Kalau ketemu typo, coment donk.Happy reading....
Malam ini di kamarnya, Leo menggigil, peluhnya membasahi baju sekolahnya. Wajahnya pucat matanya melotot tidak tenang lantas memeluk kedua lututnya di pojokan sudut kamar. Tubuhnya gemetar hebat, sebuah ilusi menguasi isi otaknya.
Ia mengangguk anggukan kepalanya lantas mengeratkan pelukannya. Berulang kali mengeratkan rahannya. Ia tidak tahan lagi dengan kondisinya sekarang, namun ia bisa apa?
Di tatapnya meja belajarnya dan fokus ke satu titik yakni laci paling bawah yang masih dengan kunci yang menggantung. Bergerak namun ia urung kesana, ia teringat ucapan Gita tempo hari tentang dirinya yang pecandu narkoba. Ia meringis melawan hasratnya.
Menghela nafas lalu mengatur agar senormal mungkin, namun tetap tidak bisa, jantungnya berdetak kencang dan dirinya di landa kecemasan dan berakhir ilusi lebih parah.
"Gue gak tahan."
"Gue sakau!"
Leo lalu mengerang dan merebahkan tubuh kurusnya kacau di lantai. Sudah satu minggu ini dia tidak mengisap narkoba. Selama itu juga ia menahan diri, dan sekarang? pertahanan dan keinginannya harus terpenuhi. Dia tidak perduli, dengan niatnya yang hendak berhenti. Tapi kali ini ia tersiksa. Tembok perhanannya runtuh sekekita.
Merangkak, dia menuju laci itu yang berjarak empat meter. Membukanya buru-buru dan mendapati putau dan....
Cepat-cepat di telannya...Matanya sayu dan berulang kali menganguk Leo mulai merasakan efeknya. Tenang itu yang dia rasa. Dirinya seketil melayang.
Pintu kamarnya terbuka tanpa ketekukan terlebih dahulu, Leo terkesiap kaget duduk di lantai sisi ranjangnya. Daniel papanya menjembulkan kepalanya sebelum masuk, memastikan ada tidaknya putrinya di kamar. Dan rupanya ia menemukan keberadaan Leo.
"Papa boleh masuk?" tanyanya minta izin.
Leo mengangguk memberi jawaban. Leo mulai beringsut berdiri dan duduk di meja belajarnya, sambil kakinya bergerak hati-hati agar tidak curiga menutup laci paling bawah.
Mencoba setenang mungkin dengan wajah datarnya."Apa Papa ganggu kamu sekarang?"
Daniel mengelus puncak kepala Leo lembut dan menciumnya.
"Enggak."
"San, kamu masih marah dengan papa? Papa minta maaf karna sudah menampar kamu. Tapi perlu kamu ketahui, Serin--"
"Stop, Pa!" Leo memotong kalimat Daniel. Leo masih kesal dengan perbuatan Serin yang memblokir semua kartunya.
"Dengerin Papa, Sandra."
Daniel berkata lembut, kali ini dia tau kalau uratnya menegang, maka Leo lebih darinya. Mengingat Leo adalah duplikatnya, keras kepala. Berbeda dengan Theo, kakak Leo.
"Sandra..."
Leo diam, dia mulai malas merespon papanya. Daniel tersenyum masam melihatnya dan duduk di tepi ranjang Leo.
"Tiga hari lagi Kita ke Belanda. Abang kamu, Theo akan Wisuda. Jadi--"
"Leo enggak ikut!" potong Leo.
"Oke, jika itu keputusanmu. Satu lagi, semua kartu kamu udah papa aktfin lagi."
Mendengarnya lantas Leo menoleh ke arah papanya. Namun gadis itu tetap diam tanpa respon.
"Kamu seneng?"
"Menurut papa?" balas Leo datar dan dingin.
"Oke, kalau papa liat sih kamu seneng. Yaudah papa cuma mau kasih tau kamu itu aja. Kalau keputusan kamu gak ikut, oke papa gak beli tiket pesawat buat kamu. Kalau masalah kartu kamu, papa minta jangan boros-boros. Cari uang sekarang susah San." nasehat Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku si pecandu [END]
Tienerfictie😁Follow dulu sebelum membaca😀 Leo adalah seorang gadis pecandu Narkoba dan sosok yang TEMPRAMEN suka main pukul. "Kamu sangat menakutkan Leo? kamu sangat mengerikan!! berhentilah bersikap kasar."