Chapitre 5: Pluvieux

490 165 157
                                    

Emu membanting pintu kamarnya dengan kasar. Tubuhnya merosot hingga terduduk begitu saja di pintu kamarnya. Dia membenamkan wajahnya yang memerah karena emosi yang meluap diantara lututnya. Kedua manik cokelat telah digenangi oleh air mata yang kini telah lolos membasahi pipinya yang memanas.

Apa salahku hingga harus terkurung seperti ini? Tidak bisakah aku mendapatkan kesempatan untuk mengenal dunia luar? Salahkah aku hanya menuntut hakku untuk mengetahui dunia yang sebenarnya? Kenapa semua orang yang ada disekitarku begitu egois?

Dengan perasaan kacau gadis manis itu meraih vas bunga yang ada didekat pintu kamar dan melemparnya dengan sembarang. Suara vas yang beradu dengan lantai cukup menimbulkan suara yang tidak nyaman di telinga. Namun Emu seolah tidak memperdulikannya, dia mengulanginya dengan meraih benda lain yang ada didekatnya dan mulai meluapkan emosinya dengan melempar berbagai macam barang yang ada dikamarnya.

Kai yang mengkhawatirkan sang adik segera mendekati kamar sang adik yang berada dilantai 3 mansion itu. Alangkah terkejutnya ketika dia melangkahkan kaki menuju kamar sang adik, suara benda terjatuh disusul dengan suara pecahan barang pecah belah menggema di seluruh lantai 3. Kepanikan melanda perasaan Kai, dengan langkah seribu dia menuju kamar sang adik— segera.

Kai menggedor dengan terburu pintu kamar sang adik dan bertanya dengan nada yang kelewat khawatir, "Emu! Emu! Apa kamu baik-baik saja?"

Tidak ada jawaban yang diterima oleh Kai, hanya suara bising dari benda lain yang beradu dengan sangat keras. Membuat Kai semakin mengkhawatirkan keadaan sang adik.

"Emu! Kakak mohon buka pintunya!" Kai tetap mencoba menggedor pintu kamar itu dengan cukup keras berharap sang pemilik kamar mendengarnya dan merespon panggilannya.

"PERGI!!!!!"

Namun respon yang diterima oleh Kai tidak seperti yang dia harapkan. Emu melemparkan sesuatu ke arah pintu hingga menimbulkan suara benturan dua benda yang menyebabkan jantung Kai melompat karena terkejut.

Oh! This is not good!

"Kakak mohon Emu! Hentikan apapun yang sedang kamu lakukan di dalam sana! Tenanglah!" Kai mencoba menenangkan Emu yang tengah dalam keadaan psikologis yang tidak stabil, berharap sang gadis bisa menjadi lebih tenang. Walaupun dia sendiri tidak yakin dengan itu.

"AKU BILANG PERGI!" Suara Emu semakin melengking—frustasi.

"Emu! Tolong dengarkan kakak! Papa tidak berniat menyakitimu. Papa sangat sayang padamu Emu! Kakak mohon mengertilah!" Kai memohon agar sang adik bisa mendengarkannya dan dapat mengendalikan emosinya.

"C'EST PAS VRAI!!! KALIAN SEMUA TIDAK SAYANG PADAKU! KALIAN EGOIS!!! AKU BENCI KALIAN!!" suara Emu menjadi lebih histeris.

"Emu! Tolong mengertilah!"

"PERGI!!!!! JANGAN GANGGU AKU!!" terdengar jeritan histeris diikuti suara pecahan benda yang membuat Kai semakin kalut.

Namun sedetik kemudian suara Emu melemah, dia mulai menangis terisak. Dia hanya bisa memohon dengan suara yang amat terluka, "Tolong, tinggalkan aku sendiri! Kumohon!"

[FF] ѕумρтôмєѕ [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang