Aku Bertahan Karena Cinta

14 0 0
                                    


Aku adalah gadis yang paling beruntung karena bisa mendapatkan kekasih yang selalu ada disampingku dan mau menerimaku apa adanya. Namanya Reivan , dia lebih muda dariku , tapi sikapnya jauh lebih dewasa dariku. Dia adalah pacar pertamaku dana akan menjadi pacar terakhirku. Menjadi suami yang tersempurna untukku dan menjadi papa untuk semua anak-anakku.

"hi sha , lagi apa ?" sapa melisa padaku, melisa adlah sahabat terbaikku, dia selalu ada disetiap saat untukku.

"lagi ngelamun mel" jawabku dengan canda

"ngelamunin reivan yahh ? kalian tidak sedang rebut kan ?" ucapnya mengejekku

"ahh ribut mah tiap minggu kali mell, dia kan ..... ya you know lah" jawabku tersenyum ngeledek,

"udahlah sha, cowok kayak gtu aja dipertahanin, masih banyak kali sya cwok yang lebih baik dari dia dluar sana , buka mata lu syaa. " ucap melisa serius

"udah ahh mell, gk usah dibahas, kekantin yuk"

Kami memutuskan untuk beranjak dari ruangan kampus dan menuju kantin, dikantin seperti biasanya reivan dingin dan hanya tersenyum melihatku, mungkin dia sibuk dengan teman- temannya, tapi kalau sudah berdua denganku, dia seperti orang yang berbeda. Oleh Karena itu, aku biarkan smua orang berbicara semau mereka, tapi hanya aku yang tau tentangnya dan tentang kami

"sha, kamu pulang naik motor sama evan nnti ?"Tanya melisa sambil memakan bakso yang ia pesan

"iyalah mell, kecuali motor dia dijual ketukang loak, baru deh aku gak naik motor sama dia , tapi naik angkot mell, tetep ber2 pastinya"jawabku meledek

"ahh kalian itu emang kyk perangko ama surat, hanya kematian kyknya yang bisa memisahkan kalian, nikah gih sana" mell memang agak kesal kalau aku suka ber2an dengan evan, mungkin dia cemburu.

"mungkin mell, tungguin aj" jawabku sambil mengunyah indomie kuah kesukaanku.

Kulihat dari jauh ada yag menghampiri arah kami, reivan dan Gerry .

"sha , pulang aku mau beli buku dulu nih, mau ikut ?" Tanya evan padaku

"kalo aku gak ikut emang kamu bakalan pergi sendiri ?" aku memang tidak suka sesuatu yang terlalu serius, karena aku rasa hidup ini tuh jangan terlalu dianggap serius, nnti bisa cepat tua trus mati deh .

"sha... aku serius" evan mulai terlihat emosi

"pikir sendiri lahh, aku mau kekelas" begitulah aku kalau diajak serius, apalai kalau evan sudah mulai emosi, lebih baik pergi.

Bel pulangpun berbunyi . kelasku dan kelas evan sebelahan , jadi ketika aku keluar kelas, aku sudah pasti ditunggu olehnya. Aku berusaha jalan santai , namun sepertinya evan masih kesal karena masalah tadi . dia memang emosian dan sedikit egois.

"kamu masih marah yah " tanyaku merangkul tangannya

"pikir aj ssendiri, gak punya otak dasar. Aku males pergi sama kamu, pulang saja sendiri sana" ucapnya sinis, aku lebih baik diam daripada memulai keributan, aku benci saat-saat seperti ini, evan itu mudah sekali emosi dan marah bahkan suka mengatakan kata-kata kasar padaku, entahlah mungkin sudah bawaan sejak kecil. Tapi menurutku ucapan itu sungguh sudah diluar batas, dia mengusirku seenaknya, aku malas berdebat dengannya, kuinggal saja dia dan pulang naik ojek. Aku kesal sekali dengannya. Aku gak mau lagi baik baik sama dia . dia menyebalkan. Selama perjalanan aku hanya diam dan focus melihat jalanan, tapi tiba-tiba tukang ojek itu oleng dan akhirnya motornya pun jatuh menimpaku . entah kenapa aku seperti melihat evan, tapi bukankah dia marah padaku ? ternyata dia mengikutiku dari tadi. Aku senang dia sesungguhnya memperhatikanku.

Aku Bertahan Karena CintaWhere stories live. Discover now