Bagian 13

32.1K 1.9K 38
                                    

Aca sedang sibuk dengan keponakan-keponakan tunangannya, bermain dan menyuapi. Tawa Aca kadang menular membuat sanak saudara yang ikut berkumpul ikut tertawa dibuatnya. Nia dan Tio yang ikut berkumpul disana tersenyum mlihat tingkah Aca yang memiliki pembawaan yang ceria, terlebih Aca yang kekanankan ternyata sangat menyukai anak-anak.

Sedang Bagus dan Silfi yang juga berada disana hanya menatap datar tanpa minat, Silfi merasa dirinya benar-benar orang asing disana. Bahkan bukan hanya Nia nyonya besar dirumah itu, api juga seluruh orang yang ada disana selain kekasihnya. Silfi merasa semuanya tak adil, ia memilih mengenggam tangan Bagus yang duduk di sampingnya.

Bagus yang merasa tangannya di genggampun melirik gadis di sampingnnya, kadang Bagus merasa bersalah karena sikap keluarganya pada Silfi. Tapi ia tak bisa memaksakan semuanya, biarlah semua berikap semaunya asal mereka tak memita ia putus dengan Silfi karena Bagus sangat mencintai Silfi.

Hingga Bima datang dan segera duduk di sebelah Aca dan langsung memeluk gadis itu membuat para keponakan yang tengah asik bermain dengan Aca memekik tak suka.

"Awas oom! Ini tante aku." Izal si anak aktif itu menarik baju Bima agar menjauh dari Aca.

"Awas om kita mau main." Ujar salah satu anak perempuan yang kini mendorong Bima, bukannya menyingkir Bima malah semakin memeluk Aca.

"Yeeeh tante Aca punya om tau, om juga mau main. Kalian kan dari tadi, sekarang giliran om."

Anak-anak itu masih mencoba menjauhkan Bima dari Aca, orang dewasa yang melihatnya hanya tertawa sedang Aca yang di peluk Bima hanya tertawa melihat reaksi anak-anak yang terlihat menggemaskan.

"Nggak itu tante Izal, om awas!"

"Yeh gak percayaan, tanya oma tuh sama opa!"

Dan anak-anak itu segera berbalik menatap oma dan opanya yang hanya tertawa.

"Omaaaaa, kata om Bima tante Aca punya om?"

Nia dan Tio saling lirik, kemudian keduanya menatap Bima yang masih memeluk Aca sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Iya, tante Aca kan punya nya Om Bima." Dan detik selanjutnya anak-anak itu dengan serempak menangis bersamaan. Bima tertawa senang sedang Aca hanya menggelenkan kepalanya.

"Haha sukurin- aduh." Bima mengusap kepalanya yang terkena jitakan sayang dari sang tunangan.

"Bikin anak orang nangis aja, sana geser." Aca mendorong pundak Bima agar menjauh. Bima hanya menurut sambil terus tersenyum, ia sangat senang melihat wajah kesal tunangannya.

"Huaaaa tante." Dan Izal lah yang paling terpukul atas pernyataan bahwa Aca milik Bima, oke anak itu tak berhenti menangis meski sudah di bujuk oleh kedua orang tuannya juga Nia dan Tio yang merasa bersalah.

Aca yang merasa kasihan pun segera berdiri dan menghampiri Izal dan menggendongnya, Aca mencoba menenangkannya hingga akhirnya Izal berhenti menangis dan malah mengajak Aca ke taman belakang dan segera di angguki Aca.

Sanak sodara memilih berpencar, dan akhirnnya meninggalkan anggota keluarga Argama disana. Nia dan Tio yang masih duduk di tempatnya menatap putra bungsunya yang tengah asik dengan ponselnya, sedang Bagus dan Silfi hanya diam. Bingung harus berbuat apa hingga suara Nia mengalihkan semua perhatian orang-orang yang ada disana.

"Aca itu emang dari dulu suka banget sama anak kecil ya? Mami suka sama perempuan yang suka anak kecil, sifat keibuannya kelihatan banget." Nia melirik sinis kearah Silfi.

"Mbak Aca gak punya adik tapi bisa ngurus anak kecil mi." ucap Bima kemudian.

"Aca itu emang gadis yang baik, beruntung kamu punya pendamping kayak dia." Lagi, Nia menatap sinis Silfi. Bagus yang menyadari tatapan ketidak sukaan Maminya terhadap kekasihnya pun menegakkan duduknya.

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang