Kato yang tubuhnya tersandar di bantal, di hadapannya, televisi masih menyala. Tuan Kato masih belum bisa berbicara, tapi tatapannya seolah menyimak pembicaraan orang lain. Yuki mengenggam tangan sang papa erat-erat dengan penuh rasa bersalah, sorot mata gadis itu terlihat sedih meski dia berusaha menutupinya.

"Kenapa papa belum tidur?" Tanyanya pelan.

Betapa senangnya Yuki ketika sang papa merespon pertanyaannya, meskipun hanya sebuah lirikan yang tertuju pada televisi.

Heart (END)Where stories live. Discover now