Bukan Prolog

102 1 0
                                    

Yang maha lembut juga pengasih
Pengampun namun adil
Oh ibunda...

Pelindung namun lembut
Berantakan seperti jembut
Ayahanda.. kamu nggak keren

Aku terjatuh dari pijakanku yang nyaman
Bantal milikku tak lagi dingin
Alas kaki kesayanganku selalu becek
Celana dalam ku sering menyempil

Rasa heran tak kunjung sirna
Ibu berperi aku hebat
Ayah berkata "sudah nak sini sebat"
Aku tersesat

AKU MURKA!
AKU-


"YONGKI!!" Tegur manusia jelek yang mengaku imut, memotong latihan rutin Yongki bernyanyi.

"Kenapa sih To?" Yongki menjawab, dengan pertanyaan.

"Aku mau tidur brengsek, tutup mulut dan matamu, Jika perlu selamanya!" Ucap Yanto sembari mengintip kawannya dari atas kasur bertingkat.

"Omong-omong kamu tak ingin membicarakan komplotan yang membuat onar di kerajaan akhir-akhir ini?" 

Yongki memang mirip ikan koi, fokusnya hanya bertahan paling lama delapan detik. Kecuali bicara soal makanan dan gadis. Tapi beruntung sahabatnya sudah paham soal kondisi bocah gendut, bau ,dekil, jelek, serta dungu itu.

"Nggak, kenapa pula kita harus bicara soal mereka?" sahut Yanto 

"Coba bayangkan jika kamu punya tas yang penuh dengan koin emas."

"Silahkan bermimpi dalam tidurmu Tuan, dan biarkan aku memimpikan mimpiku sendiri."

"Memang tolol kamu Yanto."

"Sudahlah Yongki..."

"Apa yang bisa terwujud jika bermimpipun kamu masih takut Yanto?"

"INI AKU INGIN TIDUR SUPAYA BISA BERMIMPI!"

"MIMPI CUMA BISA TERWUJUD SAAT KITA BANGUN, KALAU CUMA DALAM TIDUR NAMANNYA MIMPI!"

"WAH BENAR-BENAR KAMU, DENGARLAH UCAPANMU SENDIRI! SAMA SEKALI TAK MASUK AKAL!"

"MAKANYA DENGAR DULU!"

"KAU YANG SE-"

BRAK...

Suara bantingan pintu mendiamkan mereka berdua, yang sekarang bertiga.

"Bolehkah aku menumpang berak?"




JusticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang