"De, abis darimana kok kusut banget mukanya" tanya Ali yang sedang duduk dimeja makan.
"Assalamu'alaikum" Deta hampir lupa mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam" Ali menaikan alisnya seolah meminta jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Dari kedai depan ini sekalian aku beli sate Pak Hamim, Kakak belum makan kan? Makan dulu udah seharian bantuin aku benerin saluran air pasti cape" Deta sedikit tersenyum.
"Calon istri sholehah" Ali membalas dengan senyuman yang tulus, "Makasih ya De. Kalo gitu kamu panggil Ibu sama Nenek kita makan bareng, biar Kakak yang siapin satenya"
Deta mengangguk dan memanggilkan Ibu serta Neneknya untuk makan bersama. Risa adiknya sedang ada kegiatan disekolah untuk persiapan acara ulang tahun sekolah.
"Ali terimakasih ya udah mau bantuin kita" Ibu mulai membuka percakapan.
"Iya bu, Ali seneng bisa bantu"
"Nenek mah heran da kenapa itu keran bisa rusak gitu da dulu mah ngga pernah rusak"
"Kerannya kan udah lama Nek, mungkin cape kali" Deta terkekeh.
"Kalo manusia mah Nek itu keran butuh refreshing atau mungkin cari perhatian aja" Ali menimpali.
"Budak ngora aya-aya wae" (Anak muda ada-ada saja) Nenek menggeleng-gelengkan kepalanya, semua tertawa.
"Nah De sekarang udah aman buat dipake cuci piring" Kata Ali setelah mereka selesai makan.
"Iya, aku coba ya Kak" Deta berdiri dan mulai akan mencuci piring, "Bismillah"
Rrrrrr..
Air keluar dengan sempurna, Ali berhasil.
"Bagus banget ya"
"Hahaha iya, Kak Ali emang hebat"
~
Flashback
Sudah waktunya makan siang tetapi tak ada satu pun makanan yang bisa dia masak dikostannya, segera saja Alfan melajukan mobilnya menuju warung sate kesukaannya yang berada di komplek kesukaannya pula.
Sesampainya Alfan disana dia bergumam pelan "Alhamdulillah" karena warung sate itu sudah buka, sesuai informasi yang Deta berikan jika akhir pekan warung sate ini akan buka pada siang hari.
Saat mulai akan melangkahkan kakinya kedalam warung sate dia melihat seorang wanita cantik yang sedang memijit keningnya dari balik jendela sebuah kedai makan. Tidak salah lagi wanita itu adalah Deta, gadis pujaannya.
Dia sangat senang bisa melihat Deta ada disana, namun sesaat kemudian kesenangan itu berubah menjadi perasaan tidak enak yang menjalar, terlebih lagi dia mengingat perkataan Kakek dan Neneknya bahwa Cinta itu semakin dikejar semakin sulit untuk didapatkan.
Alfan terkejut ketika melihat wanita itu tengah menatapnya, namun perasaannya sungguh tidak enak sehingga untuj menyunggingkan senyum pun dia tak mau, alhasil hanya tatapan datar yang bisa dia berikan.
Tanpa berlama-lama Alfan masuk kedalam warung sate dan memesan beberapa tusuk sate sapi untuk dibawa pulang.
Setelah selesai dengan segala urusannya Alfan bergegas untuk pulang, entahlah dia tidak ingin menemui Deta saat ini walaupun sisi hatinya yang lain sangat merindukan gadis itu.
"Alfan, tunggu!"
Ah suara itu, suara yang selalu terdengar indah ditelinga Alfan. Mau tidak mau dia harus berhadapan dengan Deta saat ini.
Tanpa Alfan sangka Deta ingin mengajaknya bicara dan sampailah mereka di sebuah kedai makan disamping warung sate.
Alfan yang melihat gerak-gerik Deta seolah sudah paham apa yang akan Deta katakan. Dia menguatkan hatinya agar bisa kuat mendengar apapun yang Deta katakan.
Setelah basa-basi yang Deta lontarkan, barulah kalimat pamungkas yang membuat hati Alfan mencelos dan terluka.
Deta menolak lamarannya.
Alfan sudah tahu Deta pasti akan menolak lamarannya bahkan sebelum dia bertanya akan hal itu. Tetapi dia tidak tahu harus secepat ini semuanya terjawab. Sikap manis Deta kemarin sepertinya hanya perasaan bersalah saja karena akan menolaknya.
Alfan hancur, dia mengatakan isi hatinya kepada gadis yang begitu ia cintai itu dan pergi meninggalkannya.
Alfan berlari menuju mobilnya yang ia parkir tak jauh dari situ. Dia duduk dibalik kemudi dan menatap kosong kedepan.
Tak pernah dia merasa hatinya sesakit ini.
Semuanya begitu sangat perih hingga sebuah buliran air jatuh dari matanya.
Ini kali pertama Alfan menangisi seorang perempuan, dulu terakhir kali dia menangis saat harus meninggalkan Kakek dan Neneknya untuk tinggal di Jakarta.
Alfan membiarkan air matanya berjatuhan tanpa ada niat untuk menghapusnya, dia membiarkan segala kesedihan menjalari tubuhnya.
Seketika dia merasa segala perjuangannya selama ini sia-sia.
Sebenarnya Alfan adalah seorang mahasiswa di Universitas Negeri di Jakarta saat itu, namun setelah bertemu Deta dia memutuskan untuk pindah ke kampus yang sama dengan Deta. Tentu saja itu keputusan yang sangat besar, namun dia lakukan semua hanya untuk Deta.
Alfan selalu mendahulukan Deta dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Bukan untuk membuat Deta terkesan, tetapi dia sangat tulus melakukan semuanya untuk Deta. Jika Deta merasa terkesan itu bonus, tapi sejauh ini belum pernah dia melihat gadis itu terkesan akan usahanya.
Mungkin karena Deta sudah mencintai laki-laki lain yang jelas jauh diatasnya.
Alfan mulai melajukan mobilnya ketika sudah merasa lebih tenang, rasa laparnya kalah dengan rasa sakit yang sedang dia rasakan. Alfan melajukan mobilnya menuju Mesjid besar yang tidak jauh dari komplek Deta, Mesjid yang saat itu Deta gunakan untuk berkumpul bersama anggota organisasinya.
Sebelum turun dari mobilnya, dia melihat seorang Kakek tua dengan pakaian sedikit lusuh yang sedang tertidur diteras Mesjid sambil memegang perutnya.
Segera disambarnya bungkusan sate yang tadi dia beli dan keluar dari mobilnya. Alfan mendekat kearah Kakek itu dan tiba-tiba sang Kakek terbangun.
"Kakek laper ya?" tanya nya dengan senyuman manis.
Sang Kakek hanya mengangguk.
"Ini ada sedikit makanan buat Kakek, dimakan ya" Alfan memberikan sebungkus sate itu.
"Makasih ya cu, jarang sekali ada anak muda yang baik hati seperti kamu, semoga selalu bahagia ya cu" mata Kakek itu berbinar dan menatap bungkusan itu dengan penuh haru.
"Aamiin Ya Allah, Kakek tinggal dimana?"
"Kakek ngga punya tempat tinggal cu, Kakek selalu tidur di Mesjid ini, bantu-bantu bersihin Mesjid"
Alfan termenung, dia selalu mengeluhkan hidupnya hanya karena tidak bisa bersama dengan wanita yang dia cintai. Dia malu kepada Kakek ini yang selalu bersyukur atas apa yang beliau punya.
"Kakek mau tinggal di tempat saya?"
"Ngga usah cu, Kakek senang tinggal disini, setidaknya saat Kakek meninggal nanti akan ada orang yang tahu dan peduli, Kakek tidak merepotkan orang lain harus membawa jenazah Kakek ke Mesjid dan akan langsung disholatkan"
Alfan terkejut mendengar jawaban sang Kakek. Bukan karena usianya yang sudah tua yang membuat Kakek itu mengingat kematian melainkan keimanannya. Dia kembali merasa malu, selama ini hanya dunia saja yang dia kejar.
Alfan kembali tersenyum, "Kek saya mau ke dalem dulu ya, Kakek habiskan makanannya"
Kakek itu balas tersenyum dan mengangguk, "Terimakasih banyak ya anak sholeh"
"Aamiin, sama-sama Kek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kujaga Cinta Dalam Do'a
Spiritual[UPDATE SETIAP HARI!] Level tertinggi dari CINTA adalah MENGIKHLASKAN. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ "dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8) Me...