Chapter 4: Hubungan Yang Kuat

15 4 0
                                    

Chapter 4

                Hubungan Yang Kuat

Tiga hari berlalu sejak pertarungan terakhir melawan Zaka dan Meli di mana misi tersebut terpaksa kubatalkan karena keadaan yang memaksa, Lia mendapat dua luka yang cukup parah dari kedua kriminal tersebut dan beruntung masih ada Teo dan Rika yang dapat menangani luka tersebut dengan cepat.
Selama tiga hari tersebut Rika terus menemani Lia di kamarnya dan rutin merawat luka-lukanya, dia sampai rela tidak tidur semalaman dan makan terlambat demi merawat sahabatnya tersebut dan hal yang sama juga dilakukan Lia ketika perut Rika terdapat luka robekan lebar dan patah tulang lengan akibat pertarungan melawan chimera, melihat apa yang dilakukan mereka terhadap satu sama lain membuatku merasa kalau pasangan sahabat itu mustahil untuk dipisahkan.
Di pagi yang cerah dengan kehangatan dari sinar matahari,  Rika keluar dari kamar Lia dengan tubuh lemas dan mata yang seperti mata panda karena kurang tidur.

“Selamat pagi Rika,” sapaku.
“Selamat pagi Jeamiy ... hoam ....” balas Rika sembari menguap.
“Sepertinya kau kurang tidur, matamu seperti mata panda,” candaku.
“Aku memang kurang tidur,” balas Rika.

Rika berjalan dengan tubuh membungkuk seperti tak memiliki tenaga sama sekali dan karena tak sanggup lagi menahan tubuhnya sendiri akhirnya dia memutuskan untuk duduk di kursi sofa sembari menyandarkan tubuhnya, dia benar-benar tampak sangat kelelahan.

“Teo ... Fani ... Cepat kemari!” panggil Rika.
“Ada apa Rika?” tanya Fani.
“Pagi-pagi sudah memanggilku,” balas Teo.
“Aku punya tugas untuk kalian,” jelas Rika.
“Tugas apa itu?” tanya Fani.

Rika memanggil Fani dan Teo karena ingin memberi dua orang tersebut sebuah tugas, aku merasa kalau Teo dan Fani sekarang sudah berada di bawah kendali Rika. Setelah mereka berdua datang Rika memberikan dua buah tas yang terlihat cukup besar.

“Tas apa ini Rika?” tanya Fani.
“Kau ingin kami melakukan apa?” tanya Teo.
“Tas ini berisi micro camera yang akan sulit dilihat ketika malam hari, tolong sebarkan ini di kota agar aku dapat menemukan lokasi dua kriminal itu, jika Jeamiy yang melakukannya maka ada kemungkinan Zaka akan melihat dan akhirnya dia akan mengambil tindakan pencegahan,” urai Rika.
“Oh jadi ini rencanamu selanjutnya untuk menemukan target kita kali ini?” tanya Fani.
“Tepat sekali,” ucap Rika.
“Baiklah Rika, kau terlihat sangat berantakan jadi aku urungkan niatku untuk berdebat denganmu,” ujar Teo.
“Baiklah, aku mengandalkan kalian berdua,” mohon Rika.

Ternyata isi tas tersebut adalah micro camera dan Rika meminta Teo dan Fani untuk menyebarkannya di kota agar ia dapat menemukan lokasi Zaka dan Meli, Rika meminta kedua teman baiknya yang melakukan tugas tersebut karena di luar sana Zaka sudah mengenali wajahku dan akan jadi masalah jika sampai dia melihatku berkeliaran di kota ketika pagi hari.
Aku menemani Rika dengan duduk di sampingnya, sesekali Rika menghela nafas dan memejamkan matanya agar rasa lelah dan kantuknya bisa sedikit mereda, ketika aku perhatikan ada sesuatu yang tidak biasa pada Rika dan itu membuatku terus menatapnya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu, apa ada yang aneh di wajahku atau memang kau ingin mengambil kesempatan dengan menerkamku ketika kondisiku seperti ini? Ini kesempatan yang bagus untuk melampiaskan nafsu bintangmu pada tubuh kecilku yang sudah lemas, ” tuduh Rika.
“Hei jangan berpikir negatif, lagi pula kenapa rambutmu terlihat terurai seperti itu, padahal kau biasanya mengikatnya?” tanyaku.
“Oh tentang rambutku, kau tahu beberapa hari terakhir ini  aku terus merawat dan menemani Lia di kamarnya, aku jadi lupa merawat diriku sendiri dan membiarkan rambutku terurai,” jelas Rika.
“kau terlihat berbeda jika rambutmu terurai seperti itu,” ujarku.
“Aku tidak akan termakan rayuan bodohmu itu,” tuduh Rika.
“Astaga,” lanjutku.
“Istirahatlah! Dan biarkan aku yang merawat Lia,” pintaku.
“Mungkin nanti, ngomong-ngomong bolehkan aku meminta sesuatu kepadamu?” pinta Rika.
“Apa itu?” balasku.
“Tolong ikatkan rambutku, aku terlalu lelah untuk melakukannya sendiri dan merasa sedikit tidak nyaman jika rambutku terurai seperti ini,” pinta Rika.
“Baiklah mumpung tidak ada orang, duduklah di depanku dan aku ikat rambutmu!” Perintahku.
“Aku sudah terlalu nyaman dengan posisiku sekarang dan tidak mau berpindah tempat,” balas Rika.
“Dasar pemalas,” ejekku.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang