10. Nomor tidak di kenal✓

520 17 2
                                    

"Ini terakhir kalinya gue harus kecewa, gue tahu gue salah," bening itu terjatuh di atas pipi Shella, ia merasa sangat hancur sekarang. Entahlah, dirinya lah yang patut di salahkan,bukan sosok Reyhan.

"Nangis aja cantik apa lagi kalau senyum," Sesosok dengan senyum yang menghiasi wajahnya itu nampak memberikan tatapan kagum pada sosok yang terduduk menunggu kedatangannya, mungkin.

"Maaf, tapi aku sengaja datang terlambat," Shella mendongakkan kepalanya menatap pria di depannya, ia bangkit dengan tatapan horornya.

"Reyhan, aku minta maaf, tapi aku gak tahu kenapa aku selalu ngerasa kamu selalu ada di dekat aku, aku tahu ini cum.." Reyhan menarik Shella ke dalam pelukan hangatnya, ia tahu perempuan itu merasa terombang-ambing, mengusap punggung perempuan itu dengan lembut.

"Aku gak akan pergi, dan ini bukan mimpi," ucapan itu membuat Shella menangis sejadi-jadinya, meremas punggung Reyhan menyalurkan rasa rindunya yang selama ini ia rasakan, rasa bersalah, rasa cinta dan sayangnya.

"Rey, aku minta maaf, aku gak bakal lakuin ini lagi, aku janji," Reyhan mengangguk menyamakan posisinya untuk menyalurkan rindunya pada Shella.

"Hmmm,"

"Astagfirullah," Suara itu membuat keduanya terkejut dengan repleks menghancurkan suasana romantis dan hangat mereka, Shella melirik satpam rumahnya yang masih kaget dengan tampang tak berdosa.

"Pak, bisa gak sih, gak usah bikin kaget, bikin suasana romantis hancur aja," Kesal Shella lontarkan.

"Gak apa-apa, lagian makan malamnya disini kok," Shella melotot mendengar ucapan Reyhan.

"Disini? Katanya dinner, kok di sini!?" Reyhan masih menyunggingkan senyum lalu berjalan melalui Shella yang masih menatapnya garang.

"Reyhan, dasar biadap," Shella menyentak-nyentakkan kakinya menyalurkan kekesalannya.

Ia berjalan menyusul Reyhan masuk ke dalam rumahnya, meski kesal tapi dia sangat senang, ia rasanya ingin terbang di langit luas.

***

Shella mengantarkan Reyhan sampai depan gerbang rumahnya, ia masih sangat senang, kedatangan pria itu mampu membuat dirinya tenang.

"Shell!" Shella menoleh dengan senyum yang tertahan di wajahnya.

"Kamu cantik, cantik banget, setiap hari, selamanya," Shella mengigit bibir bawahnya mendengar ucapan Reyhan yang tidak jelas itu, tapi ia tahu makna ucapan pria itu, dasar minim romantis.

"Jangan pergi dari gue Shell, Gue mohon," Shella mematung di tempat, ucapan Reyhan menusuknya secara dalam. Seolah itu sindiran untuknya yang pernah meninggalkan Reyhan.

"Maafin aku yah Rey, aku tahu aku memang perempuan yang gak baik, bikin kamu sakit hati, aku benar-benar minta maaf atas semua kesalahan aku, aku tulus Rey," Reyhan menarik sudut bibirnya membuat Shella semakin terpana dengan senyum manis itu.

"Aku juga minta maaf, jujur aku pengen bikin kamu nyesel, senyesel-nyeselnya." Shella menarik nafasnya, menatap Reyhan dengan kesal.

"Lagian salah siapa? Kamu itu sok sibuk tahu," Shella mengomel membuat Reyhan tersenyum tipis.

"Katanya suka cowok cold, aku cuma pengen jadi apa yang kamu suka," Shella menatap Reyhan penuh penyesalan, ternyata selama ini Reyhan hanya ingin menyempurnakan dirinya di depan Shella, itu hanya impian Shella, bukan sebuah tujuan.

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang