Pagi ini suasana kampus cukup berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Lorong kampus yang terlihat lenggang, ruang-ruang kelas yang tertutup tak berpenghuni, dan dapat dilihat segelintir orang yang hilir mudik bahkan masih bisa dihitung jari.
Suara sepatu yang menggema seiring langkah kakinya menuju ruang dimana dosen pembimbing telah menanti, semakin meyakinkan bahwa tempatnya menuntut ilmu hari ini benar-benar sepi. Wajar saja, ini weekend, siapa yang akan menghabiskan waktu liburnya untuk berada di kampus. Di musim dingin. Pagi-pagi pula. Kecuali dirinya.
Ya, bayangkan saja. Paginya diganggu dengan suara notifikasi dari handphone yang ternyata adalah pesan dari dosen pembimbingnya. Dengan tidak rela Hyeji memaksakan kedua netranya terbuka untuk setidaknya membaca alasan sang Dosen menghubunginya di pagi buta.
“Hyeji ssi, tolong temui saya pagi ini pukul tujuh di ruangan saya.”
Heol. Hyeji menganga. Bagaimana tidak, pukul tujuh biasanya Hyeji masih menikmati bercumbu dengan kasur dan bergumul dengan selimut kesayangannya. Terlebih ini hari liburnya, bung. Tapi ini.. ah sudahlah.Dengan langkah berat Hyeji segera mempersiapkan diri memenuhi panggilan dari dosen pengampunya tersebut. Hancur sudah angan untuk berlama-lama mengarungi mimpi yang indah. Memang benar, Dosennya yang satu ini tidak berperikehyejian sama sekali. Huh.
.
.
Sebenarnya, Hyeji datang lebih lambat tiga puluh menit dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Biarkan saja, salahkan dosennya yang dengan seenak hati menyuruhnya datang ke kampus di hari libur.Pintu diketuk dua kali dan setelahnya Hyeji memasuki ruangan dimana sudah terdapat sang dosen yang tengah asik berbincang dengan seseorang.
"Selamat pagi, Seejin seonsaengnim" sapa Hyeji dengan menampilkan sedikit senyum untuk sang Dosen.Segera dibalas dengan anggukan oleh Seejin "Ah kau sudah datang. Duduklah. Saya ada informasi untukmu"
Hyeji mengangguk dan segera mendaratkan pantatnya menduduki kursi yang tersedia, bersebelahan dengan seseorang yang entah siapa, yang jelas Hyeji tak peduli.
Yang dipikirnya sekarang hanyalah kasur beserta antek-anteknya yg setia menunggu di apartemen siap menyambut rengkuhan tubuh Hyeji tanpa mengeluh. Tunggu saja setelah ini selesai. Mama akan datang anak-anak.
"Jadi bagaimana, Jeon Jungkook-ssi? Sesuai dengan usulan yang kau berikan padaku, bapak rasa tidak ada salahnya. Bapak yakin penelitian ini akan mendapatkan hasil yang bagus nantinya. Apalagi nanti kalian berdua yang menjadi salah satu bagian dari penelitian ini.." jeda sejenak sembari menatap kedua anak didiknya. "..maka dari itu kalian ku kumpulkan di sini" ucap sang dosen melanjutkan. Sesekali menoleh pada jungkook dan juga Hyeji
"Seperti yang telah saya jelaskan tadi ssaem, dan saya pun memikirkan hal yang sama, saya yakin yang lain pun akan menyetujuinya”
Tunggu.. tunggu.. Hyeji tidak salah dengar kan? Bukankah dosennya tadi menyebutkan ‘kalian berdua’? Disini hanya ada dirinya, sang dosen, dan seseorang yang dipanggil sebagai si Jungkook-jungkook itu, omong-omong. Tidak mungkin kalian berdua yang dimaksut dosennya adalah sang dosen sendiri dan orang yg ada di sebelahnya, kan?
Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Hyeji bermaksut untuk menanyakan kejelasan atas hal yang berhasil ditangkap rungunya.
"Joesonghaeyo, Seonsaengnim. Apakah ada sesuatu yang belum saya ketahui?"
Jelas ini bukanlah pertanyaan yang tepat, tapi inilah ucapan yg berhasil dikeluarkan oleh kedua bilah bibirnya.Kedua orang dengan jenis kelamin sama tapi berbeda usia tersebut lantas menoleh kearah Hyeji. Mendapati wajah Hyeji yang menampilkan raut bingung dan sedikit tidak terima(?) Entahlah. Ekspresi Hyeji terlalu acak.
"Ah, pasti kamu bingung. Alasan bapak memanggilmu kesini karena bapak akan mengikutsertakan kamu dengan Jungkook sebagai perwakilan dari Fakultas Bisnis untuk mengikuti penelitian tahunan kampus. Recananya penelitian ini akan dilaksanakan selama 45 hari dan kemungkinan lokasinya berada di luar kota" jelas sang dosen.
Hyeji berusaha mencerna ucapan dosennya ini dengan baik. Bukan, bukan Hyeji lambat dalam menerima informasi, Tapi dia cukup terkejut mengetahui dirinya akan menjadi perwakilan fakultas dalam sebuah penelitian kampus? Hey, Hyeji bahkan tak pernah membayangkan hal-hal seperti ini sebelumnya. Dirinya hanya ingin menuntaskan pendidikannya dengan baik tanpa harus susah payah di sibukkan dengan kegiatan yang dapat menguras tenaga dan pikirannya.
“ ssaem, bukankah hal seperti ini sebaiknya ditujukan kepada orang yang lebih baik dari saya?”
Hyeji berusaha bernegosiasi dengan dosennya agar ia tidak terjebak dalam hal-hal yg tak diinginkannya.“Ini bagus untukmu hyeji-ah, kau pun salah satu mahasiswi terbaik di jurusanmu. Toh , Jungkook yang merekomendasikanmu pada bapak, dan bapak percaya pilihan Jungkook sudah tepat untuk riset ini”
Tentu saja Hyeji tidak terima, apa yang dosennya katakan? Jungkook yg merekomendasikannya? Bahkan Hyeji tak mengenal siapa itu Jungkook. Bahkan wajahnya saja tidak terdaftar dalam setiap lembar ingatan Hyeji akan orang-orang yang pernah ditemuinya. Dan dengan seenak jidatnya dia mengusulkan namanya? Waw.
Apakah aku se terkenal itu?
Dia melirik sekilas pada seseorang di sampingnya, yang tentu saja orang yang dilirik kembali menatap dirinya. Setia menonton perdebatan antara dosen dan mahasiswinya dengan tenang, terkadang sesekali menunjukkan senyum smirk pada Hyeji yang bahkan Hyeji tak mengetahui apa maksut yg terkandung dalam senyum itu. Omong-omong dari mana Hyeji tahu? Tentu saja dia tahu, karena sedari tadi dirinya juga mencuri-curi pandang pada Jungkook yang terus diam. Cih, Hyeji makin kesal jadinya.
“tapi ayolah, ssaem. Jangan aku. Jebaalll” akhirnya Hyeji merengek layaknya anak kecil di depan dosennya. Mengharap sang dosen merasa iba dan membatalkan untuk mengikutsertakan dirinya.
Tapi harapan hanyalah tinggal harapan. Sesaat setelah Seejin membuka kedua bilah bibirnya dan mengatakan hal yang membuat Hyeji ingin tenggelam saja di rawa-rawa,
“kurasa sudah tidak ada yg perlu di bicarakan lagi,Hyeji-ssi. Untuk informasi lebih lanjut silahkan tanyakan saja pada Jungkook. Dia adalah Ketua tim dalam riset ini”.
Dengan begini, selama 45 hari ke depan merupakan petaka bagi Jung Hyeji.
They don’t know each other.
but, they’re connected, Now.Tbc.
Haiii..
This is my first story.
I hope you’ll like it. Enjoy.Jangan lupa vote dan komentar nya yaa. Sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran.
Thanks.🐰Dee
KAMU SEDANG MEMBACA
45 DAYS || JJK
FanfictionJung Hyeji tidak menyangka bahwa hari-harinya akan berubah. 45 hari yang dilalui hanya demi kemaslahatan dunia pendidikannya berhasil menciptakan rasa-rasa yang tak pernah di cecap daksanya. Semua itu, karena kehadiran seseorang yang bahkan presens...