Empat pemuda menawan itu kini duduk di sofa ruang kerja Mark. Menanti minuman untuk disajikan, Haechan menatap sosok tenang didepannya—kakak Jeno, dari balik bulu matanya.
"Untuk yang tadi, terima kasih."
Dan karena mulutnya terkadang suka berpikir duluan, Haechan lantas berucap, "You're—Mark?"
Mendengar keraguan di suara Haechan membuat Mark tersenyum singkat. Dia paham alasan munculnya rasa bingung pemuda itu.
"Nice to meet you too, Haechan."
Sontak Haechan gelagapan. Baru juga bertemu sudah bicara lancang seperti itu. Aduh, mau ditaruh dimana mukanya!
"Maaf, wajahmu mengingatkanku pada foto yang ditunjukkan ibuku." Haechan berkata sembari tersenyum canggung.
Dan tahu-tahu kepala Jaemin dan Jeno terangkat, mengagetkan Haechan atas reaksi keduanya.
"Your mom did what?"//"Woah, they're really serious about this."
Mata pemuda yang masih memakai seragam sekolah itu mengerjap.
Sekali. Dua kali.
"Did I miss something?"
"Nope." Jawaban yang ia dapat pun diucapkan bersamaan.
Merasa tak mungkin mendapat penjelasan, pandangan Haechan beralih pada Mark yang sibuk menyesap kopinya. Well, Haechan merasa jika Mark juga enggan menjawab. Buktinya mata pemuda itu terpaku pada kopi, meja, dinding—apapun selain Haechan.
Dan lagi, kenapa telinganya berubah merah?
"Aku tahu kakakku memang tampan," Lengan Jeno terulur melingkari pundak Haechan. "So, you can stop looking at him like that."
"I did not—" Sanggahan Haechan terputus kala didengarnya Mark tersedak, keras.
Jaemin menepuk pelan punggung Mark sembari mengomeli Jeno, "Stop teasing them!"
Yang terdengar selanjutnya hanya suara tawa Jeno disela ucapan maafnya.
Dan sungguh, Haechan tak tahu situasi macam apa yang tengah dialaminya ini.
Kalau kata anak muda sekarang, SUNGGUH LOOOSSS!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomanceWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan