"Gimana sih kamu!, gini aja salah! Dasar orang gagal dan gak punya otak, miskin lagi!" Kata anak bos tersebut. Seketika perasaan Tito hancur mendengar perkataan anak bos yang sebenarnya tidak bisa apa-apa, dan hanya bisa memerintah. Tito langsung balik ke meja kerja nya sambil membawa hasil pekerjaan yang di tolak oleh anak bos tersebut. Dia hanya bisa merenung dan terdiam melihat hasil kerja nya yang di bilang gagal oleh anak bos tersebut. Padahal, kalau hasil kerjanya berhasil Tito di promosi menjadi manager. "Hitung-hitung kalau saya berhasil dan di promosi, lumayan untuk melunaskan hutang-hutangku" kata Tito dalam hati. Atasannya pun menghampiri Tito dan bertanya "Ada apa Tito? Muka mu tidak seperti biasanya.. abis putus ya?" Tanya sang atasan. "Bukan bu, saya habis di marah-marahin sama si anak bos..." kata Tito. "Tenang aja To..." kata atasannya "Gabisa bu, saya hilang kesempatan untuk dipromosikan bu..." kata Tito. Keesokan harinya Tito berjalan di trotoar menuju kantor nya, sesampainya di lobby kantor dia melihat anak bos tersebut turun dari mobil baru yang super mewah... dia pun sempat melihat si anak bos memamerkan mobil barunya ke teman-teman serta anak buah di kantor nya. Tito langsung bertanya ke diri nya sendiri "kapan ya gue punya mobil mewah seharga rumah tersebut.." kata Tito dalam hati. Seketika dia langsung semangat kerja untuk merealisasikan impiannya... tidak sampai disitu, dia juga mengikuti seminar-seminar bagaimana cara menjadi orang yang lebih sukses. Tito juga tidak lupa beribadah dan bersyukur dengan apa yang dia punya dan lakukan saat itu. Hari yang ditunggu datang, Tito dipanggil untuk wawancara dengan direktur kantor tersebut, untuk di cek hasil kerjanya sekaligus di promosi menjadi manager. Berkat hasil kerja kerasnya, Tito dipromosi menjadi manager dan menjadi manager termuda di kantor tersebut karena umur Tito baru 24 tahun. Itulah hari paling bahagia Tito. Pada malam harinya Tito mentraktir teman-teman dekat kantornya serta ibu atasannya dia. Setalah selesai makan mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing, sedangkan Tito masi ngekos tidak jauh dari kantornya. Waktu Tito turun eskalator dan kebetulan banget ketemu sama si anak bos, lalu Tito menyapa "malam pak..." kata Tito. Si anak bos menjawab "ngapain kamu disini?, abis traktiran atas promosimu ya? Jangan terlalu bangga kamu! Asal kamu tau ya, pak direktur hanya kasihan sama kamu. Jadi semua ini hanya TERPAKSA!" Kata si anak bos. Tito pun hanya bisa terdiam dan menunduk karena malu dilihat banyak orang juga. Tiga hari kemudian dia mendapat kabar darj temannya bahwa si anak bos pergi jalan-jalan bersama pacarnya ke London, mereka pergi jalan-jalan selama 1 bulan penuh dan pergi dengan jet pribadi serta menginap di hotel bintang 5 yang sangat mewah. 2 minggu berlalu, Tito mendapatkan kabar duka bahwa Direktur Utama meninggal dunia, yaitu ayah dari si anak bos. Si anak bos langsung pulang dari London menuju ke Jakarta. Dia langsung ke rumah duka dan terlihat sangat terpukul oleh kepergian ayahnya. Tetapi dia juga senang karena seluruh harta ayahnya menjadi miliknya. Dia sudah menghitung seluruh harta sang ayah yang mencapai 100 miliar rupiah, lebih senang lagi bahwa dia adalah anak tunggal dan kedua orang tua sudah meninggal, yang berarti dia tidak membagikan harta nya ke orang lain. Tito sangat jengkel melihat tingkah laku anak bos tersebut, lebih mementingkan harta dibandingkan keluarga. Tetapi Tito tetap konsisten terhadap kerjanya dan karirnya. Tito sangat ingat perkataan sang ibu bahwa "hal yang terpenting dalam bekerja bukanlah kepintaran tetapi sikap adalah hal terpenting dalam bekerja." Tito selalu menerapkan perkataan sang ibu saat bekerja, apalagi kepada atasannya. 1 tahun berlalu, Tito dipanggil oleh kantor baru untuk diwawancarai. Dia juga sangat senang bahwa pekerjaannya di promosi menjadi kepala department. Tito juga mulai membeli aset seperti rumah, mobil, dan apartment. Dan akhirnya Tito bertemu dengan seorang wanita di kedai kopi untuk bekerja sama membuat restaurant. Tito mulai memantau pembuatan Restaurantnya tersebut di daerah Senopati. Sementara si anak bos baru saja membeli 2 mobil mewah untuk dia dan pacarnya, serta memamerkan harta kekayaannya di sosmed. Si anak bos juga foya-foya akan kekayaannya yang tidak habis-habis. Tito tetap mengembangkan usahanya tersebut. 5 tahun berlalu Tito baru bertemu lagi dengan si anak bos, ternyata si anak bos mau melamar di sebuah restoran yang ternyata milik Tito. Si anak bos tersebut langsung gengsi dan minder karena malu. Anak bos tersebut juga tidak memiliki mobil lagi dan rumah nya sudah dijual karena banyaknya hutang dan kehabisa uang, jadi anak bos tersebut mulai dari 0. Meskipun Tito sudah sukses, tetapi Tito tetap rendah hati terhadap anak bos tersebut. Tito juga sering menyumbang kepada yang fakir miskin dan yatim piatu. Tito juga sering membantu orang yang kesusahan karena Tito tahu rasanya menjadi orang susah, jadi dia sangat antusias membantu orang yang susah.
YOU ARE READING
Kesombongan Bukanlah Kelebihan
Short StoryKekayaan bukanlah untuk di pamerkan tetapi untuk dibagi dan membantu orang yang lebib memerlukan