Gadis berambut sebahu tersebut terlihat merapihkan tatanan rambutnya. Angin kencang yang menyapu wajahnya seakan tak menghentikan keinginan untuk melangkah.
Hari baru dan mimpi baru membuat gadis mungil itu menyatu dengan kerumunan anak-anak sebayanya.
"Dita!"
Gadis itu menoleh. Berbeda dengan sebelumnya, kini sebuah senyuman manis terlukis di wajah kecil Dita. Kiara mendekatinya, merengkuh tubuh temannya dalam pelukannya, melepas rindu.
"Cie, kita jadi mahasiswa! Eh—mahasiswi!" Celetuk Kiara seperti biasa, seakan tak kehabisan akal.
"Sst, jangan berisik, Ra. Di sini masih banyak yang belum kenal. Lagipula, kita beda fakultas, loh." Ucap Dita, menyenggol Kiara yang berada di sampingnya, menyadarkan gadis itu tentang posisi mereka sekarang.
"Iya, iya, ih bawel." Keluh Kiara, sembari menarik pelan tangan Dita agar mengikuti langkahnya..
"Udah kabarin dia?
"Udah."
"Gak dibalas?" Dita menggelengkan kepalanya. Gadis itu tak banyak menjawab, perhatian teralihkan oleh berbagai macam orang yang kerap melewatinya. Berbeda dengan SMA, mereka semua seakan memiliki warna masing-masing. Seperti bagaimana gadis ini juga ingin bersinar.
Dita kembali melangkah, terhenti di depan gedung untuk berpisah dengan Kiara yang memang memiliki jurusan berbeda. Walaupun temannya ini agak bodoh dan menyebalkan, Dita terkadang merutuki diri karena sering berharap bahwa temannya tersebut memiliki jurusan yang sama dengannya.
"Kita berpisah di sini, Anindita." Kira-kira begitu perpisahan dramatis yang diberikan oleh Kiara.
"See you."
"Wait kok gitu doang?!"
"See you later?"
"APA SIH DIT."
"See you later Kiara."
"GAK ADA BEDANYA YA TOLONG!!"
Dita meringis menahan tawanya, lalu merengkuh sahabatnya dengan pelukan erat. Iya, mereka memang hanya mau masuk ke kelas pertamanya masing-masing, bukan hendak pergi berperang. Tapi entah apa yang membuat Kiara harus mendramatisir seperti ini. Kiara memang selalu seperti itu.
"WAIT WAIT WAIT!" Kiara menahan tubuh Dita yang baru saja ingin melepaskan pelukannya.
"Apa lagi sih Ra?"
"Sebentar!"
Dita merengut kesal sebelum akhirnya melepaskan pelukannya. "Iya, ini udah jam—"
Pandangannya teralihkan ke hal lain. Sosok pemuda yang ia rindukan tengah berdiri beberapa meter di depannya, memperhatikannya.
Pakaiannya lebih rapi, matanya masih bersinar seperti sebelumnya. Pandangannya masih sama lekatnya, memperhatikan Dita.
Wow, ia tak pernah mengira sebuah akhir bisa menjadi awal mula untuk hal yang sama.
Hal yang sama indahnya. Sama ia rindukannya.
Start : 29/09/2024 (Judul sebelumnya Pocky Fight.)
Hiii, jadi aku berniat untuk merombak cerita ini dan judulnya karena satu dan lain hal. Maaf kalau banyak yang nunggu atau kaya kena PHP karena aku sempat janji untuk lanjutin. Semoga untuk kali ini bisa sampai selesai ya! Sampai ketemu dengan Dita!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Daydreams
Teen FictionSemua terasa begitu berat bagi Anindita. Ia hanya seorang gadis biasa yang menginginkan hidup normal bersama keluarganya, seorang gadis yang ingin tertawa dengan megah. Namun, alih-alih mendapatkan semua itu, seakan ada batu besar yang menghambatnya...