Langit menangis, begitu pula denganku.
Aku mengangguk-angguk pelan mengikuti irama lagu Zico yang tersalur melalui kedua headphone ku. Butir demi butir kata tergores diatas selembar kertas di hadapanku. Aku begitu tenggelam dalam kegiatan menulisku hingga tak menyadari waktuku di perpustakaan telah usai jika tak mendengar teguran halus dari pustakawati yang sedang bertugas.
"Permisi, maaf dik tapi perpustakaan sudah mau tutup" ujar nya setelah menepuk bahu ku pelan. Aku menoleh, "Ah iya, makasih kak" balasku lalu menyimpan semua alat tulisku dan mengembalikan buku yang ku ambil pada keranjang yang telah disediakan. Setelah berpamitan pada kak Maya, aku melangkah tenang menuruni anak tangga perpustakaan.
M o o n 🌚
Yesterday
| Okay, I'll pick u up tmrwKkk thx uwu|
G'nite moon 💕|| G'nite sunshine 💕
10.00 PMToday
Kak |
Aku udah selesai |
Sent
06.06 PM
JRAAAASSHHHAku tersenyum. Hujan selalu menjadi cuaca favoritku. Terlepas dari semua paradigma yang tersemat padanya, hujan akan selalu menjadi satu dari sedikit hal yang dapat melukis senyum tipis pada wajahku.
Ddrrtt
"Baram bureo nae oseul geondeureo~ barammagi hudeuleul geolcheyo~"
Terburu-buru kuraih ponselku, berharap dia lah yang menghubungiku. Namun binar mataku meredup saat membaca nama pemanggil yang tertera.
Ayam Presto 🐔 is calling
"Halo kak?"
"Udah selesai?"
"Hm udah"
"Pulang gimana?"
"Kak Chandra-"
"Jangan pergi sama dia. Gue jalan sekarang"
"Loh?-"
TUUT TUUT TUUT
Aku mengernyit heran. Apa yang salah dari kak Chandra? Dia tidak terjangkit virus dari Wuhan yang sedang viral itu kan?
Sebuah tepukan halus menyadarkanku dari lamunan. Aku menoleh, mendapati wajah yang separuh tertutup masker hitam, menyisakan sepasang mata serupa kucing yang dinaungi sebuah topi dengan warna senada masker dan pakaiannya. Jemari lentiknya menarik turun masker yang menutupi wajahnya, menampilkan senyum menawan yang melahap habis kedua matanya.
"Masih disini dek?" Tanya nya seraya melepas Airpods yang bertengger pada kedua telinganya. Kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung jaketnya, menghalau dingin yang berhembus. Aku mengangguk sebagai balasan. "Masih nunggu kak Chandra Ce, Cece kenapa masih disini?" Aku balik bertanya padanya, menolak dengan halus uluran permen yang ia berikan.
"Gue nunggu si Sam, disuruh kesini katanya mau diajak jalan. Udah dari tadi gue nunggu ga nongol-nongol tu anak" balasnya seraya menggerutu. Aku hanya tertawa. "Koko Sam emang biasa gitu ce, sabar aja" "Iya tuh, kebiasaan. Masih gue pantau, belom aja gue slepet itu idung" "Hahahaha"
Tak lama berselang, deruman mobil terdengar mendekat. Kami berdua melongok, dan mendapati wajah Koko Sam terpampang lebar dengan cengiran khasnya yang konon katanya mampu menumbangkan 99% wanita seantero sekolah. Kenapa 99%? Karena 1% nya adalah diriku, Cece Lu, dan Cece Ruel-sepupu nya. Tapi sepertinya Cece Lu harus dicoret dari daftar, karena saat ini sepertinya mereka berdua sedang dalam fase PDKT.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Dawn Breaks
FanfictionHanya imajinasi liar di tengah insomnia. Selamat membaca