Aku membanting diriku di kasur, aku sangat kesal dengan mereka. Aku bahkan malas untuk bergabung kalau mereka hanya meledekku.Aku melihat Daniel yang jalan mendekat lalu duduk di kasur. Aku mengingatkannya untuk jangan dengarkan perkataan siapapun di sini.
"Mereka semua gak ada yang waras, harusnya gua gak bawa lo kemari. Pasti lo gak nyaman."
"Gak masalah."
Dia tersenyum, lalu merebahkan dirinya di sampingku.
"Tunggu, lo mau ngapain?"
"Capek, mau tidur sebentar." Katanya.
Aku membiarkannya lalu aku turun dari kasur agar dia lebih leluasa.
"Kalo nanti malam, salah satu dari kita harus mengalah."
"Hmm, Daniel pilih tidur di kasur aja." Katanya.
"Trus gua dimana? di sofa?"
"tadi kan bilang sendiri ke yang lain kalau kamu dom, harusnya kuat dong tidur di mana aja hehe." Dia tertawa menyebalkan.
Aku kesal sekali saat dia bilang begitu. Aku menepok bokongnya dua kali, dia sedikit menghindar sambil tertawa.
"Awas ya lo."
Aku keluar dari kamar meninggalkannya tanpa babibu. Kurasa dia ikut ketularan teman-temanku.
.
Aku menuju dapur dan aku melihat pemandangan menggelikan seperti saat aku melihat ayah dan ibuku. Di dapur ada jeongyeon dan jimin yang sedang berpelukan sembari gak tau ngapain. Baru ku mau pergi dari sana Jeongyeon memanggilku.
"Min, kebetulan di sini."
"Apaan?" Mau tidak mau aku menyauti.
"Gue sama Jimin mau beli arang buat BBQ, gue boleh minta tolong lo nerusin ini ga?"
Aku melihat ke belakang jeongyeon sepertinya mereka sedang mengiris bahan untuk bbq.
"Bukannya Wendy udah nyiapin arangnya."
"Ah, arang segitu mana cukup haha. Biar gue sama jimin mencari tambahannya."
"Bener." Jimin membenarkan.
Mataku menyipit. Dari gelagatnya aku rasa mereka cuma beralasan agar bisa berduaan.
"emangnya yang lain kemana?"
"nggak tau, gue rasa pada di kamar." Ujar jimin.
Mereka akhirnya meninggalkanku sendirian di dapur.
Aku meneruskan pekerjaan jeongyeon yang tertunda tadi. Aku memotong paprika menjadi potongan yang biasa ada pada BBQ. Lalu ku mengambil daging dan mencoba memotongnya, namun aku bingung, aku tidak tau cara memotong daging. Aku mencoba membelah menjadi dua tapi dagingnya tidak mau terpisah. Aku kesulitan sendiri di sini. Saat aku berkonsentrasi menggunakan ujung pisau untuk memotong, tiba-tiba ada suara yang menginterupsiku.
Aku menoleh dan ternyata itu daniel, hampir saja pisau ini mendarat di tanganku.
"Butuh bantuan?" Tawarnya.
"Bukannya lo mau tidur tadi?"
"maunya sih gitu, tapi di kamar sebelah berisik." Katanya.
Aku cuma Ber oh ria.
"Itu daging untuk BBQ? Sini Daniel potong." Tawarnya.
Aku menyingkir dan membiarkan dia melakukannya. Ya kita lihat saja apa dia bisa atau tidak.