Seulgi membuka matanya, belum mendapati hari yang terang. Ia kembali menarik selimutnya, memejamkan mata setelah mengecek jam di ponsel. Akan tetapi, pintu kamarnya dibuka.
"Seulgi-ah. Ada Junmyeon."
Seulgi berusaha mengumpulkan ingatannya. Ia tahu Juhyun ada di sini, kemudian, kenapa Junmyeon datang? Oh, mungkin mereka akan pergi berdua. Lalu ia mencoba untuk memproses hal lainnya: hatinya mengatakan bahwa ia harus menemui Junmyeon, tapi untuk apa?
Juhyun tak meninggalkan pintu. Seulgi beringsut pelan-pelan. Perlahan, ia mengingat semuanya. Ia harus bicara dengan Junmyeon. "Kalian akan pergi berdua?"
"Dia mengajakku ke rumah keluarganya. Sudah lama aku tidak mengunjungi Ibu."
"Hmmm." Seulgi menuju ambang pintu. Junmyeon duduk di ruang tengahnya. Seulgi mengucek matanya. "Oh, sebentar. Aku cuci muka dulu."
Di depan kaca di kamar mandinya, Seulgi merenung begitu lama. Apa kabar Jongin sekarang? Di satu sisi, ia lega karena tadi malam Jongin mau menghubunginya, tetapi hatinya hancur sekali lagi begitu tahu pria itu benar-benar menutup dirinya. Apakah dirinya sendiri sekarang masih terlalu diperbudak oleh perasaan lama?
Seulgi membasuh wajahnya sekali lagi, lalu menarik napas dalam-dalam. Ia merasa tidak enak pada Junmyeon yang menunggu terlalu lama.
"Hai, oppa," sapanya. Junmyeon mengangguk. Di atas meja ruang tengah, ada banyak makanan. Roti yang hangat, susu kotak, kue-kue kering. Juhyun sedang memakan roti dengan mentega.
Mereka bertiga saling pandang selama beberapa saat. Junmyeon meletakkan roti yang dimakannya kembali ke atas piring. Dia terlihat akan bicara, tetapi masih kebingungan memilih kata-kata.
"Aku sudah menghubungi Jongin," Seulgi buka suara. "Dia tidak ingin dihubungi dulu."
"Berita ini benar-benar aneh," terang Junmyeon sambil menggeleng-geleng kecewa. Raut wajahnya benar-benar kesal. Bahkan keberadaan Juhyun di situ tak mampu membuat moodnya membaik. "Kami semua sepakat bahwa ini adalah berita palsu. Ada-ada saja, malah merebak saat kami belum mengumumkan kepergian Jongin untuk wajib militer. Nanti berita wajib militer pasti akan dikatai sebagai alasan untuk cari muka dan lari dari tanggung jawab saja."
Seulgi terdiam sebentar. "Tunggu. Kalian percaya pada Jongin bahwa dia tidak bersalah?"
"Aku harus bilang satu hal, Seulgi-ah: ponsel Jongin tidak pernah hilang seperti yang dikatakan berita itu."
Seulgi terkesiap. Ia langsung menoleh pada Juhyun. Juhyun tenang-tenang saja, Junmyeon pasti sudah memberi tahunya. Seulgi refleks menggeleng-geleng. "Ini gila."
"Hari ini berita Jongin yang akan wajib militer akan dilempar ke media. Agensi juga akan memberikan pernyataannya hari ini."
"Jongin sudah berkonsultasi dengan pengacara perusahaan?"
"Sudah. Mereka semua sudah tahu soal ini."
Seulgi masih tercengang. "Tapi ahli IT di berita itu bilang ...."
"Sudah kukatakan, berita itu aneh."
"Ada yang ingin menjatuhkan Jongin," Juhyun akhirnya bicara. Dia menuangkan teh ke cangkir untuk dirinya dan Junmyeon. "Entah untuk apa, tapi dia cukup berhasil. Dia sudah berani membayar cukup banyak untuk membuat berita palsu dan membuat pernyataan dari ahli IT. Hanya tinggal tunggu waktu sampai dia bisa merekayasa kasus ini sampai ke tingkat lanjut."
Seulgi tak sadar ia mencengkeram celana piyamanya sendiri.
"Orang itu bisa membayar media, tidak menutup kemungkinan dia akan membayar kepolisian."
KAMU SEDANG MEMBACA
icarus falls
FanficSeulgi tidak ingin menengok ke belakang. Seulgi hanya ingin berjalan tenang di kehidupannya. Jongin adalah masa lalu. Seulgi sudah menganggapnya menjadi bagian yang berbeda dari kehidupannya. Namun, Seulgi selalu menemukan jalan kembali.