Disinilah aku sekarang sendiri tanpa teman, saudara atau pasangan yang menemani. Seharusnya aku tak melepasnya begitu saja, seharusnya aku mempertahankan dia tapi, jika keadaan memaksa aku dan dia selesai sampai disini aku bisa apa. Aku ingin dia kembali disisiku menikmati secangkir kopi ini bersama seperti dulu saat kita masih bersama. Semuanya masih melekat diingatanku seperti candanya, tawanya, senyumnya, bahkan deru nafasnya masih selalu kuingat. Kalian boleh mengataiku bodoh, atau apapun itu karena kuakui memang aku seperti itu, apakah aku malu? Tentu tidak, untuk apa aku malu karena aku fikir ini semua memang sudah sewajarnya, ketika dua remaja memadu kasih pasti akan seperti ini akhirnya. Dia sih bilangnya, ini yang namanya berjuang jadi untuk apa malu, bahkan kata-kata itu masih selalu saja aku ingat. Aku tidak tau kenapa Tuhan menciptakan akhir yang seperti ini, jika Tuhan ingin aku mati kenapa harus perlahan kenapa tidak langsung ambil saja nyawaku. Mungkin aku masih seperti remaja pada umumnya merasakan cinta dan aku juga tidak tahu apalagi yang dapat aku rasakan selain cinta saja. Kenapa hidupku ini lucu sekali bahkan sekarang cinta itu juga sudah tidak ada. Apa sekarang aku ini robot yang tidak bisa merasakan apa-apa lagi bahkan rasa sakitku sekarang ini sudah tidak terasa.Apakah kalian mau menjadi temanku? Aku tidak perlu jawaban karena aku memaksa, orang bilang kalau sedih itu berbagi agar terasa ringan. Maka disinilah aku menceritakan semuanya pada kalian, semoga kalian tidak bosan membacanya anggap saja aku sedang curhat.
KAMU SEDANG MEMBACA
happy birthday je
Teen Fiction|• Mungkin kita sudah tidak bersama lagi tapi ingat bahwa separuh dari perasaanku akan selalu menjadi milikmu •|