:: Bab X ::

2.3K 178 13
                                    

Cantik, bisa temenin gue, gak ke toko buku? Nyari bahan buat tugas, nih.😩

Sorry, ya, chubby bear Luna. Gue gak bisa, nih. Ada matkul tambahan sekarang 😢.

YAHH aku menangis 😭

Please, jangan kangen aku ya. Besok kita hangout bareng, oke? luv u 😘

ISH gue masih normal, Luna! 😤

Iyadeh yang mau dijodohin terus dinikahin ama polgan alias polisi ganteng akwowkwok 😆 have fun, my lovely chubby bear ! your beautiful Luna love you somat ! 💞

Ponsel itu langsung  dimatikan, sementara sang empunya nampak berdecak sebal. Delia tentu tidak punya pilihan lain, selain tetap pergi ke toko buku meski sendirian. Karena buku yang akan ia cari harus dibawa besok untuk digunakan mengerjakan tugas bersama kelompoknya.

Jika kebanyakan orang lebih senang pergi sendirian, tapi tidak dengan Delia. Ia hanya merasa tidak nyaman jika harus berpergian seorang diri. Karena, entahlah. Ia merasa tidak percaya diri. Ia takut jika tiba-tiba saja tanpa sengaja melakukan hal ceroboh dan menjadi tontonan banyak orang serta harus menahan malu sendirian. Dirinya sangat tidak suka situasi seperti itu. Ia lebih suka berpergian ramai-ramai, atau paling tidak berdua dengan Luna karena setidaknya ia bisa mengandalkan Luna untuk melindunginya jika sesuatu terjadi. Dan tentu menjadi temannya mengobrol agar ia tidak merasa begitu kesepian.

Akan tetapi, pada akhirnya, keadaan memaksanya harus berdiri di toko buku itu seorang diri. Mencoba mengenyahkan rasa tidak percaya dirinya, Delia lantas memilih bergegas mencari buku yang ia butuhkan dan berencana akan segera pulang. Ia tidak betah berlama-lama sendirian di tempat umum.

Delia mencari ke setiap rak yang ada di toko buku tersebut. Membaca setiap judul yang ada dengan seksama, namun ia tidak kunjung menemukan buku yang ia cari sedangkan hari semakin sore.

Setelah beberapa saat hampir menyerah, Delia menguatkan dirinya untuk kembali menelaah di setiap sudut di toko buku tersebut. Ia sampai mendongakan kepalanya agar bisa membaca judul buku-buku yang tertata di rak paling atas. Berharap jika ia bisa menemukan bukunya di sana.

Dan benar saja. Ia berhasil menemukan judul buku yang ia cari di rak paling atas di depan tempat dirinya berdiri. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat tangan kanannya dan hendak meraih buku tersebut. Akan tetapi, ternyata tangannya tidak cukup panjang untuk bisa meraih buku incarannya itu.

Pantang menyerah, Delia terus berusaha agar buku itu bisa ia dapatkan. Ia bahkan sampai berjinjit, berusaha agar setidaknya ia bisa mencolek buku tersebut. Namun usaha itu tidak juga membuahkan hasil. Tangannya bahkan sudah terasa sangat pegal karena terus terangkat selama hampir 10 menit Delia berusaha mengambil buku incarannya.

"Ih! Siapa, sih yang naro buku di situ?!" gerutu Delia pada akhirnya yang menyerah untuk mengambil buku tersebut. Ia memijat pelan lengan besarnya yang terasa nyeri karena terus meregang. Efek dirinya yang tidak terbiasa olahraga juga sepertinya menjadi salah satu pemicu mengapa ia merasakan tangannya sangat pegal.

Delia menggaruk kepalanya yang tertutup pashmina berwarna hijau lumut itu sambil memikirkan cara bagaimana ia bisa mendapatkan buku tersebut. Dirinya masih terus berusaha untuk mengambil buku itu walaupun sedari tadi jari jemarinya tidak ada yang berhasil menyentuhnya.

Ia pun kini beralih memperhatikan sekeliling, mencoba mencari bangku atau tongkat atau alat apapun yang bisa membantunya. Tapi, nihil. Seolah-olah dirinya sedang dikutuk saat itu sebab ia tidak kunjung bisa mendapatkan apa yang ia butuhkan.

"Bismillah. Ya Allah, tolong bantu, Delia. Demi tugas kuliah," gumam Delia pelan, berharap Tuhan akan mengirimkan bantuan dalam bentuk apapun untuk membantunya. Dirinya pun juga tetap berusaha berjinjit untuk menggapai buku tersebut sampai jari-jari kakinya terasa sakit menahan tubuhnya sendiri yang tentu saja berat.

Between the Difference [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang