Repub tanpa edit 24/9/20
16/11/20
23/6/21Satria membantunya untuk turun dari mobil tanpa dia minta dan meskipun dia bersikap menyebalkan tadi. Melingkarkan tangan Malika pada lengannya ketika mereka berjalan lalu memegang tangannya ketika dia menaiki undakan agar bisa berdiri di depan pintu dari rumah yang megah itu.
"Malika ya?" Pertanyaan pertama begitu pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita dengan rambut bermodel bob diatas bahu. "Ya ampun beneran dibawa dong!" Wanita itu terlihat senang melihatnya dan langsung menariknya ke dalam pelukan.
Malika yang tidak tahu harus berbuat apa, kedua tangannya dia naikkan untuk memeluk wanita itu sambil melirik sekilas ke arah Satria yang sudah masuk ke dalam rumah.
"Gue kira si Satria nipu." Ujarnya ketika sudah melepaskan pelukan. "Kok bisa sih dia dapet yang cakep gini? Rugi lho kalau kamu dapet dia. Orangnya ngeselin." Kicau wanita itu, tidak lama sesosok pria yang tengah menggendong bayi yang dibedong dengan kain berwarna salem muncul di belakangnya.
"Kei, biarin dia masuk dulu dong." Tegurnya pelan, hampir menyerupai bisikan seakan jika suaranya lebih besar dari itu, bayi yang berada dalam gendongannya akan terbangun.
"Eh iya lupa. Masuk yuk," Ucapnya sambil menarik tangan Malika memasuki rumahnya, "Nama gur Keira, pria ganteng tadi laki gue, Samudra." Ucapnya dengan bangga, dia masih terus menarik tangan Malika dan berhenti ketika sudah berada di ruang keluarga. Satria dan seorang anak laki-laki terlihat di sana sedang memainkan monopoli. Sepertinya itu giliran Satria karena dia tengah mengocok dadu kemudian melemparkannya, tidak lama dia tertawa sedangkan anak laki-laki itu mengerang kesal ketika selesai menghitung di mana bidak Satria akan berhenti.
"Itu anak laki-laki gue, Sam. Yang tadi digendong sama Samudra namanya Sha." Terang Keira, dia menepuk sofa kosong di sisi sebelah kanannya agar Malika duduk di sana.
Malika duduk di sofa dengan mata yang masih tertuju pada Satria dan Sam. Satria tampak memiliki hubungan yang baik dengan anak-anak dan itu membuatnya mau tidak mau merasa senang. Setidaknya, anak mereka nanti tidak kehilangan figur ayah meskipun mereka tidak bersama dalam pernikahan.
"Kei, tolong pegang Sha sebentar, saya mau ambil pesenan makanan di depan." Pria tadi muncul di samping Keira, menyerahkan anak mereka pada wanita itu sebelum berlalu.
"Jangan lama-lama, Mas. Kita bisa manfaatin Satria sama Malika buat jagain Sam dan Sha sementara kita nyobain Tantric." Kikik wanita itu dengan centil yang membuat prianya menunduk dan menggigit pelan pipinya.
"Jangan dengerin dia, otaknya korslet karena nifas." Kata Samudra ketika dia sudah melap bekas gigitannya dengan ibu jari di pipi kiri Keira.
"Kayak Mas gak aja, awas minta jatah malam nanti!" Gerutu Keira.
"Kayak kamu bisa nolak." Jawabnya santai sambil berjalan ke arah pintu.
Dia dapat melihat penampilan pria itu ketika berjalan keluar, sepertinya lebih tua dibandingkan Keira. Matanya kemudian beralih kepada Keira yang tampak bahagia, siapa juga yang tidak akan bahagia jika memiliki suami tampan, kaya serta dua anak yang menggemaskan? Hidupnya terlihat sempurna.
"Om Satria curang!" Teriakan anak kecil membuat Malika mengalihkan perhatiannya kepada Satria dan juga Sam yang kini tengah mengajukan protesnya.
"Gak kok, kamu gak mau ngaku kalah aja." Jawab pria itu, kedua tangannya kini dia jadikan penopang tubuhnya yang condong ke belakang.
"Aku gak mau main lagi!" Sam berdiri dan keluar dari ruang keluarga itu, Keira yang melihatnya langsung memanggil bocah laki-laki itu agar membereskan mainnya.
"Gak apa, Kei. Aku beresin aja." Kekeh Satria, dia lalu dengan cekatan membereskan permainan itu.
"Dia akan jadi papa yang baik." Ujar Keira pelan sambil tersenyum ke arahnya.
Malika tersenyum sebagai balasan, dia tidak meragukan bahwa Satria akan menjadi papa yang baik bagi anak mereka nantinya jika dilihat bagaimana perhatiannya pria itu terhadap kesehatan mereka berdua.
"Dia juga partner yang baik."
Itu dia tidak membalas. Dia bahkan tidka bisa tersenyum sebagai balasan untuk berbasa-basi.
Keira tertawa pelan ketika melihat Malika yang terdiam. "Dia pemaksa ulung dan akan memanfaatkan segala kesempatan untuk melakukan hal yang dia mau."
"Ini gue sedang di-pitching ya?" Tanya Malika yang membuat Keira tertawa, kali ini lebih kencang.
"Dia bilang lo menolak dia makanya gue coba menjual dia supaya menarik." Ucap wanita itu dengan jujur, "Tapi gue rasa ide gak menikah itu datangnya gak cuma dari lo." Lanjutnya pelan sambil menatap pada manik Malika yang terlihat bingung kali ini.
"Dia cerita?"
"Dia cuma cerita soal lo yang nolak dia." Jawabnya pelan, memberikan jeda sebelum dia melanjutkan. "Dia sudah bilang kan kalau kami temenan dari zaman dalam orok? Gue cukup kenal dia buat tahu kalau ide itu gak hanya datang dari lo. Again, gak ada yang bisa menyalahkan dia dengan masa lalunya itu."
"Masa lalu?"
"Dia belum cerita?"
Cerita gimana? Ngomong aja udah bikin kesel. "Kami jarang bicara hal yang pribadi."
"Eh, tunggu. Lo....bukan pacarnya?"
"Dia punya pacar?" Malika mengedipkan matanya beberapa kali sebelum membelas pertanyasn Keira dengan pertanyaan juga.
"Setau gue engga, makanya dia bilang mau kenalin lo gue kira dia udah normal tytydnya." Keira tertawa lagi.
"Di--" Ucapan Malika terhenti ketika Samudra datang dan berteriak memanggil Sam agar membantunya membereskan makanan.
Malika terdiam di tempatnya sampai Satria mendatangi dia.
"Yuk, makan." Ajak pria itu. Malika berdiri dan seperti kebiasaan, Satria membantunya dengan memegang pergelangan tangan wanita itu.
Malika langsung menepisnya, "Saya bisa sendiri." Ketusnya lalu meninggalkan Satria.
Cukupkan manisnya Kei sama Pak Bos? Wkwkwkw, cerita siapa yang manis siapa.
Sampai jumpa hari senin minggu depan entah di cerita Satria atau Naren!
14/2/20
15/3/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Tient à Cœur [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hatinya dan juga merobek asanya. Kembali jatuh cinta bukan hal yang ingin dia lakukan, dia memilih unt...