EMPAT PULUH

3.4K 227 14
                                    

"Abram nggak ngantar La?" tanya Nisrina.

Alaika mengangkat kopernya dan menuruni anak tangga kos.

"Nggak. Lagi rapat penting dia" jawab Alaika.

"Kamu nggak marah?" tanya Nisrina yang membuat kening Alaika mengernyit.

"Kenapa aku harus marah? Dia kan rapat karena sedang melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya sebagai ketua BEM" jawab Alaika.

"Pantas ya Abram tergila-gila dengan seorang Alaika. Kamu nggak banyak mau dan nggak banyak nuntut sih. Kalau cewek-cewek yang lain pasti langsung ngambek nggak diantar. Mana pisahnya satu semester pula" timpal Nisrina.

"Kalau dia nggak bener baru boleh dimarah. Ini kan dia benaran rapat kerja organisasi" timpal Alaika.

"Abram wisuda kamu datang?" tanya Nisrina dan Alaika terdiam.

"Nggak deh kayaknya" jawab Alaika.

"La, La, kamu gimana sih? Tegas dong La. Mau ya mau. Nggak ya nggak. Kasihan Abram"

Alaika menarik napasnya. "Ini juga lagi tegas Nis"

"Maksudnya?" tanya Nisrina.

"Lihat aja satu tahun kemudian" ucap Alaika.

* * *

Hal pertama yang dilakukan Alaika ketika sampai dirumahnya adalah menutup semua akun sosial medianya, mengganti nomor ponselnya dan menutup semua jalan komunikasinya dengan Abram . Menurut Alaika ini adalah yang terbaik untuknya dan Abram.

Alaika mulai merasa takut saat Abram mulai membuatnya nyaman dan mulai ingin selalu bergantung pada pria itu dan mencari-cari sosok Abram dalam senang dan sedihnya. Ada sedikit ketakutan untuk kembali jatuh dalam cinta dan kembali terluka.

"Ini adalah satu-satunya kesempatan untuk kembali menormalkan segalanya" ucap Alaika meyakinkan hatinya. Hidupnya memang akan kembali normal tanpa gangguan Abram namun kenapa rasanya terasa kosong dan hampa?

Bulan demi bulan terasa berjalan begitu lambat.

Alaika menatap purnama yang begitu indah membuatnya teringat pada Abram yang wajahnya sebulat purnama namun juga seindah purnama.

"Kamu kenapa sih, La? Mama perhatikan semenjak pulang kamu banyak diam dan ngelamunnya? Mas kamu sampai khawatir kalau saraf kamu ada yang kejepit" ucap mamanya yang membuat Alaika cemberut.

"Ma. Ala kayaknya rindu deh"keluh Alaika.

"Sama Abram? Yang nyuruh kamu jauhin Abram siapa? Padahal mama udah setuju banget kalau kamu sama Abram"

Alaika menggigit bibir bawahnya. Dia memang selalu menceritakan betapa jahil dan ngeselinnya sosok Abram namun mamanya malah berkali-kali berada dipihak Abram.

"Karena menemukan pria yang memperjuangkan cintanya seperti Abram bukanlah hal yang mudah di masa sekarang ini. Mama mau kamu pikirkan baik-baik keputusan kamu La" ucap mamanya sambil mengelus kepala Alaika sebelum keluar dari kamar Alaika.

Alaika membuka laptopnya. Ia membuat akun baru sebetulnya dengan nama samaran dan tanpa foto dirinya. Diam-diam Alaika terus memantau Abram melalui sosial medianya.

Alaika tersenyum melihat foto-foto mereka ketika masih sibuk mengurusi kegiatan demi kegiatan. Seluruh kenangan bersama Abram tiba-tiba berdatangan menyesakkan dada.

Alaika membuka ruang catatan dan mulai mengetik disana.

Aku adalah fana
Yang menginginkanmu dikala senja
Aku adalah luka
Yang membutuhkanmu ditengah asa

Kamu adalah mentari
Tempat segala harapku menari
Kamu adalah purnama
Ruang seluruh rinduku berdansa

Kita bahagia
Dalam ilusi masing-masing
Kau dan aku menjadi asing
Saat menapaki semesta yang ku rajut untuk kita

Alaika berhenti mengetik ketika handphonenya berbunyi.

"Kenapa Nis?" tanya Alaika. Nisrina adalah satu-satunya yang tau nomor baru Alaika dan tentu saja dengan peringatan oleh Alaika bahwa nomor barunya tidak boleh bocor ke Abram.

"ALA! Aku udah nggak sanggup bohong lagi ke Abram! Kamu nggak kasihan apa? Aku aja kasihan dan sampai bosan mendengar Abram setiap hari, benaran setiap hari nanyain nomor kamu dan sosial media terbaru kamu! Aku nambah dosanya setiap hari Ala gara-gara bohong terus-terusan sama Abram!" omel Nisrina.

"Nanti juga Abram bosan nanya itu-itu terus" timpal Alaika dan Nisrina mendengus.

"HELLO! Ini udah tiga bulan ya, dan nggak ada tanda-tanda bosan dari Abram! Kamu kan tau La betapa Abram itu pria paling gigih yang pernah kita lihat. Ini Abram gitu! Mana tau dia kata menyerah. Hati-hati di kutuk semesta lo gara-gara nyia-nyiain pria sebaik Abram" omel Nisrina.

"Apa sih?! Kok malah nyumpahin" timpal Alaika kesal.

"Bukan nyumpahin La. Tapi seriusan deh, kenapa sih lo nolak Abram sampai segitunya?! Di kampus kita ya, ada banyak tuh yang tergila-gila sama Abram sayang aja Abram udah gilanya sama lo doang! Minus kamu nambah kali. Coba cek gih" ucap Nisrina.

"Abram tuh yang rabun. Udah digituin masih ngejar-ngejar aku"

"Alah...bilang aja lo juga suka dikejar. Hati-hati lo, nanti kalau Abram tiba-tiba berhenti, kamu malah kangen dan nyari-nyari dia" balas Nisrina.

"Udah ah. Malas aku ngomongin Abram sama kamu" ucap Alaika lalu memutus sambungan telponnya.

Satu semester telah berlalu. Alaika kembali ke kampusnya untuk bimbingan skripsi. Sementara Abram telah mendapatkan gelar sarjananya dan sedang sibuk dengan pekerjaannya dan tentu saja dengan masih aktif berorganisasi diluar kampus dan diluar kerjaannya. Abram dan organisasi bagai nyawa yang tak mungkin berpisah dari raganya.

Abram Rajaswara mengikuti akun Anda.

Alaika mengernyit membaca notifikasi instagramnya. Namun kemudian Alaika tidak ambil pusing karena Abram tidak mungkin tau bahwa akun tersebut adalah dirinya. Nona Purnama. Selain menulis skripsi, Alaika juga sedang menulis novel fiksinya.

Abram Rajaswara menyukai foto Anda.

Alaika melihat postingan kata yang ia rangkai yang disukai oleh Abram. Alaika merasa aman karena tidak ada satupun foto dirinya di akun nya.

"Abram Rajaswara menyukai Anda"

Alaika mengernyit membaca pesan masuk yang dikirim Abram. Apa iya nama pena nya terbongkar oleh Abram? Bagaimana bisa?!

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang