1. malam itu

24 0 0
                                    

malam yang seharusnya sunyi kemudian hancur oleh tangisan dan jeritanku, aku memandangi diriku di kaca. Diriku, monster itu. Tadi siang teman-temanku bergosip dan membicarakan beauty standart, mereka bilang bahwa cantik itu harus kurus, putih, mulus, dan bukan seperti aku. Hatiku hancur berkeping-keping, perasaan malu tak bisa ku bendung, maka aku terus menutup wajahku dengan masker dan menggunakan jacket musim semi ku saat di kelas.

Aku tak tahu perasaan apa ini, aku merasa aku sangat buruk, sangat jelek sehingga tidak pantas untuk di cintai dan di hargai. Ibu bilang itu adalah perasaan iri, dan aku menangis sekencang-kencangnya, menjerit kemudian melempar sepatu ke kaca kamarku sampai pecah, kepingan kaca pecah itu kugunakan untuk melukai tanganku.

Ibuku melihatnya, aku menangis, menjerit, melukai diriku. Tapi dia tetap diam, tetap tenang. Kemudian dia berkata kepadaku

"Apa gunanya kamu menyakiti dirimu, kalau kamu mau menjadi cantik, aku akan membantumu, kemudian kamu bisa membalas dendam kepada teman-temanmu yang berbicara buruk tentangmu".

Aku menghampiri ibuku yang duduk di atas ranjang model vintage milik ku. Air mata yang terus menetes dari mata aku serka menggunakan jari-jariku yang sudah bergetar hebat.

"Bagaimana caranya?," tanyaku

"Itu hal mudah jika kamu mengijinkan ku untung menikah dengan Mr.Park," aku terkejut dan langsung menggelengkan kepala. Mr Park adalah ayah dari teman baiknya Park Chaeyoung, dan juga Mr. Park masih punya istri yang harus dia bahagiakan. Bagaimana aku bisa mengijinkan kalau seperti itu? sekejamnya aku, tak pernah tega hati melukai hati teman sendiri, dan keluarganya.

"Dengar Im Nayeon, kita ini miskin, ayahmu yang pemabuk itu mati tak memberi harta warisan. Aku tau kamu tak tega dengan temanmu itu, tapi apa kamu tega dengan ibumu sendiri? apa kamu tega melihat ibumu kelaparan dan hanya memakan ke-irian? kamu juga menginginkan yang lebih dari hidupmu kan? ibu juga Im Nayeon!" Ibu membentakku, bisa aku liat air jatuh dari matanya tak terbendung, sungguh tak tega aku melihatnya seperti itu.

Apakah aku harus menghianati teman baikku dan membahagiakan ibuku?

"Im Nayeon bayi kecilku selalu meminta mainan mahal saat uang kami(ibu dan ayah) sudah habis untuk membelikannya keperluan. Aku selalu bekerja keras, serabutan yang seharusnya di lakukan oleh ayahmu. Semua itu hanya untuk membelikan Im Nayeon bayi kecilku mainan mahal," Aku meneteskan air mataku, dan menunduk.

Aku ingat, aku ingat semua. Aku anak yang bandel dan banyak maunya, selalu meminta mainan mahal lalu menghancurkannya jika tidak suka atau sudah bosan. Aku tak pernah mengerti saja bagaimana perjuangan ibu mencari uang untuk membelikan mainan mahal, dan ayah yang hanya memberi uang setengah dari gajinya untuk kebutuhan kemudian setengahnya di gunakan untuk mabuk. Secara keseluruhan ibuku yang berjuang, dan apakah sekarang waktuku untuk membalas budi? lagian nanti aku juga ikut senang, walaupun harus mengorbankan pertemananku, aku akan tetap memilih membahagiakan ibu.

"Baiklah, bantu aku dan aku akan mengijinkan ibu menikah dengan Mr. Park," kataku menyeka air mata.

"Bagus, kamu akan mendapat yang kamu inginkan, dan aku akan mendapat yang aku inginkan".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M PrettyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang