PERGI

24 2 0
                                    

Ruangan ini masih sama dengan 5 tahun lalu ketika aku mulai berkenalan dg scleroderma. Penuh dengan anyirnya bau darah dan menyengatnya obat yang membuat perutku mual ingin muntah.
Selang infus sudah melingkar manis dilengan tanganku membuat penampakanku pasti persis pesakitan sekarang. Aku melengos kesal. Sudah kukatakan aku baik - baik saja kenapa malah dibawa kesini.

Untuk sesaat pandanganku memutar menatap sekelilingku.Tampak wajah-wajah kesakitan penuh derita dan kepasrahan tergambar jelas disana, terlihat mereka asyik ngobrol bersama saudara yang menemaninya.
Sementara aku? ah aku malah taktahu kemana tadi suamiku pergi setelah membawaku kesini.
Aku mengernyit menahan sakit ketika seorang suster meminta ijin dan kemudian menyuntikkan obat ketubuhku.

       "Terkutuk kau sus..." gumamku sedikit kesal karena dia membuyarkan lamunanku.

#
Sore ini banyak sekali tetangga yang menjengukku, entah benar2 ingin menengok dan mendoakan aku ataukah cuma sekedar basa basi karena terjebak dalam satu area tempat tinggal ? entahlah. Yang jelas akupun mengeluarkan "topengku" meladeni obrolan mereka meskipun pada akhirnya aku lebih sering menjawab dengan senyum garing tanpa mampu berkata.
Beruntung jam bezuk sudah habis dan berganti dengan jadwal kunjungan dokter yang rasanya pun sama - sama membosankan.
Pemeriksaan yg hanya itu2 saja tanpa adanya kemajuan berarti. Malampun berlalu menyisakan lalu lalang perawat dan obrolan penunggu pasien diujung kamar.

#
Aku sedang membereskan bajuku ketika kulihat suamiku masuk dengan wajah sedih
       " Apa kata dokter mas?"
       " Dokter nggak bilang apa-apa.masih seperti kemaren dik, ya kita harus sabar...semua perlu proses"
Suaranya gamang dan aku yakin dia sedang menghibur dirinya sendiri.
Aku tersenyum dan menepuk tangannya pelan
        "Dokter itu manusia.nggak usah dipercaya banget2"
Lalu suamiku mengacak rambutku mesra sambil tertawa lirih.

Sudah beberapa minggu aku disini dan entah sudah berapa kali berganti tetangga dalam satu bangsal ini. Ada yg pindah karena meninggal atau cuma pindah ruangan ke ruangan yang lebih tenang. Tapi aku nggak yakin mereka pindah karena sembuh. Karena yang kutahu kamar ini adalah kamar kematian. Jarang yang keluar dari kamar ini dengan kondisi sembuh, begitulah yang kutahu selama menjadi penghuni ruangan ini.
Aku duduk diranjang sendirian....seperti menanti entah apa. Aku tak tahu.
Kutarik nafas berat dan untuk sesaat aku merasa kesal. Ya kesal....kesal karena aku takkunjung keluar dari rumah sakit ini.

Rasa bosanku sudah mencapai puncaknya. Kuseka bulir air yang tanpa terasa sudah membasahi pipi dan berusaha mengusir sedih yang juga tiba- tiba sudah memeluk hati. Kuhembuskan nafas perlahan sambil kuamati lagi seluruh ruangan ini dengan sudut mataku dan tanpa sengaja pandanganku tertuju pada jendela disebelahku. Disana ada sepasang burung gereja bercengkrama, entah kenapa tiba2 bau darah memenuhi rongga dadaku dan kurasakan aroma kematian memenuhi ruangan ini. Gelap.
Aku teriak sekuatku tapi tak ada yg keluar dari mulutku.....dan sesaat kemudian aku merasa enteng sekali.bahkan saking entengnya aku bisa melompat2 diatas jasadku,

        "Heiii jasadku?!!"

Seketika aku panik melihat diriku yang terjatuh kebawah ranjang dan berusaha mencoba kembali masuk ke dalam ragaku, tapi ternyata takbisa. Disaat aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, kulihat suamiku lari menubruk jasadku. Kudengar teriakan paniknya memanggil dokter dan perawat, taklama dokter dan beberapa perawat berlarian menujuku dan memeriksa nadiku sebelum akhirnya menggeleng dan mengusap bahu suamiku perlahan sambil berkata sedih " Kami sudah berusaha. Mohon maaf.ibu sudah pergi.kami turut berduka" dan suamikupun terduduk lemas. Aku hanya melongo, bingung dan tak mampu bicara lagi melihat semua kejadian di depanku ini. Taktahu apa yang sedang terjadi

Semakin lama semakin banyak yang datang.
Kulihat keluargaku dan teman-temanku mulai berdatangan bersama wajah2 sedihnya. Melihat mereka berangkulan dan saling menguatkan membuatku ingin memeluk mereka dan bilang "aku disini" tapi itu takmampu kulakukan. Hanya mampu terisak tanpa mereka bisa mendengarku.
Yang kutahu aku taklagi bersama mereka.

Jasadkupun perlahan tertutup kain dan sejak itu aku takbisa kembali.....(_kie)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang