Freezing Point [8]

26 0 0
                                    

"Apa gunanya pendidikanmu mencari orang hilang saja tidak bisa" Neal laki-laki itu bersuara nadanya terdengar santai namun kata-kata yang meluncur dari mulut laki-laki itu sungguh tidak bisa dikatakan ringan.

"Seragam aparatur negara tapi kemampuan tak lebih dari penghianat negara,memalukan" Neal tak segan mengeluarkan ucapan pedas yang menjadi ciri khas laki-laki itu ucapan dan matanya seakan berbanding terbalik mata yang tenang dan ucapan yang menyayat hati sungguh menyakitkan.

"Sabar tuan!,kasus di negara ini banyak jangan anda kira orang hilang hanya satu saja,banyak orang di luar sana menunggu keluarganya pulang lebih lama dari anda" Pihak berwajib yang mendengar ucapan Neal seakan terpancing emosinya naik begitu saja mendengar penuturan Neal yang tak tertata.

"Oh pantas saja,orang hilang saat ditemukan hanya ada jasadnya.Jadi ini alasannya,anda kira saya bodoh.Apa gunanya kalian sekolah dan memakan uang rakyat jika kerja kalian lamban melebihi siput.Hidup lah di neraka kalian hanya memakan gajih buta saja bersantai ria dengan kata penuh siasat"

Dengan kalimat panjangnya Neal bersuara hati siapa yang tidak suka mendengar penuturan pedas yang Neal ucapkan.Mata dan hati memang berbeda jika kata orang mata adalah jendela hati sepertinya kalimat itu tidak berfungsi untuk Neal.

Matanya yang menghanyutkan orang hanya denga sekali pandang akan menghantarkan kekecewaan setelah mendengar kata-kata yang biasa ia keluarkan,manusia memang tidak ada yang sempurna.

"Jangan salahkan saya jika kepolisian dicap sebagai aparatur tak berguna termasuk anda,saya tidak menjamin anda bisa tertawa esok"

Neal melangkah meninggalkan tempat yang menjadi kepercayaan banyak orang.

Neal bukan lah laki-laki yang mudah percaya apalagi pada pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan tertinggi sungguh mereka memiliki rangkaian kata maut untuk menyesatkan orang banyak.

Tangan Neal bergerak mesuk ke dalam saku celana bahan miliknya mengambil benda yang akan membawanya untuk menghancurkan hati petinggi negara.

Bibirnya sudah tersungging miring,matanya menatap tenang seolah tak terjadi apa-apa.Gerak tubuhnya yang santai membuat orang percaya jika ia laki-laki yang baik lagi sopan Neal sebenarnya tidak menginginkan itu.

Memiliki ketenangan yang menjadi ciri khasnya namun Tuhan memberikan hal itu secara percuma,untuk apa menolak toh ia diberi meski ketenangan miliknya seakan kamuflase yang sempurna untuk kekejaman dunia.

Berpura-pura bukanlah gaya Neal tapi entah kenapa jiwanya seakan menegaskan bahwa bahasa tubuh dan hatinya jauh berbeda.

Sudah satu minggu ia menunggu kabar kehilang Denia tak ada perkembangan sedikitpun,dugaan sementara dari pihak berwajib Denia kabur menghilangkan diri beralasan ia butuh menenangkan diri.

Neal yang mendengar penuturan itu tiga hari lalu hanya terkekeh geli,klise sekali alasan para aparat negara itu.Neal berdecak tak suka ia sudah tau taktik ini menenangkan keluarga korban dengan alasan yang begitu rumit astaga Neal tidak mudah dibodohi.

Ia tahu Denia tidak akan seperti itu,aparatur negara saja yang malas bergerak sehingga menyimpulkan sesuatu yang mustahil bagi Neal.

Denia hilang pasti ada sebabnya tidak mungkin hanya karena alasan sesederhana.

Tak mungkin ia menghilang begitu saja,sebelum pulang pun Denia masih bersama Neal bercerita panjang selama ia mengantarkan Denia pulang tak ada yang aneh semua baik-baik saja hingga pagi harinya Denia hilang bak ditelan bumi.

Tanpa jejak sedikitpun tanda-tanda ia diculik saja tidak ada benar-benar menghilang lenyap tanpa jejak.

Kaki Neal melangkah memasuki cafe yang penuh pengunjung.Matanya menatap para pengunjung yang menyapanya dengan senyum tipis.

Freezing PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang