8. Surat ✓

567 36 0
                                    

Dear Reyhan

Aku tahu kamu marah, aku tahu perasaan kamu, benci sama aku. Emang aku pantas dapatin itu dari kamu. Aku gak pantas dampingi hidup kamu. Tapi aku mohon maafin aku Rey, aku nyesel.

Jahat, aku emang jahat sama kamu. Aku cinta sama kamu Rey, aku cuma resah karena kamu gak peduli sama aku, kamu selalu nolak ajakan aku buat jalan, nonton ataupun makan. Aku bingung Rey, kamu masih sayang sama aku.

Sejak aku putusin kamu, kamu beda. Kamu Bukan Reyhan yang aku kenal sejak pertama kali kita dekat. Bahkan kamu gak cegah aku putusin kamu, aku resah dan berpikiran kalau kamu udah gak cinta lagi sama aku.

Rey, aku benar-benar nyesel putus sama kamu, aku gak tahu stif cuma mainin aku. Mainin hubungan aku.

Aku benci diriku sendiri rey, aku gak berharap lebih jika kamu gak kasih aku kesempatan kedua. Aku gak papa, Geisha lebih pantas sama kamu. Dia lebih baik dari aku. Aku harap kamu bahagia.

To: mantan kamu

Stif tersenyum membaca surat itu, beruntungnya ia yang menemukan surat itu duluan jadinya Reyhan tidak akan pernah baca surat itu.

"Dasar bodoh, Reyhan emang harus dapati semua ini, dan Shella yang selalu percaya omongan orang lain. Kalian emang gak pantas untuk bersatu." Stif membuang surat itu setelah meremasnya. Ia berlalu meninggalkan loker Reyhan.

Sementara itu, Shella dan Tommy sedang makan di kantin menghabiskan waktu istirahatnya. Shella mengikuti saran Tommy kemarin, dan ia berharap Reyhan dapat membacanya.

Tak sengaja mata Shella memandang seseorang yang baru masuk ke dalam kantin bersama Geisha dia Reyhan bahkan ia bisa melihat senyum tipis Reyhan melalu Geisha.

"Kalau misal Reyhan gak suka sama Lo lagi Shell, mending Lo gak udah ngejar dia lagi. Lo bakal sakit hati kalau nurutin hati Lo." Ujar Tommy seketika, Shella menghela nafas. Benar apa yang di katakan Tommy tidak ada harapan lagi buat Shella bahkan dia tidak lantas meminta kesempatan untuk Reyhan.

"Kalau gitu gue gak jadi kasih dia surat, bentar yah Tom." Shella beranjak dan berlari ke arah loker Reyhan, ia harus mengambil kembali suratnya supaya Reyhan tidak membacanya karena percuma saja, itu semua sia-sia dan ia akan terlihat menyedihkan ketika tahu Shella masih mengharapkan dirinya.

Sesampainya ia langsung membuka loker Reyhan, sayangnya ia lupa jika loker tersebut terkunci. Ia mondar-mandir memikirkan cara untuk mendapatkan kembali suratnya.

"Gue harus gimana? Jangan sampai Reyhan baca surat itu." Ia mengigit kukunya merasa tidak nyaman, ia harus menemukan cara agar ia bisa mengeluarkan suratnya dari loker Reyhan.

"Ngapain Lo?" Shella tersentak ketika mendengar suara khas dingin Reyhan, ia mundur selangka menyamankan perasaannya yang kalut.

"I--tu g--ue... L-upa... Na-ru sesuatu." Ujarnya dengan gagap, ia benar-benar takut saat ini berhadapan langsung dengan Reyhan.

"Maksud Lo ini?" Shella membulatkan matanya ketika melihat kertas yang sudah koya di tangan Reyhan, Sekarang pikiran Shella tentang suratnya yang tidak di hargai.

"Kalau misal Lo gak suka, gak seharunya ngerusak punya orang lain, seharusnya gue gak kasih ini ke Lo." Ujar Shella merebut suratnya itu dari tangan Reyhan, Reyhan mengerutkan keningnya tidak paham maksud Shella.

Dear Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang