" Cepet, Kay! Jangan lelet! Ntar kita ketinggalan acaranya."
" Acara apaan sih? Pagi-pagi lo udah ribut aja." Sahut Kayanna dengan suara khas orang baru bangun tidur.
" Lo lupa hah?"
" Iya. Ada apaan sih emang? Lo mah ganggu mulu gue lagi enak-enak tidur."
" Kita mau nonton basket, Kay..." Chika mulai gemas melihat Kayanna yang malah menarik selimutnya sampai ke dagu—melanjutkan tidurnya—merajut mimpi-mimpinya yang belum selesai.
" Bentar-bentar, 5 menit lagi,"
Sebelum Kayanna terlena kembali, Chika sesegera mungkin menarik selimut Kayanna dan menarik kedua tangan gadis itu.
" Kelamaan! Bisa-bisa tandinganya udah selesai. Ayo cepetan bangun! Jangan males kayak kebo!"
" Gak mau ah, gue males, Chika!!!"
" Temenin gue, ayo cepetan lo ke kamar mandi. Cuci muka aja gak usah mandi!"
" Gak mau ish, lo sendiri aja," Kayanna ingin jatuh kembali ke kasurnya. Namun segera ditarik oleh sahabatnya.
" Junior juga main loh, lo gak mau lihat dia main basket?"
" Gue gak peduli"
" Gue tau lo masih peduli. Sana cepet siap-siap. Gue tunggu lo di bawah."
" Iya-iya, bawel."
Chika terkekeh. Junior hanyalah satu-satunya alasan Kayanna bersemangat. Chika tidak punya pilihan. Hanya itu. Hanya Junior.
" Cepetan elah, lelet banget sih zheyeng," Chika menggusur lengan Kayanna yang sedang memoleskan lipstik dibibir mungilnya sehingga melenceng sampai ke pipi.
" Ah bego! Sabar kali ah. Gue jadi kayak badut tau."
" Bodo amat. Yang penting bukan gue yang kayak badut. Gue harus cantik."
Aktifitas Kayanna yang sedang menghapus lipstik di pipi terhenti demi melihat Chika yang sumringah seperti habis dapat kupon berhadiah.
" Cantik? Cantik buat siapa lo?"
" Ya, buat—buat semuanya lah. Masa gue tampil jelek gitu di depan orang-orang? Ya kali, Kay!"
" Hmm, lo punya gebetan gak bilang-bilang gue ya?"
" Aduh, udah deh, yuk kita pergi. Ntar telat!"
" Hm, curiga gue. Curiga."
" Apa sih, Kay. Udah yuk ah!"
" Awas kalau gebetan lo jelek sama jorok! Gue gak akan restuin!"
" Ngaco lo kalo ngomong. Udah ayo cepet, bersihin tuh lipstik."
" Eh, iya gue lupa."
***
Di sepanjang tribun lapangan basket indoor itu sudah banyak siswa yang memenuhi. Sampai-sampai panitia sibuk meneriaki beberapa diantara mereka yang duduknya sampai ke tengah lapangan." Hei! Itu yang pakai topi kuning! Duduk di tribun! Mau jadi wasit hah?!"
" Iya iya! Elah bawel amat!" Laki-laki itu tak kalah keras suaranya dari panitia. Lantas terseok-seok menuju tribun. Nyengir kepada teman-temannya yang membuang muka. Malu punya teman yang punya hobi malu-maluin.
Kayanna dan Chika mendaratkan bokong diatas tribun persis saat pengeras suara di ujung lapangan berbunyi kencang.
" Selamat datang di acara pertandingan basket antar sekolah! Silahkan para penonton memenuhi tempat yang telah disediakan. Dalam hitungan detik, pertandingan ini akan segera dimulai. Harap tertib dan dukung jagoan kalian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Teen FictionBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.