part 9

901 22 3
                                    

Aku menelan ludahku sendiri melihat adegan itu. "Sini... Buruan... Mumpung pengen" goda veranda
Dia menyingkap rok dressnya lebih atas lagi sambil menyentuh dirinya sendiri.
"kasian boby..." gumamku pelan di sela-sela mengambil nafas.
"Biarin masa bodo" jawab veranda dengan nafas berat.
Kulit pahanya yang halus dan licin beberapa kali menyentuh kulitku, veranda memang sangat cantik Badannya sungguh indah dan kulitnya merangsang siapapun yang menyentuhnya.

Aku akhirnya berdiri, mengangkat badannya ke atas, menuntun dia berdiri menghadap tembok, membelakangiku. aku menggengam kedua tangannya dan menaruhnya di dinding badannya agak menunduk, menaungi sofa. aku menaikkan satu kakinya ke atas sofa. Setelah aku membuka celanaku, aku menyingkapkan rok dressnya lebih atas lagi, bersiap untuk permainan selanjutnya

"Tok tok tok" Shit. aku dan veranda mencoba mengatur nafas sambil berpandangan bingung.

"Veee"
"Iya gue tau" kami berdua buru-buru merapihkan pakaian kami, dan aku dengan kesal membuka pintu.

"Eh mbak..." sapaku dengan muka khawatir. ve berdiri dibelakangku dengan tampang bodoh, masih memakai backless dress yang tadi.

"Ada tamu ya?" selidiknya.
"Iya mbak....." jawabku pelan.
Muka mbak memang tidak menampakkan aura curiga atau kesal, hanya aura penasaran.
"Kenalin mbak... temen saya.."
"Veranda".
"Shania".
"Jadi ini yang namanya veranda.." mbak shania tersenyum kepada veranda
"Ha.. Halo mbak..." sapa veranda dengan kaku.
"Boby keluar ya?"
"Iya Mbak"
"Oke deh... Maaf ya ganggu..." mbak shania lalu melambaikan tangannya dan berlalu kembali ke unit apartemennya.
Aku dan veranda hanya berpandang-pandangan sambil menutup pintu. Kusambar rokok dan segera menyalakannya, lalu duduk di sofa.

"Geblek" kata veranda.
"Emang" jawabku.
"Kita ketauan?"
"Kayaknya"
"Dia bakal gimana?"
"Paling disangka gue pacaran ama lo"
"Emang lo pernah cerita apa sama dia soal gue?" tanya veranda menyelidik.
"Soal singapura"
"Lo cerita kita ada main disana?!?!?!"
"Bukan... cerita kalo gue mau ke singapura sama elo"
"Kirain"
"Dia ga tau soal kebiasaan kita"
"Bagus lah"

"Tapi keliatannya kok dia seneng..." Lanjutku.
"Dia sangkain gue pacar lo sekarang kali...." veranda menatapku dengan ekspresi bodoh.
"Gue udah gak kepengen" lanjutnya lagi.
"Sama gue juga" Aku hanya fokus menghisap rokokku dalam-dalam.
"Gue pake baju ini dulu terus ya" veranda mendadak memecah keheningan.
"Buat apa?!" aku heran mendengarnya.
"Ngegodain boby kalo dia balik entar" jawabnya.
"Iseng banget sih bocah"

"Biarin hahaha...."

----

"kemana nih.... Gaya amat..." ledek boby
"Main ludruk" jawabku sambil memakai sepatu. Aku mengenakan setelan jas ringan berwarna abu-abu gelap, kemeja putih tanpa dasi, dan ikat pinggang serta sepatu yang berwarna senada.

"Salamin buat veranda ya..." Lanjut boby
"Tanpa gue harus sampein aja dia tau kali lo nyalamin dia tiap ada kesempatan" jawabku.
"Gue masih inget pas gue balik waktu itu, yang dia pake dress merah itu ya tuhan........." boby tampaknya sedang berkhayal sambil terus sibuk kerja di depan laptopnya.

Aku hanya tersenyum kecil, sambil duduk, menghabiskan batang rokok yang tersisa, menunggu waktu berangkat.

"Lo bareng ama veranda ntar perginya?" Tanya boby lagi.
"Tembak veranda aja bob kalo penasaran mah, daripada nanya gue mulu" jawabku bosan.
Bobyhanya menyeringai, memberi tanda kalau dia pikir dirinya tidak sepadan untuk veranda

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang