Hari ini hari Senin. Hari dimana hampir semua orang tidak menyukainya. Mungkin hanya segelintir dari mereka yang bisa tetap bersemangat menghadapi hari ini. Hari dimana orang-orang akan memulai segala hal dan kemungkinan yang bisa saja membawa pengaruh baik maupun buruk untuk sepekan ke depan. Meski begitu, untung saja langit hari ini nampak begitu cerah. Matahari juga tidak setinggi biasanya, sehingga orang-orang tidak terlalu tersiksa jika harus keluar dari rumah hari ini. Selain itu, tidak juga ada tanda-tanda bahwa akan turun hujan. Hari Senin ini sepertinya bisa di lalui oleh orang-orang dengan sangat baik.
Termasuk Delia, yang berusaha untuk tidak terus menggerutu karena dua hari liburnya kemarin terasa cepat sekali berlalu dan sekarang, ia sudah harus menginjakan kaki kembali di kampus tercintanya itu. Kedua kaki besarnya membentuk langkah seirama menyusuri koridor kampus yang cukup ramai. Sementara itu, ia membiarkan indera penglihatannya dimanjakan oleh pemandangan langit hari ini yang lebih biru dari biasanya. Angin yang berhembus pelan dan terasa segar menyentuh kulit wajahnya serta mengibarkan pashmina hitam yang ia kenakan. Senyum pun terpantri cantik di antara kedua sudut bibirnya yang terpoles lipcream berwarna kemerahan. Suasana koridor yang agak berisik nyatanya tidak mengganggu Delia untuk menikmati bagaimana baiknya alam untuk menyambut dirinya saat ini.
"Wah, senangnya," gumam gadis gempal itu pelan, bersamaan dengan kedua matanya yang memancarkan binar bahagia dan semangat untuk menjalani hari ini dan hari-hari berikutnya yang mungkin saja tidak akan mudah.
"Gaya lu udah kayak di video klip aja."
Senyum Delia meluntur ketika satu suara menyusup ke dalam gendang telinganya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendelik ke arah sosok Luna yang sudah berdiri di sampingnya dengan sangat santai. Nampak tidak memperdulikan Delia yang napasnya sudah memburu seperti banteng ketika melihat kain merah. Lengan kecil gadis cantik itu pun sudah berpindah tempat, merangkul bahu Delia dan menuntunnya untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka.
"Ih, Luna! Ganggu aja! Gue tuh lagi menikmati cuaca yang lagi bagus-bagusnya sekarang!" gerutu Delia yang kemudian melepaskan diri dari rangkulan Luna dan menatap sahabat yang berdiri di hadapannya itu dengan wajah tertekuk. Dilihatnya Luna yang agak terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba, kemudian disusul dengan tawa terbahak-bahak gadis itu. Semakin memancing emosi Delia yang sedari tadi sudah berusaha ia tahan, "LUNA!"
Luna terus memegangi perutnya yang kesakitan akibat tertawa terlalu lama. Meski sudah ia tahan, namun suara tawanya masih sesekali terdengar menyelinap lewat bibirnya yang cantik, "S-sorry. Abis lu lucu, sih," dan jawabnya kemudian. Ia bahkan tanpa ragu menyeka air mata yang hampir jatuh dari sudut matanya karena tingkah sahabatnya yang menurutnya sangat konyol. Dan hal tersebut berhasil membuat Delia mendecak kesal kepadanya lantas mulai memukuli lengan gadis itu meski tidak kencang.
Ya, Delia tahu tangannya saja sudah sangat besar. Kalau ia benar-benar memukul Luna, yang ada sahabat kesayangannya itu masuk rumah sakit nanti.
"Ampun, deh. Gue minta maaf sekaligus terima kasih karena lu udah bikin mood gue bagus pagi ini. Tapi, sumpah, Del. Kurang-kurangin begitu," ujar Luna setelah hanya pasrah dipukuli oleh Delia. Dengan cepat ia menangkap tangan besar gadis itu dan memeluknya manja, "Mending gue anterin lu ke kelas, deh. Kelas lu di ujung, kan?"
Meski awalnya Delia menolak perlakuan lembut Luna yang ia tahu hanya sebagai modus agar ia bisa memaafkan gadis itu, Delia pun pada akhirnya tetap menurut dan membiarkan Luna memeluk lengan besarnya lantas berjalan beriringan menuju ujung koridor, tempat dimana kelasnya dan kelas Luna hari ini saling berhadapan. Beberapa kali Luna mencoba menggoda dirinya dengan memainkan wajah ataupun bibir Delia agar gadis itu mau tersenyum. Namun, yang terjadi malah wajah Delia terlihat begitu aneh dan habislah ia jadi bahan tertawaan Luna. Delia bahkan yakin jika sebentar lagi Luna akan menggeretnya ke kamar mandi, meminta untuk ditungguI selagi gadis cantik bersurai panjang tersebut buang air kecil karena terlalu banyak tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Difference [ C O M P L E T E ]
Fiksi RemajaKami berbeda. Aku dan Dia, jauh berbeda. Hanya keyakinan yang dapat menyatukan perbedaan kami. Tapi, aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan dengan adanya perbedaan ini atau tidak. Semuanya terasa begitu mustahil, bahkan jika itu hanya dalam peng...