part 5

1K 26 0
                                    

"Udah bangun? Kamu tidurnya lama amat..." ucap mbak shania
aku melirik ke sebelah mbak shania dalam pakaian dalamnya tiduran di sebelahku, dalam selimut yang sama dan menempel manja di sisi badanku Jam 3 malam, sepertinya aku tertidur sekitar 2 jam.

"Mbak..." aku memiringkan badanku dan memeluknya erat bibir kami kembali beradu dalam nafsu saling melumat, nafas memburu beradu dan bisa kurasakan degup jantungnya yang kencang tanganku mulai menjelajah, pelan2 kuraba perutnya, dan merayap menuju buah dadanya Aku meremasnya pelan.

"Mmmmm....." mbak shania menikmatinya Mendadak ia memegang tanganku, menuntunku membuka bra nya. Sempat sedikit kesulitan pada awalnya, yang diiringi oleh tawa kecil mba shania , tapi akhirnya lepas juga.

Aku duduk sebentar, berusaha membuka atasanku, agar kami dapat lebih Tak terhitung berapa menit kami habiskan hanya untuk sekedar berciuman aku dapat merasakan rasa laparnya, mungkin sudah lama dia tidak berhubungan dengan lelaki Begitupun denganku setelah setahun lebih tak pernah menyentuh perempuan, segala nafsu seksual yang terpendam ini sudah tak tertahan lagi. Jika dipikir-pikir, sungguh aneh dan absurd, kami berdua melakukan hubungan seks, kita baru saling mengenal bisa dihitung di bawah dua minggu dan sebenarnya di kepalaku berkecamuk banyak pikiran, apakah dengan kejadian malam ini, ke depannya hubunganku dan dia berubah? Tak hanya sekedar tetangga? Tapi pemikiran seperti itu jelas kalah dengan nafsu otak kita semua kalah kalau diadu dengan nafsu.

"mbak.. Kita. Kok?"
" jangan dipikir dulu... Aku juga bingung.." jawabnya  sambil tersenyum tipis dan mulai menciumiku lagi ,setelah kegiatan yang tak terduga itu yang membuat aku berfikir tentang hubungan tak jelasku dengan mba shania sku masih terduduk di kasur, menunggu ia keluar untuk ganti membersihkan diriku.

Mbak shania keluar dari kamar mandi, mengecup bibirku pelan, untuk kemudian masuk ke dalam selimu. Setelah aku bersih-bersih, yang ada hanya hening.Kami berdua berpelukan dan bergumul dalam selimut, mencoba tidur , "terimakasih vin.." ujarnya sebelum menutup mata .

Keesokan harinya di kantor aku sedikit kurang fokus  "Kok bengong?" ganggu veranda"Mikir apa sih? Mikir jorok ya?" tanyanya
"Mau tau aja" jawabku.

Aku menghela napas panjang dan menghisap rokokku kami menunggu anin kembali dari kasir, membayar makanan yang telah kami makan Kemudian setelah anin kembali, kami berjalan ke arah mobil veranda.

"Sekali kali pake mobil lo dong, masa mobil gue terus?" ganggu veranda
"Kan lo yang ngajak makan, ya pake mobil lu lah" jawabku cuek di kepalaku masih terngiang kejadian weekend kemarin hubungan intim aku dengan mbak shania pada pagi dini hari itu tak bisa kulupakan detail-detailnya terpatri jelas di kepalaku seperti film porno yang berulang-ulang tayang di kepalaku.

"Tiga hari? gue kirain sehari doang mas ke Singapura nya... tiga hari bareng dia kering dong gue jadi mayat.." ledek veranda

"Kalian ini kayak bocah aja..." timpal mas dyo ya mas dyo adalah suami mbak melody pimpinan perusahaan ini. tampangnya dengan mbak melody seperti saudara kembar, sama-sama pendek dan gempal aku akan ke singapura tiga minggu lagi bersama veranda aku senang bersama dengannya sebenarnya, dia seperti teman laki-laki bagiku yang konyol dan kasar.

"Jangan suruh nemenin jalan-jalan ya entar" ledekku balas, veranda hanya melengos sambil mengeluarkan lidahnya dengan maksud meledekku Aku hanya garuk kepala dan bangkit berjalan ke ruanganku.

"Enak ya mas jalan jalan..." celetuk anin saat aku masuk ke ruangan kembali
"Kalo gak kerja sih enak, ini kan kerja" senyumku.
"Ngapain aja mas ntar?" nin beranjak ke mejaku, duduk di kursi depan mejaku T-shirt print berwarna putih, rok lebar dan converse belel, pakaian yang membungkusnya hari ini.

"Ah... hari pertama workshop sama owner, ketemu sama arsitek dan orang-orang lainnya hari kedua setelah dapet kesimpulan dari workshop, kita rapat buat matengin konsep garis besarnya... Hari ketiga baru pulang pagi dari sana" jawabku, sambil mencoba memainkan lagu dari laptopku.

"Enak ya... Udah dikirim rapat-rapat di luar negeri" aninmemainkan kubus rubik yang ada di mejaku Dan musik mulai mengalun..

Stay in the shadows
Cheer at the gallows
This is a round up

This is a low flying panic attack
Sing a song on the jukebox that goes

Burn the witch
Burn the witch
We know where you live

" Mas suka Radiohead juga?!" Anin kaget setengah berteriak.
"Iya..." jawabku kaget
"Aku juga suka banget...." lalu dia menyenandungkan lagu itu dan beranjak ke mejanya lagi. Oh well. Masih sangat polos sekali dia, tampak sangat menikmati hidupnya Seperti tanpa bebandan kubayangkan pasti bahagia menjadi dirinya aku menghela napas panjang, lalu mulai mem-brief teamku untuk mempersiapkan materi untuk dibawa ke Singapura tiga minggu lagi.

Setelah dua minggu setelah kejadian pertama kami dapat kesempatan lagi untuk berhubungan intim kembali Malam itu boby kembali tidak pulang mbak shania tidur menyamping membelakangiku, dan aku memeluknya dari belakang.
"Saya bakal ke singapura minggu depan..." bisikku ke mbak shania
"Oh ya? Oleh-oleh dong" balasnya berbisik juga
"Mau apa Mbak?"
"Apa aja boleh, terserah kamu...." dan kami berciuman kembali kali ini kami melakukannya di apartemen mbak shania untung anaknya, kembali sedang berada bersama ayahnya ada satu kesepakatan yang tak tertulis di antara kami, jika boby dan anaknya tidak ada, maka kami bisa melakukannya dan an percakapan yang mendalam kini hadir di sela-sela kegiatan intim kami Akhirnya dia mengetahui ceritaku bersama gracia, di satu sisi aku jadi mengerti kenapa dia tampak seperti tidak memiliki pekerjaan ya karena memang tidak Sudah selama lima tahun ia menjadi ibu rumah tangga, lantas kini terpaksa sendiri Tapi aku belum dan tidak ingin bertanya darimana datangnya uang untuk menyekolahkan anak dan biaya hidup di apartemen seperti ini.

Sementara menunggu dia mandi, aku berbaring malas di kasur dengan kepalaku penuh terisi memori buruk entah mengapa semua memoriku dengan Gracia terasa pahit, bahkan mengingat liburan ke Singapura bareng 6 bulan sebelum kami putus pun rasanya sangat sesak, mengingat minggu depan aku akan pergi ke sana Kami sudah berpacaran lebih dari 5 tahun Waktu itu aku baru memulai karier, dan sebuah perkenalan yang manis dengan Gracia merubah segalanya Bisa dibilang aku cukup beruntung bertemu dengannya setelah dia selesai co-ass dan PTT Sekarang pasti dia masih menjalani pendidikan spesialisnya atau baru jadi dokter spesialis Ya, anin adalah seorang dokter. Kami berkenalan lewat sepupunya gracia yang teman kuliahku, secara tidak sengaja aku dulu masih ceria dan masih kuingat betapa menggebu-gebunya aku mengejar-ngejar dia.

Sudahlah.... Aku hanya bisa menghela napas, lalu berusaha memejamkan mataku Aku terbangun dan menemukan mbak shania tiduran di sebelahku sambil memainkan handphonenya aku secara otomatis mengambil handphoneku juga dan mulai membuka pesan-pesan yang masuk,tidak ada yang penting. Sebenarnya aku agak kangen dengan kondisi di mana gracia selalu mencerewetiku Tapi.. semuanya terasa sangat menyakitkan sekarang bahkan setelah satu tahun berlalu pun, semuanya masi menyakitkan.

"Kamu ntar ke Singapura sendiri?" tanya Mbak shania tiba-tiba
"Enggak, berdua Mbak..." Jawabku
"Sama siapa? Temen Kantor?"
"Iya"
"Cewek apa Cowok?"
"Cewek?"
"Cakep gak?"
"Relatif"
"Relatif apanya? Liat dong punya fotonya gak?" Aku dengan enggan memperlihatkan akun sosial media veranda ke mbak shania
"Ih cakep... kaya model" serunya
"Kamu ada temen kantor kayak gini kenapa gak kamu pacarin?" tanyanya jahil.
"Males mbak" jawabku masa bodo
"Kok males sih? Ih gemes cakep banget anaknya" Mbak shania usil melihat foto-foto veranda di media sosialnya Memang veranda cantik, dan muka judesnya membuat kadang ia disangka model oleh orang lain aku hanya menghela napas melihat keusilan mbak shania.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang