11. Stif✓

396 9 2
                                    

Seorang pria tergeletak di pinggir jalan dengan bersimbah darah di sekujur wajahnya, ia masih berusaha meraih ponsel genggamnya yang terlempar jauh dari keberadaannya.

Tak lama beberapa warga setempat menolongnya dan membawanya ke rumah sakit terdekat, dadanya berdebar kencang ketika mendengar suara-suara seseorang yang bsudah lama tak pernah ia temui lagi.

"Bagaimana keadaannya?" Setelah mendengar ucapan itu, ia sudah tidak sadarkan diri.

Pria itu cukup kehilangan darah, karena benturan keras di kepalanya, penyebabnya karena pria itu sangat terburu-buru menemui seseorang dan berakhir ia di tabrak dari arah berlawanan dengan mobil pick up.

"Ini ponsel pasien," Pria Bayah itu menerima ponselnya, ia terduduk kursi beranda dengan keringat di keringat di pelipisnya, ia sangat khawatir dengan cucunya yang tengah berada di dalam memperjuangkan hidupnya.

"Yah? Kenapa dia seperti itu, kenapa dia seperti seorang preman," mendengar itu dari anaknya sendiri membuatnya sangat sedih, pasalnya anaknya tak pernah mementingkan anaknya yang selama ini ia rawat dan menjaga cucunya tersebut.

"Dia pasti ikut balapan liar makannya jadi begini?" Pria paruh bayah itu mondar-mandir karena kesal sendiri, ia sibuk dengan pekerjaan dan langusung mendapat berita dari sang anak yang kecelakaan.

"Kamu pikir dia seperti ini itu semua bukan karena mu? Kamu sadar diri Alex, betapa dia membutuhkan seorang ayah untuk menguatkan mentalnya, sementara kamu sibuk dengan pekerjaan mu, kamu tidak sadar selama ini ia kurang kasih sayang dari orang tuanya," Pria yang bernama Alex itu mendegus, ini membuang waktunya saja.

"Ayah bisa jaga dia kan? Tenang aja, akan ku bayar semua biaya rumah sakitnya, ayah hanya perlu jaga dia disini, aku pamit dulu yah," pria Bayah itu menghela nafas melihat anaknya yang meninggalkan rumah sakit, ia kasihan melihat anaknya yang selalu mengeluh tentang orang tuanya yang tak pernah ia temui selama ini.

"Ayah benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran mu Alex, kamu lebih menyayangi pekerjaan mu kebanding anakmu sendiri," ia tak bisa mengucapkan apa-apa, Alex benar-benar tak peduli dengan anaknya, bahkan anaknya sudah hampir kehilangan nyawa ia tetap mementingkan pekerjaannya itu.

Ia berjalan ke arah resepsionis rumah sakit hendaknya ia ingin meminta tolong untuk mengisi daya ponsel cucunya, ada seseorang yang ingin ia hubungin.

"Bisa salin nomornya jika ponselnya hidup, saya ingin menelpon dia sus," resepsionis tersebut menghidupkan ponsel itu, ponsel yang sudah retak karena jatuh.

"Nomor yang mana pak?" Tanyanya, Pria Bayah itu hanya menunjuk nomor terakhir yang putranya telpon kemudian ia menyalinnya di ponselnya.

***

Jam menunjukkan 12 malam, perempuan yang masih kasmaran itu masih belum tertidur karena sibuk memikirkan Reyhan, rasanya seperti mimpi ketika ucapan pria itu berhasil memasuki gendang telinganya.

Ia baru tersadar dimana ia membuang ponselnya setelah bertelepon dengan Reyhan, ia kemudian bangkit kembali mencari dimana ponselnya.

"Ah ketemu," ia tersenyum melihat ponselnya, ia kembali terbayang akan ucapan Reyhan yang membuatnya benar-benar baper sampe tidak bisa tidur.

Ia menghidupkan kembali ponselnya menatap notifikasi telpon yang tidak di kenal, ia mengerutkan keningnya ketika banyak sekali nomor yang tidak ia kenal menelponnya, Ia semakin bingung antara menelpon kembali atau abaikan saja.

"Ini siapa sih, kalau salah sambung gak mungkin nelpon ribuan kali gini," Shella berdecak sembari mondar-mandir mengigit kukunya, ia sedikit tidak enak perasaannya.

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang