BRAK!
"Kau harus membaca banyak buku-buku psikologi dan cara menangani stress, Iruka." Tsunade memberikan banyak buku-buku tebal besar di hadapannya. Iruka merinding hanya dengan melihatnya. Ya dia suka membaca, tentu saja. Tapi melihat betapa tebal dan besarnya buku-buku dihadapannya agak membuatnya ngeri. Kira-kira, berapa lama ia bisa memahami seluruh isinya?
"Ano, Tsunade-sama, apa Kakashi-san sudah lebih baik?"
Tsunade menopang dagu. "Terakhir kali kau yang menjaganya 'kan?"
Iruka mengangguk. "Tapi esoknya aku pulang karena harus mengajar, dan saat aku kembali katanya Kakashi-san sudah diperbolehkan pulang."
Tsunade mengangguk. "Shizune yang menanganinya, aku belum membaca laporan detail terakhir tentang kondisi Kakashi, tapi menurut penuturan Shizune, Kakashi sudah lebih dari layak untuk keluar rumah sakit. Kau tahu sendiri 'kan bagaimana daya tahan tubuh bocah itu."
Iruka tertawa geli, kadang-kadang ia lupa bahwa Hokage di depannya ini jauh lebih tua darinya dan bahkan Kakashi sendiri. Dengan penampilan mudanya yang cantik, siapapun tidak akan tahu bahwa Godaime Hokage; Tsunade Senju sebenarnya telah berumur lima puluhan. Melihat Tsunade memperlakukan Kakashi seperti anak-anak cukup menghibur.
"Lalu, kenapa Tsunade-sama menyuruhku mempelajari cara menangani stress? Maksudku, aku sendiri tidak stress."
"Tentu saja untuk Kakashi. Kau harus ingat bahwa dia butuh penanganan mental setiap saat. Kegelapan di hatinya harus benar-benar dimusnahkan."
"Kegelapan?"
Tsunade membuka-buka catatannya. "Kau ingat soal pembicaraan kita sebelumnya? Bahwa emosi mendalamlah yang membuat sharingan bangkit. Dan aku melakukan penelitian kecil-kecilan soal ini—tentu saja belum sepenuhnya valid karena ini masih dalam tahap pengkajian lebih lanjut. Ku pikir, penyebab tak terkendalinya sharingan Kakashi adalah karena emosinya yang tak stabil, dan cara terbaik untuk menangkal itu semua, dengan memberikan emosi mendalam lainnya pada si penderita."
Iruka mengerutkan kening. "Memberikan emosi mendalam? Aku tidak paham maksudnya, Tsunade-sama."
"Jika sharingan Kakashi bangkit karena kesedihan dan kegelapan hatinya, maka itulah yang membuat sharingan-nya juga tak terkendali. Jika kegelapan dalam hatinya harus dilawan, maka kebahagiaanlah yang bisa melawannya."
"Lalu?"
"Ku pikir Kakashi terlalu stress. Dari semua shinobi di angkatannya, kisah hidup Kakashi yang paling tragis. Kau mungkin tidak akan mau tau bagaimana rasanya."
Iruka meremat ujung pakaiannya. Ya tentu saja, siapa yang mau merasakan kepedihan sedalam itu? Iruka sering sekali menangis saat kedua orangtuanya meninggal. Sementara Kakashi? Ia juga ditinggal ayahnya, dalam keadaan bunuh diri, sensei panutannya, kawan-kawannya, dan semua kematian mereka tak ada yang wajar. Iruka tersenyum getir, jika saja ia yang ada dalam posisi itu, ia yakin sekali sudah dari dulu dirinya mengakhiri hidup.
Memangnya, apa gunanya hidup menanggung kepedihan dan rasa bersalah sedalam itu?
"Hah?" Iruka membalalakkan matanya, seolah menyadari sesuatu.
"Ada apa, Iruka?"
Iruka mengerjapkan kedua matanya, ia menarik senyum sopan khas miliknya. "Ku rasa aku mulai sedikit paham apa yang Tsunade-sama maksud." Iruka menumpuk buku-buku tebal itu. "Kalau begitu, aku akan mencobanya. Terima kasih, Tsunade-sama."
Tsunade menghela napas. "Hah, anak-anak muda sekarang benar-benar sulit ditebak." Keluhnya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
KakaIru (ManXMan)
FanficApa kau tahu hal yang paling berat di dunia ini? . Udara . Udara yang kau hirup sebelum kematian. >>BREATH, dan cerita-cerita lainnya. I DON'T OWN THE PICTURE CREDIT TO THE ARTIST.