MY NEIGHBOR 1

1.9K 41 16
                                    

Niatnya mau bikin lokal gitu tapi aku ga bisa kalo mereka ngomong lu gw, jadi rada kaku sorry 😭

.

.

Minhyun pov

Hai.. Halooo
Gua, ehmm pake Aku aja deh ya biar sopan dikit.
Aku minhyun, anak bandung-jakarta yang dari lahir bahkan sebelum ayah ibuku nikah, udah tinggal di Jakarta. Ayahku asli jakarta dan ibuku asli bandung, tapi karena mau mengadu nasib akhirnya mereka bertemu di Jakarta deh menghasilkan aku dan adikku, chaeyeon. Aku dan adikku sangat berbeda, dia sudah bekerja sebagai pns sedangkan aku masih mahasiswa semester akhir di umurku yang ke 26. Jangan langsung ejek, aku punya banyak alasan untuk itu.

Sebenernya aku tidak mau berfokus di keluargaku dan menyebarkan aibku sendiri. Aku ingin berbagi cerita mengenai kehidupanku dengan seseorang yang baru ku kenal yang tidak sampai berbulan bulan aku sudah cepat akrab dengannya.

.

Berawal dari gosip tetangga...

"Ibu ibu, tau ga si itu tetangga nomer 6, saya liat kemaren dia baru pulang pagi sambil sempoyongan jalannya, sampe nabrak tempat sampah saya, saya kira dia kenapa ternyata abis mabok." Ujar ibu tetangga nomer 9

"E-ehh saya juga liat tadi pagi jam 4 dia baru pulang, malah dianterin om-om." Ujar ibu-ibu yang lain.

Ibu-ibu ngegosip. Pemandangan biasa bagiku. Kegiatan rutin yang ibu-ibu penghuni gedung apartemen lakukan setelah membuat sarapan untuk keluarganya, termasuk ibuku. Padahal di saat jam-jam begini aku butuh ibuku untuk meminta uang. Aku butuh uang untuk bertemu teman-temanku, tapi ibuku masih saja bergosip.

"Masa sih bu? Saya kira dia cewek baik-baik, dia suka bagi saya makanan." Kata ibu tetangga nomer 10.

"Loh saya ga dibagi, padahal saya yang sebelahan sama dia." Ujar ibuku.

Aku mencolek ibuku.
"Ga baik bu ngomongin orang" kataku sambil
mengadahkan tanganku. Ibuku tentunya mengerti dengan tadahan tanganku dan langsung memberikanku uang dari dompetnya.

"Ibu, segini kurang."

Ibuku menghela nafasnya lalu memberikanku uang lagi.

"Terimakasih bu." Aku mencium tangannya sambil pamitan.

Lalu aku pergi meninggalkan kumpulan ibu-ibu yang sepertinya membicarakanku.

"Anakmu mau sampai kapan meminta uang padamu terus? Lulusnya lama, belum punya kerjaaan tetap kalah dengan jaehwan."

Tidak lain dan tidak bukan tetanggaku pasti akan membicarakanku begitu, lalu ibuku dengan tenang menjawab.

"Uang saya dan suami memang untuk anak-anak apa salahnya saya ngasih uang buat anak saya sendiri?"

Kadang aku merasa tertampar sih tetangga selalu membicarakanku, tapi mau bagaimana lagi. Aku memang telat lulus karena aku menunda dulu untuk mencari kerja dan yah ada sedikit kendala di satu semesterku jadi aku harus mengulang, belum lagi tugas akhirku yang malas kukerjakan sehingga jadi terhambat bertahun-tahun. Walaupun begitu, di kesempatan terakhirku ini aku akan bersungguh-sungguh agar aku bisa lulus dan mendapatkan pekerjaan bagus biar bisa membungkam mulut-mulut tetangga.

Yah semoga impian ku ini benar-benar kenyataan karena ku tak yakin perusahaan mana yang masih bisa menerimaku yang tidak berpengalaman ini.

Aku berjalan lesu menuju lift, lalu tiba-tiba saat lift terbuka aku berpapasan dengan tetangga nomer 8 sebelah rumahku. Orang yang paling dibangga banggakan ibu-ibu segedung apartement ini karena tampan, muda, punya mobil, berangkat kerja pakaiannya berdasi selalu rapi, dan terpenting masih single, ibaratnya kayak menantu idaman ibu-ibu di sini termasuk ibu ku yang mau menjodohkan dia dengan adikku. Memang ada ada Saja.

My neighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang