The Other Side of The Door

1.2K 259 65
                                    

A bit short, but this is crucial. Consider this a bonus chapter, maybe?

***

Kak Yuri hampir gak pernah telepon gue kalo bukan karena sesuatu yang penting. Tapi sore itu tiba-tiba nama dia nongol di hape gue, membuat gue bertanya-tanya sekaligus deg-degan kalau-kalau terjadi sesuatu. 

"Halo, Kak? Kenapa?"

Dibanding sama Seohyun, gue lebih dekat sama Kak Yuri. Seohyun kan judes, galak, sarkas. Kalo ngeliatin orang bikin orang itu langsung ngerasa harus mengakui dosa-dosanya saat itu juga. Sedangkan Kak Yuri lebih santai, lebih friendly. Dia juga yang selalu jadi sumber informasi gue.

Gak terkecuali hari ini.

"Yoona telepon gue sambil nangis," dia memulai cerita. Sampe sini aja jantung gue udah kayak berhenti berdetak. Deretan data di layar laptop langsung terlihat seperti angka-angka gak berarti karena pikiran gue langsung buyar.

Yoona nangis? Kenapa?

"Gue mau dia cerita sendiri detailnya ke lo, tapi karena gue takut kejadian yang dulu keulang, jadi gue at least harus kabarin lo soal ini. Temenin dia ya. Kalo bisa bikin dia cerita sama lo juga, biar dia lebih lega."

Bener-bener telepon yang membingungkan. Jadi Kak Yuri cuma mau ngabarin Yoona lagi gak baik-baik aja, tapi dia gak mau kasih tau gue kenapa. 

Udah gak ada ruang di kepala gue untuk menyelesaikan olahan data yang harus gue serahkan ke pembimbing besok. Di sana cuma ada Yoona, Yoona, dan Yoona. Gue tau dia pasti lagi bergelung di bawah selimut sambil nangis yang entah karena apa.

Rasa-rasanya gue pengen langsung samper dia sekarang juga. Tapi gue sadar, pasti ada alasan kenapa Yoona belum mau cerita ke gue. Dan gue akan nunggu.

Jadi alih-alih menelepon Yoona, gue justru menelepon Kai buat batalin rencana malam ini.

"Ha?" Gini nih vokalis Threesixty kalo jawab telepon. "Ha" doang, gak ada sopan-sopannya sama sekali.

"Gue gak jadi ke tempat lo ya. Besok aja."

"Lah, anjing? Kan datanya diminta besok, goblok!"

Kalo gue jadi Kai juga pasti gue akan ngamuk sih karena besok semua olahan data ini harus dikumpulin. Kalo gak, langkah skripsi kami berdua selanjutnya juga akan mundur lebih jauh lagi. 

Tapi gimana, dong? Gue butuh ketemu Yoona malam ini. Gue harus temenin dia, bantuin dia nyingkirin apapun itu yang lagi ganggu pikiran dia sekarang.

"Sori, nih, penting banget soalnya. Besok pagi banget gue ke rumah lo, serius. Datanya juga tinggal rekap aja kok," kata gue meyakinkan.

Kai berdecak. "Ah, tai lo. Jam 6 belom ke sini, gue hapus nih data lo semuanya."

Anjir sadis.

Setelah bernegosiasi, akhirnya sepakat gue bakal ke sana besok. Biar malem ini gue bisa ajak Yoona jalan-jalan. Syukur-syukur dia mau cerita sama gue dan gue bisa bantu.

Tapi waktu gue buka-buka instagram, sesuatu yang gue temukan membuat gue terdiam lama.

Irene upload instastory isinya foto dia sama Yoona, caption-nya "Biarkan anjing menggonggong aja lah sis." Selain itu, ada juga instastory Suho, dengan foto yang sama tapi caption berbeda. "Prove 'em wrong. You can do it," tulisnya.

Gue gak bodoh untuk gak menangkap maksud dari caption-caption itu. Yoona pasti udah cerita apapun itu ke Irene dan Suho, dua teman terdekat Yoona di kampus.

Ada perasaan asing sekaligus familiar yang tiba-tiba melingkupi. Kenapa sih, Na? Kenapa begini lagi? Kenapa harus aku yang tau belakangan?

Gue gak bisa menggambarkan apa yang gue rasakan sekarang. Marah? Kecewa? Sedih? Entahlah, gue sendiri bingung. Satu yang gue tau pasti, Yoona sekali lagi membiarkan gue jadi orang yang gak tau apa-apa.

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang