***
Jiyeon tak paham dengan maksud ucapan Jungkook itu.
Sudah berjam-jam lamanya Jiyeon merenung di kamarnya, namun dia belum bisa 'move on' dari jawaban singkat dari mulut Jungkook.
Hingga sesampainya di depan Kos Eden, Jiyeon buru-buru keluar dari mobil keren Jungkook sembari membungkuk padanya. Dia tidak ingin membiarkan Jungkook mengeluarkan sepatah katapun setelah itu, atau bisa dibilang Jiyeon ingin menghindari Jungkook.
Namun bukannya tertidur justru Jiyeon tetap terjaga hingga pagi karena Jungkook. Sesekali jantungnya berdebar-debar lalu biasa saja, dan hal itu terus berulang hingga sekarang sampai membuat kantung mata Jiyeon menghitam.
Jiyeon memaksakan dirinya untuk bangun, toh dirinya tak bisa tidur karena Jungkook. Jadinya dia membawa cucian kotornya ke laundry dekat kosan, dia harus pergi lebih awal agar bisa sarapan bubur yang masih panas.
Dia meninggalkan cucian kotornya di sana, lalu dia berjalan sebentar ke depan lebih tepatnya ke kedai bubur yang terkenal enak di daerah sana.
Jiyeon duduk di tempat favoritnya, pemandangan yang menghadap ke jalanan dimana matahari bersembunyi di balik bangunan, lalu cahayanya menerobos ke tempat itu dan membuatnya hangat, Jiyeon menyukainya.
Setelah memakan 3 suap bubur panas, seorang pengunjung lain datang sambil mengusap perutnya yang besar itu. Refleks Jiyeon berdiri dan mempersilahkannya duduk dan Jiyeon pergi mencari tempat lain.
"Eh tidak usah pindah, aku tidak akan makan di sini."
"O-oh oke," kata Jiyeon sambil tersenyum kecil.
Jadinya mereka duduk berdampingan, Jiyeon fokus untuk sarapan dan wanita hamil itu fokus mengusap perutnya.
Sesekali Jiyeon melirik pada wanita itu, dia penasaran dengan perempuan yang hamil, tapi karena pandangan matanya terlalu jelas sehingga wanita hamil itu menoleh padanya sembari tersenyum ramah.
"Sepertinya kamu penasaran dengan sesuatu?"
"A-ah aku hanya penasaran dengan rasanya hamil, hehehehehe,"
Wanita hamil itu mengangkat alisnya sebelah lalu dia terkekeh, "Nanti kamu juga akan merasakannya, kalo punya pasangannya yang mau bertanggungjawab."
"Begitu? Apa harus ada ikatan pernikahan dulu sebelum punya anak?"
"Bagusnya sih begitu, tapi sekarang rata-rata punya anak dulu baru nikah."
"Oh.. aku baru tau, kalau anda?"
"Aku?"
Jiyeon mengangguk antusias sambil menyuapi buburnya ke dalam mulutnya sendiri, wanita hamil itu nampak menghela napasnya cukup panjang lalu dia menatap cincin pernikahannya dan mengusapnya sesekali kemudian diakhiri dengan sebuah senyuman pahit.
"Karena kecelakaan, kami menikah dengan terpaksa."
"Tapi itu masih bisa disebut beruntung karena dia mau bertanggungjawab,"
"Ya semua orang berpikir seperti itu, but he doesn't love me."
"Huh? Jadi kalian berdua nikah......"
"Menikah sampai anak ini lahir, setelahnya kami bercerai."
"Hah?! Apa-apaan itu!? Kenapa bisa!?"
"I told you before, suamiku tidak mencintaiku. Aku mengerti karena ini kecelakaan, ditambah sebelumnya kami orang asing, menyedihkan bukan? Tapi mau bagaimana lagi, ini salahku karena——"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifty Shades of Jeon✔ || Jeon Jungkook
RomansFull story hanya tersedia versi eBook✔ DM untuk pembelian ;) Just a story between Mr. Jeon with his little girl. Started : 1st February 2020 Ended : 8th June 2020 © jiyeonsquad 2020