Janji Tidak Masuk Akal

7.3K 184 6
                                    

"Brank... brank... " Suara raungan kakak perempuannya beradu dengan barang-barang yang dia lempar. Perempuan yang bernama Aliana atau lebih sering dipanggil Alia, sedang menangis, marah dan berontak sejadi-jadinya.

"Hentikan Alia.. hentikan, biarkan ibu bicara dengan ayahmu. Kamu tak perlu melakukannya jika tidak mau". Suara ibu melengking keras berusaha mencari cara agar anak perempuan kesayangannya mau menirukan emosinya.

Ucapan ibu dibalas dengan teriakan nada tinggi namun tak terdengar jelas apa kata-kata yang diucapkan. Berbaur dengan tangis, marah dan emosi yang meluap-luap.

Aruna mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Dia menyelinap ke dapur untuk bertanya pada mbok Tamini dan mbak Linda tentang apa yang sedang di ributkan kakak perempuan dan ibunya.

Dua orang pembantu rumah tangga yang sekaligus pengasuhannya itu sedang turut gelisah. Hanya gelengan kepala yang bisa mereka tunjukkan.

Suara bantingan dan amukan masih terdengar di atas sana. Dikamar kakaknya yang berada di lantai 2 tepat di samping kamarnya. Aruna tidak berani naik ke atas. Dia berniat menjauh dari suara itu berjalan menuju balkon belakang.

Langkahnya terhenti pada pintu ruang kerja Ayah. Sepertinya ayah ada di dalam. Mengapa ayah tidak mencoba menghentikan amukan kakaknya. Mengapa ayah berdiam disini. Pintu ruangan yang terbuka sedikit itu di dorongnya perlahan. Aruna sangat ragu, sayangnya dia tidak bisa mengabaikan keributan keluarganya.

"Ayah". Aruna memanggil laki laki yang masih lengkap dengan setelan baju kerja, kemeja lengan panjang termasuk dasi dengan warna senada. Ayahnya segera memutar kursi kerjanya. Membelakangi Aruna, berusaha merapikan diri lalu berbalik dengan senyum kecil, tampak dipaksakan.

"Apa Ayah baik-baik saja". Pertanyaan Aruna membuat ayahnya lebih lega. Laki laki itu sudah menggali pikirannya dengan ekstrak, dia yakin akan di tanya 'apa yang terjadi?'. Ternyata putrinya malah menanyakan keadaannya.

"Hanya sedikit kacau". Jawab pak Lesmana, ayah Aruna. Sekali lagi memaksakan diri untuk tersenyum.

"Apa Aruna bisa membantu mereda kekacauan ini?". Tanya Aruna tulus. Pak Lesmana hanya menggelengkan kepalanya.

Aruna memahami itu adalah isyarat agar Ayahnya tidak diganggu. Dirinya berusaha mengundurkan diri. Perlahan keluar dari ruangan yang menyesakan hati ini.

"Tunggu Aruna". Suara ayahnya tampak putus asa, memanggilnya yang hampir menghilang di balik pintu. Aruna menghentikan langkanya. Kembali memasuki ruangan. Dan duduk didepan meja kerja ayahnya.

"Sekarang berapa umur Aruna?". belum sempat Aruna menjawab.

"Maafkan ayah terlalu sibuk bekerja hingga tidak ingat anak perempuannya berumur berapa". Lanjut Lesmana. Aruna tersenyum menenangkan ayahnya.

"20 tahun ayah". Jawab Aruna. Ayahnya mengusab muka dengan kedua telapak tangan menandakan dia sangat gelisah.

"Aku tidak ingin membebani mu, namun jika kakak tidak mau. Ayah hanya bisa minta bantuan pada mu". Laki laki itu menghela nafas panjang.

"Aruna mau menikah". Ayahnya meluncurkan pertanyaan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Aruna mengerutkan alis, kebingungan.

"Ayah tahu akhir-akhir ini, kamu mengisi beberapa seminar startup. Ayah sangat bangga kepadamu. Ayah juga tahu itu artinya Aruna tidak punya rencana menikah dalam waktu dekat". Bertahap ayah mencoba menjelaskan.

CIUMAN PERTAMA ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang