Yoongi menghembuskan nafas berat sebelum memasuki ruang rapat. Timnya sudah lengkap hadir menemani partner kerja mereka kali ini. Dari balik dinding kaca, Yoongi memandang seorang lelaki yang asik berdiskusi dengan salah satu anak timnya. Papa Nayeon.
Gila siapa yang tidak kaget ketika tahu bahwa partner kerja kali ini adalah bapak dari cewek yang ia suka? Bukan sebuah kebetulan, tetapi Yoongi percaya bahwa takdir memang membawanya kembali pada Nayeon. Walaupun proyek kecil-kecilan tetap saja ia akan sering bertemu Papa Nayeon dalam tiga minggu ke depan. Tidak menutup kemungkinan ia juga bakal bertemu dengan Nayeon.
"Yuk!" Sebuah ajakan tiba-tiba dari belakang yang membuat Yoongi kaget setengah mati. Sang pelaku hanya menatap bingung dengan reaksi berlebih Yoongi. "Kenapa sih?" tanyanya sambil berlalu. Yoongi masih diam mencoba menenangkan dirinya yang sangat tegang.
Setelah dirasa cukup tenang, cowok itu melangkah memasuki ruang rapat. Berusaha terlihat sewibawa mungkin walaupun sebenarnya ia ingin mangkir saja daripada bertemu Papa Nayeon.
"Selamat pagi semuanya. Apa kabar, Pak Im?" Ia menyalami Papa Nayeon dengan senyuman dan juga dibalas dengan ramah. "Kita mulai saja rapatnya, ya?"
Rapat yang berlangsung seperti diskusi berakhir dalam dua jam dengan hasil yang belum maksimal sehingga mengharuskan untuk dilakukan rapat kembali. Yang mana Yoongi akan bertatap muka dengan Papa Nayeon lagi. Entah ia harus senang atau sedih.
Yoongi hendak pergi duluan, tapi ia tidak enak dengan Papa Nayeon yang sepertinya ingin berbincang dengannya. Mau tidak mau Yoongi mempersilahkan timnya keluar duluan dan hanya menyisakan ia bersama Papa Nayeon di ruang rapat.
"Saya suka dengan cara bicaramu," buka Papa Nayeon. "Walaupun kamu belum lama lulus, kamu sudah bisa memberi kesan seorang profesional," lanjutnya lagi yang membuat Yoongi tersipu malu.
"Makasih, Om. Saya juga senang bisa kerja bareng tim senior," balas Yoongi. Papa Nayeon tersenyum. "Kapan-kapan kamu main ke rumah dong, biar Nayeon gak keluyuran terus sampe malem."
Haha. Yoongi ingin tertawa.
"Akhir-akhir ini saya sibuk, Om, jadi gak sempat kemana-mana."
"Gimana sama Nayeon?"
Yoongi tegang. "G-gimana apanya, Om?" Shit.
"Kamu gak bilang-bilang Nayeon kan kalo lamaran waktu itu pura-pura? Takutnya kalo sampe dia tahu, dia bakal marah besar ke saya. Sama kayak Mamanya, galak!"
Ah, ya. Betul juga. Yoongi langsung teringat.
"Gak kok, Om. Aman. Hehe."
Ini semua kan skenario permintaan Papa Nayeon. Kenapa juga ia harus begitu terlarut dalam peran yang seharusnya bersifat sementara?
Papa Nayeon diam sebentar, memandang Yoongi yang juga tak bergeming. "Kalian udah gak deket lagi, ya?" tembaknya yang langsung mendapat jawaban dari wajah Yoongi. Belum Yoongi menjawab, Papa Nayeon kembali berbicara, "Waktu itu saya liat Nayeon dijemput sama cowok, tapi bukan kamu atau Joshua. Saya langsung berasumsi seperti itu. Tapi benar?"
Ujung lidah sudah ingin memberi jawaban yang sebenarnya, juga membeberkan fakta apa yang terjadi namun yang keluar dari mulut Yoongi hanya, "Maaf, Om..."
Ada sedikit kekecewaan disana. Entah karena janji yang telah patah atau karena kemungkinan besar Yoongi menyakiti hati anak perempuannya. Papa Nayeon menyembunyikan kekecewaan itu dengan sebuah senyum bijak. "Jangan terlalu dipikirkan, Nak Yoongi. Saya hanya berharap kalian berpisah dengan baik-baik."
Senyum getir muncul. Tentu saja berbanding terbalik dengan situasinya.
Papa Nayeon bangkit dari kursi dan merapihkan sedikit bajunya yang kusut. Sebelum berjalan keluar ruangan, ditepuknya bahu Yoongi kecil. "Saya selalu yakin setiap pertemuan ada arti tertentu, entah itu bertemu dalam keadaan baik ataupun buruk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Truth or Dare
FanfictionSemula hanya berawal dari kekesalan Nayeon terhadap tugas-tugas kuliah yang tak kunjung selesai, kedua orang tua cewek itu tahu bahwa Nayeon tidak pernah bersungguh-sungguh dengan penawaran yang dikatakannya. Namun saat sebuah kebetulan datang, Naye...