Lembar 22

963 133 110
                                    

    Menuju destinasi ke tiga. Changkyun berjalan dengan di apit oleh Taehyung dan juga Jimin berjalan menyusuri komplek Istana Gyeongbok. Changkyun yang tetap menggandeng lengan Taehyung sesekali memandang Jimin dengan tatapan was-was di saat pemuda itu yang sesekali mengibaskan Cheopseon di tangannya dengan cara yang sangat elegan.

    "Aku tahu aku sangat tampan, kau tidak perlu mengangumiku sampai seperti itu." gumam Jimin yang kemudian menjatuhkan pandangannya pada Changkyun dengan seulas senyum ramahnya. Namun saat itu Changkyun justru semakin merapat pada Taehyung.

    "Jangan berusaha meracuni pikirannya, dia masih bersih. Tidak sepertimu." perkataan dari seorang teman yang kemudian membuat Jimin mencibir tanpa suara.

    Setelah berjalan cukup jauh. Pendengaran Changkyun menangkap sebuah alunan musik tradisional. Namun saat itu pula tengkuknya meremang, terasa makin berat dan lebih berat lagi ketika mereka semakin mendekati suara alunan musik itu.

    Jimin yang sepertinya menyadari hal itupun kembali menjatuhkan pandangannya pada Changkyun. Sejenak memandang Taehyung yang tak menunjukkan reaksi apapun.

    "Kau tidak tahu, apa tidak peduli?" sebuah pertanyaan yang terucap bagai sebuah sindiran.

    Taehyung menghentikan langkahnya dan berhadapan dengan Jimin. Jimin lantas menggerakkan dagunya sebagai sebuah isyarat pada Taehyung dan Taehyung pun menjatuhkan pandangannya pada Changkyun yang menunduk dalam, masih dengan memeluk lengannya.

    "Kau belum mengatasi ketakutannya, kenapa membawanya kemari?" tanpa meminta izin dari Taehyung terlebih dulu, Jimin mengusap puncak kepala Changkyun. Menggerakkan ke belakang kepala pemuda itu beberapa kali sebelum menarik tangannya kembali dan mengibaskannya untuk beberapa kali.

    "Lim Changkyun." panggilan dari suara tenang Taehyung yang kemudian membawa Changkyun mengangkat wajahnya.

    Pemuda itu segera meraba tengkuknya, merasa begitu ringan dan perasaan yang memberatkannya sebelumnya tiba-tiba menghilang.

    "Kau takut?"

    Changkyun memandang Taehyung tanpa bersedia berucap, karna tatapan matanya sudah menjelaskan semuanya. Dia tahu tidak ada manusia di sana, dan di balik suara alunan musik itu. Dia yakin bahwa di sana ada begitu banyak hantu.

    "Tidak ada yang akan menyakitimu. Asal kau tahu, pamanmu ini adalah orang yang paling di takuti di sini."

    Jimin dengan gemas memukul kepala Taehyung menggunakan Cheopseon yang terlipat di tangannya. "Berhenti menyuruhnya untuk memanggilku 'Paman'! Jika aku 'Paman', lalu kau apa?"

    Tak banyak bicara, Taehyung hanya memandang teman lamanya itu dalam diam dan seketika membuat Jimin gugup. Menyadari kesalahan kecil yang baru ia lakukan. Dia kemudian merapatkan kakinya dan segera membungkukkan badannya dengan hormat di hadapan Taehyung.

    "Aku minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."

    Taehyung menarik lembut Changkyun dan membawanya pergi, meninggalkan Jimin dengan senyum masamnya. Tanpa menegakkan tubuhnya, Jimin mengarahkan pandangannya pada punggung kedua orang yang baru saja meninggalkannya.

    Dia bergumam, "kau bersikap seperti pria terhormat, bajingan tengik!"

    "Tuan ingin mengambil Lost Child?"

    Jimin menoleh ke arah sebaliknya dan kedua netranya memicing tajam ketika wajah Hyojung berada tepat di depan wajahnya. Jimin menegakkan tubuhnya dan segera memukul kepala Hyojung menggunakan Cheopseon nya, membuat gadis itu menegakkan tubuhnya sembari mengernyit dengan tangan yang mengusap kepalanya.

GHOST IN THE WIND [Guardians Of The Lost Child]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang