12. Stif <2 ✓

69 6 0
                                    

Shella menatap Stif yang masih terbaring di Bangsal rumah sakit, kakek pria itu sudah 5 menit berlalu pergi konsultasi ke dokter paru-paru.

Sudah jam 2 pagi, ia jadi kepikiran dengan mamanya yang berada di rumahnya bagaimana jika nanti mamanya tidak melihatnya di kamar pasti perempuan itu akan khawatir dengannya.

Pergerakan Stif membuat Shella membuyarkan lamunannya, ia hendak pergi untuk menemui dokter namun, tangannya di tahan oleh pria itu, dengan senyum pucatnya membuat Shella terdiam.

"Jangan pergi," gumamnya pelan, tapi Shella mampu mendengar gumaman itu.

"Gue panggil Dokter dulu," Tangan Shella tetap di genggamannya erat enggan untuk di lepas.

"Jangan pergi," Shella bernafas panjang dan memilih duduk di kursi dekat bangsal rumah sakit, pria itu nampak tersenyum tipis.

"Kenapa bisa begini, kok bisa kecelakaan, ikut balap liar yah?" Stif terkekeh pelan, ia rindu melihat Shella, entah kenapa ia baru merasakan itu.

"Gue mau nemuin Lo," Shella mematung, untuk menemuinya, untuk apa?

"Gue cuma mau bilang makasih dan maaf," Shella bingung dengan tingkah aneh pria itu, untuk apa terimakasih dan maaf tentu saja karena perilaku pria itu membuat Shella putus dengan Reyhan.

"Makasih karena pernah jadi pacar gue, dan maaf karena udah bikin Lo sakit hati," Shella terdiam, Manik matanya terkunci untuk menatap pria yang terkulai lemas di bangsal.

"Lepas Stif," menyadari itu Shella melepas tangannya yang sempat Stif genggam.

"Maaf Shell, seharunya gue gak mencintai milik orang lain," Shella menatap tahan ke arah Stif, " Jadi selama ini Lo itu memang ada niat buat hancurin hubungan gue sama Reyhan," Murkanya, tatapan iba itu menghilang ditelan kemurkaan Shella.

"Gue udah suka sama Lo dari lama, cuman gue takut buat ngungkapin perasaan gue sama Lo, untuk masalah Reyhan dan Lo Shell, Gue emang sengaja pisahin Lo sama dia, bukan maksud buat dekatin Lo cuman... Gue gak mau Lo bertahan dengan orang yang gak peduli kehadiran Lo," Tatapan tak percaya itu tertuju pada Stif, Shella tak mengerti maksud Stif sebenarnya.

"Tapi gue sadar, Lo gak pernah suka sama gue, makanya gue kasih tahu kalau gue cuma mainin Lo ke Reyhan," Stif menarik nafas lalu melanjutkan kalimatnya," tapi sama sekali gue gak pernah main-main."

Shella menepis tangan Stif dari genggamannya, ia memilih keluar dari ruangan yang membuatnya pusing tujuh keliling, ia tidak tahu respon apa yang meski ia tujukan untuk Stif, ia benar-benar kecewa.

"Nak Shella, bagaimana dengan keadaan Stif," Shella lupa jika ia sudah berjanji menjaga Stif sebentar, pria tua Bayah itu baru saja dari konsultasi menghampiri dengan wajah yang penuh harap.

"Stif udah sadar kek," Pria tua Bayah itu mengangguk lalu meminta undur diri untuk melihat cucunya.

Shella sedikit tidak enak jika meninggalkan kedua pria itu, Shella memilih mengikuti langkah pria tua Bayah itu ke dalam ruangan Stif.

"Bagaimana keadaan mu, apa sudah mendingan?" Stif tersenyum lalu mengangguk.

"Kakek dari mana?" Tanyanya dengan suara berat, kakek nampak gelagapan mencari sebuah alasan.

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang