03. Rencana Cadangan

2.7K 493 24
                                    

Belum reda keterkejutan setelah mendengar sang raja diracuni oleh pamannya sendiri dan sekarang sedang sekarat di suatu tempat yang diklaim "aman" oleh Rose, Johnny menjatuhkan fakta selanjutnya yang tidak kalah menghebohkan; ada pewaris takhta kedua, raja ternyata mempunyai saudara kembar.

Begitu menghebohkannya, Doyoung yang biasanya Jaehyun lihat selalu santai dan menyombongkan diri sudah melihat banyak hal di dunia ini sehingga tidak akan ada yang bisa membuatnya kaget, duduk terpaku di kursinya dalam posisi separuh duduk dan separuh akan berdiri. Tidak yakin yang mana, Jaehyun malah berpikir temannya sudah lupa caranya bernapas karena mendadak dia jadi sangat diam.

Satu-satunya suara di ruangan itu adalah tarikan napas Johnny yang menjadi pusat perhatian. Fairy bertubuh tinggi itu berdiri di samping Doyoung seperti patung dengan dengan ukiran wajah terlalu sempurna, dengan pengecualian, bibirnya bergerak dan dia berkata, "Itu terjadi setahun setelah kau pergi, Doyoung. Persis setahun. Tidak ada yang mengira ratu akan melahirkan anak kembar karena itu bukanlah sesuatu yang umum di antara kita, tapi sesuai tradisi, salah satunya terpaksa di ... bunuh."

"Dibunuh." Jaehyun mengulanginya dengan tawa getir. "Sungguh tradisi yang mulia."

Tatapan menusuk Johnny serta-merta menghujamnya dari tempat ia bersandar di dinding. "Sejarah Unseelie penuh dengan kisah tentang perebutan takhta. Dulu, sepasang saudara bisa saling membantai untuk menyandang gelar penguasa, maka supaya itu tidak terulang, kami membuat peraturan itu一demi kebaikan semua orang."

Kedua alis Jaehyun terangkat. "Semua orang?"

"Semua orang kecuali anak yang dibuang itu." Rose membetulkan perkataan rekannya, masih menghadap rak buku dan tampak terhanyut dalam jalinan kata buku yang ia pegang. "Tapi seperti yang kami bilang, anak itu pengecualian. Dia tidak dibunuh, hanya dibuang. Johnny memberinya kesempatan untuk hidup."

Menurut Jaehyun, itu tidak membuat segalanya jadi lebih baik atau bisa dimaafkan. Dibunuh dan dibuang, meski punya perbedaan, tetap saja bukan tindakan terpuji untuk dilakukan pada anak yang hanya karena lahir dianggap pembawa sial. Mereka membicarakan bayi, individu yang lemah, tidak bersalah, tidak bisa melakukan apapun selain menangis dan menendang-nendang, tapi dia sudah dianggap sebagai ancaman bagi takhta, dan mereka berencana membunuhnya.

Bahkan manusia pun tidak sekejam itu一setidaknya manusia yang waras.

Jadi atas pembelaan diri Johnny, Jaehyun  mendengus.

Doyoung menggigit bibir bawahnya sejenak. "Kenapa? Apa kau一" dia hampir tertawa. "Tidak mungkin. Mustahil kacung yang baik sepertimu membantah perintah raja kan?"

Bukan Johnny, yang tersinggung mendengar ucapan Doyoung adalah Rose yang alisnya bertaut kesal. Johnny tetap tidak bergerak, menjadi patung hidup, dengan dada naik turun perlahan-lahan. "Aku tidak bisa. Seharusnya aku memang membunuh anak itu, tapi aku tidak bisa. Menyingkirkan pengganggu tolol dari kerajaan lain? Mudah. Mematahkan leher beberapa manusia? Lebih mudah lagi. Tapi bayi itu menatapku dengan matanya yang indah dan aku sadar aku harus mencoba menyelamatkannya."

"Apa yang kau lakukan?" Jaehyun berusaha terdengar tidak peduli, tapi rasa penasaran masih sangat kental dalam suaranya.

Wajah Johnny membentuk gurat-gurat yang menandakan dia lelah dan ... bila Jaehyun tidak salah, malu. "Aku membengkokkan perintah rajaku. Waktu itu aku bilang akan membereskannya, bukan membunuhnya."

Morality : A Prince's Tale ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang