Chapter 13

298 6 1
                                    

"Makanan sudah siap" teriak Loren dari arah dapur.

"Ini rumah bukan hutan" ucap Azka sambil berjalan kearah ruang makan bersama Fernan.

"Up to me" sinis Loren sambil membawa makanan kesukaan kedua laki-lakinya itu,
Fernan terkekeh kecil melihat kelakuan kedua orangtuanya yang masih seperti anak remaja.

Annya yang melihat kejadian itu hanya tersenyum tipis.

Aku jadi merindukan kalian,batin Annya lirih.

"Annya kemari sayang, sedang apa aku disitu?" ucap Loren yang melihat Annya mematung diambang pintu.

"Ah iya" balas Annya sambil berjalan kearah meja makan.

"Apa kau yang memasak semua ini mom?" tanya Fernan.

"Ah sebagian Annya yang memasaknya" ucap Loren.

Kemudian Azka menyantap makanan yang dibuat Annya. Lezat, satu kata yang telintas dipikiran Fernan saat makanan itu masuk kemulutnya.

"Ini sangat lezat Annya" puji Azka, Loren mengangguk setuju begitu juga dengan Fernan.

"Benarkah? Syukurlah jika kau menyukainya dad" balas Annya.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya Loren.

Uhuk

Dengan cepat Fernan memberikan Annya minuman.

"Pelan-pelan" bunyi Fernan.

"Apa?menikah?siapa yang akan menikah?" tanya Annya dengan bodohnya.

"Tentu saja kalian berdua" balas Azka. Sedangkan, Fernan sudah keringat dingin saat mendengar ucapan kedua orangtuanya.

"Tidak perlu buru-buru mom" ucap Fernan. Loren merengut saat mendengar ucapan dari anaknya itu.

"Apa maksudmu hah?! Aku sudah ingin mempunyai cucu" sinis Loren.

"Ah sepertinya aku harus pulang sekarang" ucap Annya.

"Secepat itu kah?" tanya Loren dengan nada sedih.

"Aku ada urusan mom, nanti aku akan kesini lagi" ucap Annya sambil tersenyum.

Oh shit!senyumnya manis sekali,batin Fernan.

"Biar Fernan yang mengantarkan" ucap Loren.

"Ah tidak usah mom" tolak Annya.

"Tidak apa-apa Annya biar Fernan yang mengantarkanmu" balas Azka.

"Fernan!" ucap Loren.

"Hah?apa?" Fernan tersadar dari lamunannya.

"Dasar anak ini! Cepat antarkan Annya pulang jangan sampai tergores" titah Loren.

"Ah iya. Aku ambil kunci mobil sebentar" Fernan bangkit dari kursinya.

Annya menyalimi kedua orangtua Fernan.

"Aku balik mom dad, terimakasih atas makanannya" ucap Annya.

"Jangan lupa untuk sering datang kemari" ucap Azka.

Annya hanya tersenyum saat mendengar ucapan Azka.

"Ayo" ajak Fernan yang baru saja menuruni tangga.

Annya mengangguk.

"Hati-hati" ucap Loren. Fernan mengacungkan ibu jarinya.

🍁🍁🍁

Canggung. Itulah yang dirasakannya Fernan saat ini, sedangkan Annya tengah begelut dengan pikirannya sendiri.

"Maaf atas kejadian yang tadi" ucap Fernan. Annya hanya melirik sekilas kemudian kembali membuang wajahnya menatap jalan raya.

"Apakah jalanan disana lebih membuatmu tertarik dibanding wajahku?" tanya Fernan sedikit kesal.

"Hmm" balas Annya singkat.

Mobil Fernan pun akhirnya sampai di apertement Annya.

"Terima kasih" ucap Annya.

"Tunggu sebentar" tahan Fernan. Annya mengangkat kedua alisnya "ada apa".

"Jujur aku ingin meminta maaf atas hal tadi, aku terpaksa melakukan itu karena jika tidak kedua orangtuaku akan menjodohkanku" ucap Fernan.

Annya menghela napasnya.

"Kenapa harus saya tuan? Apakah tidak ada wanita lain diluar sana? Bahkan dengan kekayaan yang anda miliki saat ini hanya dengan menjetikkan jari anda bisa memiliki wanita yang anda impikan" jelas Annya.

Wanita yang aku impikan itu kau Annya,batin Fernan.

"Aku memang bisa melakukan itu tetapi, aku tidak mungkin memanggil jalang untuk diperkenalkan dengan kedua orangtuaku, dan ini baru pertama kalinya aku melihat kedua orangtuaku sangat menerima seorang wanita yang aku bawa kerumah" balas Fernan.

Annya terdiam saat mendengar perkataan Fernan.

"Maaf tuan, saya lelah kalo begitu saya permisi" Annya pun keluar dari mobil Fernan.

Selepas kepergian Annya, Fernan mengacak rambutnya.

"Apakah aku salah mengambil keputusan?" Fernan berbicara sendiri.

Usai bergelut dengan pikirannya Fernan pun menyalakan mobilnya dan keluar dari perkarangan apertement Annya.

.
.
.
.
.
.

Danger BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang