🐥HappyReading🐥
"Jangan pernah memikirkan terlalu jauh masa depan, sekarang focus saja ke masa depan didetik berikut nya."
.
.
.Vero memainkan bola futsal nya ditaman belakang rumah ditemani oleh Mixel. "lo kalo ganteng bagi-bagi napa!" ujar Vero tiba-tiba.
"lah emang gue ganteng?"
"ya enggak juga sih, tapi lo itu punya kharisma berbeda gitu atau jangan-jangan lo pake pellet Xel?" ucapan Vero langsung dihadiahi oleh pukulan bola diperut nya.
"Gile, ngapain gue pake pellet. Charisma itu anugrah buat gue. Ngapain ganteng tapi ngga punya charisma sama sekali. Nol guys."
"lo nyindir gue?"
"sedikit."
"Bangcat!"
"apa, bangcan." Sahutan seseorang membuat Vero dan Mixel menoleh kebelakang.
"eh ada oppa lokal." Sapaan Mixel membuat Agam mendengus.
"lo ngapain disini? Gue udah bayar kan?"
"Udah, thanks ya. Cuma mau jenguk sodara, aja nggak boleh. laknat lo." Agam duduk dekat Mixel. "gimana, udah nonton cewe-cewe plastique nya?"
"plastic-plastik pala lo bullet. Udah dong, gile cantik-cantik banget parah."
"ohh." Jawab Mixel singkat.
"ohh doang?" Mixel mengangguk lalu menepuk pundak Agam,"gue Cuma mau basa-basi aja sih."
"gile,"
"Bodo." Sahut Mixel tak peduli.
Suara getar ponsel membuat mereka diam, ternyata itu ponsel Mixel, ia mengambil ponsel nya dimeja sana. Satu panggilan dari seorang perempuan.
Setelah beberapa menit berbicara ditelepon, Mixel kembali lagi bergabung dengan yang lain.
"siapa?" Tanya Vero kepo.
"cewe gue."
"yang mana nih?" Tanya Agam.
"yang seangkatan."
"ah, si bullet itu."
Vero mendelik, "yang adik kelas nya kemana?"
Mixel menghembuskan nafas kasar, "belum ditembak aja udah pergi."
"aaa Sad bangsat?!"
"mangkanya cari cewe yang bener, tapi gue yakin, tuh cewe nyesel udah pergi dari hidup lo."
"Sotoy!" melempar batu kecil pada Agam.
Agam mendengus sebal, apa yang diucapkan oleh Agam selalu saja diprotes oleh teman-teman nya. Kenapa dengan Agam?
Ditengah keheningan ini tiba-tiba suara kaca pecah membuat mereka terlonjak kaget.
"Suara apa woy ?" gerutu Mixel sambil mengusap dadanya.
Agam ikut menggerutu kesal, "Bangsat emang."
Baru saja Vero ingin ikut bersuara, tapi suara ponsel nya bordering nyaring. Panggilan dari Wendy. Perasaan nya tiba-tiba tidak enak.
"diem! Perasaan gue nggak enak." Vero langsung menempelkan benda itu ditelinga.
Raut wajah nya tiba-tiba berubah khawatir, cemas lalu ia tiba-tiba tertawa keras. Melihat itu Mixel dan Agam saling pandang. Lalu bergidig ngeri. Disaat panggilan berakhirpun Vero masih tertawa.
"ngeri bangsat?!" Agam memegang kening Vero, suhu badan nya hangat tidak panas apalagi dingin.
"perlu diruqiyah nih anak!" Mixel melepar cemilan pada wajah Vero. Vero sendiri tidak menghiraukan ucapan kedua teman nya. Ia malah berlalu meninggalkan mereka.
"eh kurcaci, mau kemana?"
"mau kerumah Wendy, ayo ikut!"
"siap." Mereka menyusul Vero, lalu berjalan mengapit Vero.
Betapa terkejutnya mereka ketika, melihat Wendy tengah menunggu Vero didepan gerbang.
Wendy tersenyum menyambut mereka betiga, "Datang juga." Ujar Wendy polos.
"mana?" Tanya Vero tanpa basa-basi. Wendy terkekeh, lalu berjalan duluan. Ketiga nya mengikuti Wendy dari belakang.
Mereka diajak kelantai dua, tempat dimana kamar nya berada.
"tuh!" Wendy menunjuk pojok ruangan yang kini banyak sekali percahan cermin. Cermin besar disana pecah begitu saja. Oleh siapa lagi, kalau bukan si pemilik rumah.
"Lah lo apain anak kecil?" Tanya bingung Mixel sambil geleng-geleng kepala lalu berjalan melihat kebawah sana.
"Nih ya kak, jadi Wendy kan tadi lagi asik-asik senam nih. Pokok nya lagi semangat-semangat nya."
"Eh wendy nggak tau kalo deket Wendy ada kursi yang ada roda nya. Ketendang lah tuh kursi. Wendy juga mikir emang keras banget ya tendangan Wendy?" Wendy berpikir.
"perasaan Wendy tuh ya kakak -kakak yang ganteng. Tendangan Wendy tuh biasa aja. Atau jangan-jangan gara-gara Wendy abis nonton Naruto, jadi ada aliran chakra yang mengalir dalam tubuh Wendy." Wendy bercerita sangat bersemangat. Bahkan Mixel dan Agam sampai terkekeh geli.
"so amazing gitu kak. Ini mah Wendy harus bener-bener hati-hati kalo nonton Naruto. Takut nanti Kurama yang ada ditubuh naruto pindah ke tubuh Wendy. Bahaya kan kak?" Tanya Wendy kepada ketiga kakak kelas nya itu. Mereka hanya tersenyum- senyum, melihat raut wajah Wendy yang alamiah polos nya.
"Emang si Kurama nya mau ada ditubuh lo?"
"jelas nggak mau lah, ye nggak?" timpal Agam sambil terkekeh.
"ish, hey Wendy itu baik. Mana ada sih yang nggak mau sama Wendy." Ujar Wendy dengan bangga nya.
"ADA?!"
"Siapa?"
"KITA." Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak sudah membuat kesal Wendy. Wendy sendiri menggerutu.
Mereka berempat saling pandang, "jadi sekarang?"
Wendy senyum-senyum sendiri, "Anter Wendy buat beli kaca."
"Ayo lah, siap."
"kemana tapi?"
"ke tempat furniture lah." Mereka semua mengangguk lalu saling pandang lagi.
"Wen," panggil Agam lirih. Wendy menoleh, "ya, kak Agam?"
"Traktiran ya," Wendy tau maksud dari perkataan Agam.
"Okey." Wendy mengangguk lantas tersenyum.
Mereka bertiga tersenyum bahagia.
Wendy hanya perlu membawa dompet nya saja, ia memakai kaos putih kebesaran, juga celana pants pendek sepaha nya. Vero sendiri memakai kaos hitam pendek dengan celama jeans nya. Mixel memakai kemeja kotak-kotak dengan kaus dalam bewarna putih dengan celama jeans hitam. Sedangkan Agam memakai kaos merah dengan celana jeans selutut.
Mereka bergaya dengan cara mereka sendiri.
Tgglup:070320
Ig:@dheaggtt_
"Cepet sembuh mbkWendl:("
KAMU SEDANG MEMBACA
B A D - P A R T N E R || wendy's || END || ✔
Ficção AdolescenteCover by: @kaishe_ Wendy duduk meringkuk disamping tempat tidur nya, siaran langusng nya telah selesai 10 menit yang lalu. Dia sudah berbicara banyak dengan pengemar nya, tiba-tiba satu pertanyaannya muncul dipikiran, apakah dia pantas untuk menjadi...