EIGHTTEEN

6.5K 276 8
                                    

Sudah tiga hari masih di rawat rumah sakit. Alea sudah mulai bosan dikamar. Revan masih ada urusan di luar. Kini Alea sendirian di kamar inap. Menatap luar jendela. Disana ada taman belakang rumah sakit.

Alea beranjak dari tempat tidur. Membawa tongkat yang gantungan infus. Mendekat ke jendela.

Melihat pemandangan senja disana. Diatas awan terlihat sangat indah. Alea melirik jam dinding menunjukkan jarum panjang ke arah 4. Berarti sudah sore.

Alea mendesah pelan. Matanya menatap ke bawah. Ada orang yang sedang berjalan kesana kesini. Bahkan ada perawat membawa pasien di taman.

Sebuah tangan melingkar pinggang dengan lembut. "Hai sayang.." suara serak membuat Alea mengenali dan tersenyum.

"Hmm.." Alea berguman. Merasakan tangan itu menyelusup bajunya dan mengusap perut ratanya dengan pelan.

"Aku ingin Revan junior disini.." bisik Revan dekat telinga. Tidak lupa mengecup pelan.

Alea tertawa pelan. Menyentuh lengan Revan. "Iya Mas. Kalau sudah nikah ya.." ucap Alea.

Revan membalikkan badan Alea e hadapannya. Merapikan rambut Alea dengan lembut. Tidak lupa tersenyum manis didepannya. "Cantik sekali. Rambutmu sudah mulai panjang.." Revan mengusap kepala Alea. Mencium pelipis Alea.

Alea hanya diam dan memenjamkan matanya. Menikmati apa yang Revan lakukan padanya.

"Kamu mau pulang?" Tanya Revan. Alea mengangguk. Dia sangat bosan dirumah sakit. "Oke. Sebentar lagi dokter kesini buat cabut infusmu. Habis itu pulang"

"Emang udah ijin sama dokter?" Tanya Alea bingung.

Revan mengangguk. "Udah kok. Tadi sebelum kesini. Aku mampir keruang dokter dulu. Tapi katanya kamu harus rutin kontrol minggu depan". Alea hanya menanggapi dengan gumanan.

Tiba-tiba Alea berjinjit. Mencium bibir Revan dengan lembut. Revan spontan memegang pinggang Alea dan membalas ciuman dari Alea.

Mereka telah menikmati ciuman yang cukup panas sebelum dokter datang.

***

Mobil sudah memasuki halaman depan rumah kedua orang tua Revan. Sementara Revan dan Alea tinggal di rumah orang tua Revan. Karena rumah mereka sedang direnovasi atau diperbaiki lagi.

"Mama.." teriak Reina ketika melihat Alea memasuki ruang tamu bersama papanya.

Alea berjongkok dan merentangkan kedua tangan. Reina langsung menghambur ke dalam pelukan Alea dengan Alea. Reina sangat merindukannya.

Reina sungguh merindukan, sehingga mengeratkan pelukan. "Rei kangen banget sama Mama..". Bisik Reina. Alea tertawa pelan. Tangannya mengusap punggung Reina dengan lembut.

"Maaf ya sayang. Mama juga kangen sama kamu." Balas Alea.

Mereka sedang asik berpelukan. Sehingga Revan menggelengkan kepalanya. "Rei. Kamu nggak kangen sama Papa? Kok cuma kangen sama Mama sih."

"Enggak.."

Alea tertawa pelan. Dia menggendong Reina meskipun umur Reina masih tujuh tahun. Masih kuat.

Revan terlihat khawatir. "Kuat gendongnya? Manja banget sih kamu, Rei. Mamamu baru sembuh loh"

Seketika wajah Reina langsung berubah panik. Minta turun dari Alea. "Eh maaf, Ma"

PAIN OF LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang