Eps.2

252 47 7
                                    

Jeno selalu di sibukkan dengan pencarian sahabatnya itu. Menemukan satu orang di antara kerumunan orang itu bukan suatu hal yang mudah.

Sudah dua hari Jeno menghabiskan waktu di masa ini, tapi tetap saja dia belum menemukan apapun, walaupun informasi sekecil apapun itu.

Dan hari ini adalah hari ketiganya dan berarti waktunya tersisa dua belas hari. Dan sekarang dia harus mendapatkan sebuah informasi.

Sekarang Jeno sudah selesai bersiap tapi dia tidak langsung berangkat, dia duduk sembari memperhatikan benda di tangannya itu, benda pemberian pamannya. Haruskah dia menekankan tombol itu? Sedangkan waktunya semakin menipis.

Walaupun begitu dia tidak boleh menyerah, dia harus selalu berusaha.

Jeno meletakkan benda itu di atas mejanya. Lalu menggunakan tasnya di bahu kanannya. Dan berangkat berjalan kaki, dia hanya ingin menikmati suasana itu.

...

Dengan tenangnya Jeno berjalan sembari menikmati pemandangan di sekitarnya. Tapi ketenangannya terganggu ketika suara bel sepeda terus berdenting, di tambah dengan suara teriakan seseorang. "Misi, gue mau lewat, misi."

Jeno bergeser dari jalur sebelumnya, tapi tetap saja orang itu tidak busa menyeimbangkan laju sepedanya, hingga sepede beserta orang itu terjatuh.

Orang itu meringis kesakitan, Lututnya terluka dan sedikit mengeluarkan darah. Orang itu mengabaikan rasa sakit itu, dia berdiri dan mendirikan sepedanya lalu menyetandarkannya.

Dia membersihkan seragamnya yang menjadi sedikit kusut dan kotor.

Jeno mendekat, begitu saja dia naik ke sepedanya. Orang itu terkejut saat melihat Jeno yang sudah naik di sepeda. "Udah naik aja." ucap Jeno.

Orang itu memandang bingung. "Maksudnya?"

"Gue yang bonceng." ujar Jeno. "Kaki lo protes, lagian kayanya tujuan kita sama."

Dengan ragu orang itu naik ke sepeda. Dan Jeno menginjak pedalnya. Keduanya saling diam, tentu orang itu juga masih merasa canggung.

Akhirnya mereka sampai di sekolah. Jeno memarkirkan sepedanya. Saat berbalik dia terkejut, tangan orang itu sudah terulur.

Jeno hanya menatap tangan itu.

"Gue Sohyun. Makasih udah nolong."

Jeno membalas jabatan tangan orang itu. "Sama-sama." lalu melepaskannya lagi.

"Nama lo Jeno?" tanya Sohyun. Jeno mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, gue duluan ya." ujar Sohyun. Sohyun meninggalkan Jeno.

"Kaya gak asing." lirih Jeno.

...

Jeno mengerjakan tugas itu dengan tenang, tapi kemudian ada yang memanggilnya. "Jeno.." panggil orang itu tapi dengan pelan.

Jeno menengok ke belakang. "Apa?"

"Bisa ajarin gue?" tanya seseorang perempuan yang ada di belakangnya. Jeno mengangguk, dia memutar tubuhnya le belakang. Dia menjelaskan dengan rinci.

Hingga suara guru mengganggu mereka. "Maaf, guru ada di depan." sindir guru itu. Tapi mereka tidak mendengarkan jadi tidak ada dari keduanya yang merasa. "Hey, kalian! Ini tempat belajar bukan pacaran." teriak guru itu.

Saat itu Jeno kembali ke posisinya menghadap depan.

"Keluar dari kelas!" tegas guru itu. Tapi keduanya diam, mereka heran siapa yang menjadi tujuan ucapan guru tersebut.

"Kalian tidak dengar?" ulang guru itu. Jeno melihat ke sekitar, yang lain menunjuk ke dirinya mengisaratkan. 'Lo'

Jeno melihat ke guru itu, dia menunjuk dirinya sendiri seolah bertanya. 'saya?'

"Iya kamu, dan belakangmu." jawab guru itu.

Keduanya terkejut. Pacaran? Padahal dia hanya mengajari.

"Keluar sekarang!"

Jeno dan perempuan itu berdiri. Kemudian perempuan itu angkat bicara. "Bu, maaf. Tadi-"

"Tidak terima penjelasan apapun, keluar sekarang." final guru itu.

Jeno berjalan keluar dari kelas, perempuan itu menatap punggu Jeno dengan rasa bersalah. "Maaf"

...

Pintu tertutup dan mereka sudah lima belas menit di luar kelas dengan saling diam. Jeno duduk dibangku dengan santai, sedangkan perempuan itu duduk memegang lututnya dan menunduk, dia merasa bersalah pada Jeno. Dia meletakkan Jeno pada kesulitan.

"Jeno..." panggil perempuan itu lirih, tapi Jeno tetap mendengar. Dia hanya menengok. "Maaf." ucap perempuan itu, dia tetap menunduk.

"Iya." jawab Jeno.

"Gara-gara gue." ujarnya.

"Gak usah mikir gitu. Lo gak salah, Sohyun." ucap Jeno.

Deg,

Jantungnya berdebar lebih cepat ketika namanya di sebut Jeno. Perempuan itu yang tak lain adalah Sohyun, perempuan yang pagi tadi bertemu Jeno dan menjadi murid baru di sekolah ini.

"Gue dari tadi pagi nyusahin lo." ujar Sohyun.

"Nyusahin apa sih?" tanya Jeno, dia tidak suka kalimat itu.

"Maaf." ujar Sohyun, dia tidak tahu kalimat apa yang harus dia ucapkan kepada Jeno.

"Iya. Lo gak salah, jangan ngerasa bersalah gitu." ucap Jeno. "Lagian di luar gini gak buruk, kok." ujar Jeno. "Kan ada lo." setelah itu Jeno tertawa.

Sohyun jadi ikut tertawa tertawa bersama Jeno. Kemudian bel berbunyi menghentikan tawa mereka, guru di dalam kelas akan keluar. Benar, guru itu keluar kelas, wajahnya terlihat marah. Mereka langsung berdiri tegak. "Bawa buku di atas meja itu ke ruangan saya." Guru itu langsung melenggang pergi.

Sohyun mengambil buku itu lalu keluar lagi. "Sini bagi ke gue." ujar Jeno. Tanpa mendengar pendapat Sohyun Jeno mengambil setengah buku di tangan Sohyun.

Baru Sohyun akan membuka mulutnya, Jeno sudah menyela. "Jangan protes." Jeno berjalan mendahului Sohyun. Sohyun menggembungkan pipinya kesal mendengar Jeno. "Cepetan!" teriak Jeno.

Sohyun menghentakan kakinya kesal barulah dia berjalan. Jeno berhenti tak jauh di depan Sohyun. "Ngapain berhenti?"

"Nungguin setan." ujar Jeno.

"Ih jangan ngomongin setan." balas Sohyun.

"Salahnya, orang gue nungguin lo." jawab Jeno.

"Ngapain nungguin." ujar Sohyun.

"Yaudah kalo gak mau di tungguin, gue duluan." ujar Jeno, dia berjalan lagi.

Sohyun menariknya baju seragam Jeno. "Idih cowo kok ngambekan." ejek Sohyun.

"Ih, gue mah gak ngambekan." ucap Jeno

"Terus itu namanya apa?" tanya Sohyun.

"Namanya...." Jeno bergaya seolah sedang berpikir.

"Ih gak bisa jawab kan." ejek Sohyun.

"Tau lah. Gue mau balikin buku." Jeno mendahului Sohyun.

Sohyun berjalan dengan jangka lebar agar bisa menyetarakan langkahnya dengan langkah Jeno yang lebih cepat itu. "Yah, ngambek." ejek Sohyun lagi. Jeno tidak menanggapi apapun.

"Jeno ngambekan." Ledek Sohyun. "Tampang dingin tapi ngambekan, ih gak cocok."

...

Time [END]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang