"Everything will be okay. Don't worry." ucap anak kecil itu. Setelah menenangkan temannya, ia mengulurkan tangan kanannya, berusaha membantu temannya berdiri.
"Are you sure?" tanya temannya memastikan. Anak kecil itu membalas dengan senyuman di wajahnya, lalu mengangguk mantap. Barulah setelah itu temannya menerima uluran tangan si anak kecil.
Melihat temannya berjalan tertatih-tatih dengan darah yang terus mengucur dari dengkulnya, ia berniat untuk menggendongnya. Namun, apalah daya mengingat ukuran tubuhnya sama kecilnya dengan temannya. Ia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menggendong temannya itu. Walau terdengar nekat, dengan fakta ia lebih lemah dari temannya, tapi ia iba melihat kondisi temannya saat ini.
"Mau ku gendong?" tanyanya. Temannya hanya membalas dengan anggukan. Si anak kecil menggendong temannya itu dengan sekuat tenaga. Baru beberapa langkah, kakinya sudah gemetaran lantaran tak kuat menahan berat tubuh temannya.
"Are you okay?" tanya temannya.
"I'm okay." balasnya.
"Are you sure?" tanya temannya lagi, memastikan.
"Yeah... I'm okay, trust me." balasnya lagi dengan diiringin anggukan mantap.
Tak berapa lama dari percakapan tadi, tiba-tiba saja rintik-rintik hujan turun. Si anak kecil panik, takut temannya terkena hujan lalu sakit. Ia pun mempercepat langkahnya. Temannya menepuk pundak si anak kecil, seperti isyarat untuk berhenti. Si anak kecil menoleh ke belakang. "What's wrong?" tanyanya.
"You don't need to hurry. I like rain." jawabnya.
"But, you-" ucapannya terputus ketika tangan kanan temannya membekap mulutnya. Tak perlu diperintah lagi, ia sudah mengerti harus berbuat apa. Ia pun kembali berjalan seperti sebelumnya. Pelan, namun tak terlalu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAID, "I LOVE YOU"
Teen Fiction[TERHENTI SEMENTARA] Orang-orang bilang, jika ada sepasang sahabat yang berbeda gender, kecil kemungkinan salah satu dari mereka tak ada yang memendam rasa lebih. Dan aku percaya itu.