GABIN | 2

41 3 0
                                    

( Pesona Lain )

Nala mengendarai motor maticnya
menuju pulang ke rumah. Ia menepikan motor ketika sudah sampai di pekarangan, motornya ia parkir di bawah pohon. Terlihat mamanya sedang melayani pembeli.

"Eh, Nala! Habis ganti baju langsung makan ya! Mama udah masakin makanan kesukaan kamu," ucap mamanya, sambil memasukkan beberapa gorengan ke dalam kantung plastik.

Nala menggangguk sambil tersenyum menanggapi perintah sang mama. Ia berlalu memasuki rumah, melepas sepatu dan kaus kaki, lalu menaruhnya di rak sepatu.

"Oiya, Nal! Tadi ada kiriman paket buat kamu, " ucap mamanya melongok dari balik pintu. Nala menegang.

"Mama buka? " tanyanya was-was.

"Enggak, mama taruh di atas meja belajar kamu. " Nala langsung berlari menuju kamarnya, tidak lupa ia mengunci pintu terlebih dahulu. Ia menatapi sebuah paket yang masih terbungkus rapi dengan plastik dari kantor kurir. Tanpa membaca nama pengirimpun, Nala sudah tau siapa orangnya.

Perasaan tidak enak menjalar di seluruh permukaan kulit Nala, kedua tangannya gemetar, ketika membuka bungkusan plastik. Memperlihatkan sebuah kotak berwarna merah. Keringat dingin tiba-tiba membasahi pelipisnya, jantungnya pun sudah berpacu dengan cepat. Dengan sangat perlahan ia membuka kotak tersebut.

Napasnya tercekat kala melihat isi di dalamnya, air mata yang sedari tadi membendung di pelupuk turun membasahi pipinya. Dengan tangan yang bergetar, Nala meraih sebuah foto di dalam kotak itu. Tangannya yang lain menutup mulutnya. Perasaan jijik meliputi dirinya.

Kakinya yang lemas membuat Nala terduduk di lantai. Ia meremas foto di tangannya dengan kuat, dan mulai terisak. Nala menenggelamkan wajahnya di antara lutut. Berusaha meredam isakan, agar tidak terdengar hingga keluar.

Tidak lama handphonenya berbunyi, menandakan ada chat masuk dari whatsapp. Nala mendongak mengambil benda mati itu dari dalam tas. Napasnya tertahan menatap nomor sang pengirim, ada tiga chat dari orang tersebut yang berisi:

Suka sama fotonya?

Gimana kalo foto itu gue sebar di medsos?

Ingat, jngan pernah block nomor gue, lo bakalan tau konsekuensinya!

Gila, Nala bisa gila hanya karena tiga chat dari orang yang paling di bencinya. Ia mematikan data dan menghempaskan hp kesamping. Foto di tangannya semakin di remas hingga tak berbentuk, tidak puas sampai disitu, ia kembali menyobek menjadi potongan kecil lalu membakarnya.

Nala takut dengan ancaman orang itu, ia tidak mau dipermalukan untuk kedua kalinya. Ia memukul dadanya yang terasa sesak. Wanita ber-umur 17 tahun itu sungguh membenci hidupnya, rasanya ia sangat ingin mengakhiri hidup sekarang juga. Ia sungguh membenci wanita yang ada di dalam foto itu, seorang wanita tanpa busana. Yang tak lain adalah dirinya sendiri.

***

Alzi, yang saat itu tengah asik bermain PS di kamar, terusik oleh panggilan yang terus masuk dari hp nya. Cowok berkaus hitam itu berdecak. Menerima panggilan dengan malas.

"Apa? " sahutnya, tanpa ucapan 'hallo' terlebih dulu, atau kalimat basa-basi lainnya. Sedangkan orang yang berada di ujung sambungan sontak menjauhkan hp di genggamannya dari daun telinga.

"Santuy, Bosque. Lo di mana?" Alzi mendengus, merasa kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu.

"Rumah, " jawabnya singkat. Sambil meletakkan hp di atas karpet bulu yang sedang ia duduki. Tak lupa ia menekan tombol loodspeaker.

"Gue di tempat biasa nongkrong. Lo buruan ke sini. "

"Nggak, males. " tolak Alzi, ia kembali berkutat dengan stik-PS di tangannya.

"Gue dapet info cewek tadi. " kata-kata itu sukses membuat Alzi menghentikan gerakan tangannya pada stik-PS.

"Penting buat gue? " tanya Alzi, berusaha terlihat biasa saja.

"Eh, kampret. Lo nanya gue tadi di sekolah. Sini dah lo! " di seberang sana Genta bersungut marah. Alzi berdecak malas.

"30 menit. " ucapnya sambil mematikan sambungan telepon. Dengan malas Alzi mengambil jaket dari dalam lemari, mengganti celana pendeknya dengan celana jins panjang.

30 menit tepat, Alzi sampai di tempat yang dimaksud Genta. Kedatangannya mengundang perhatian para cewek pengunjung cafe, ada yang sedang berbisik-bisik, membicarakan tentang ketampanannya.

"Awas aja lo kalo infonya nggak akurat! " ancam Alzi, sebelum mendudukkan bokong nya di kursi samping Genta.

Genta tersenyum penuh arti. "Ngebet banget lo, ya, sama tu cewek? " wajah jail Genta, membuat Alzi mendengus kasar.

"Nggak lah! " elaknya, namun semakin mengundang rasa curiga Genta.

"Jadi gini—"

"Apaan, " Semprot Alzi.

"Et-dah. Belom selesai ngomong ini gue, maen semprot aja lo, kek air. "

"Nama dia Nala, anak pindahan, kelas XII IPA 4. " tambah Genta menatap Alzi dengan serius.

Pantas saja Alzi baru pernah melihat wanita itu. "Itu aja? "

"Ngg ... Dia mantan sepupunya Wiwid sih katanya. "

Mendengar nama rivalnya itu disebutkan membuat Alzi gerah. Cowok itu menyeruput jus melon milik Genta tanpa permisi.

"Zi, lo seriusan suka sama dia? Gelagat lo aneh banget dah," Genta menyilangkan tangannya di depan dada, sambil menatap lurus ke arah Alzi.

"Ya, nggak lah, kampret. Udah ah gue mau balik. " Alzi berdiri, menimbulkan suara berderit pada kursi yang ia duduki.

"Eh, eh. Mau kemana lo! "

"Pulang! males banget gue muka lo mulu yang di liat tiap hari. "

"Dasar teman lucknut. " maki Genta. Ia semakin yakin bahwa sahabatnya itu mulai menyukai wanita. Tentu saja Genta menyebut seperti itu, pasalnya selama dia bersahabat dengan Alzi, cowok itu tidak pernah terlibat asmara dengan siapapun. Ada banyak yang mendekat, tapi Alzi menolak.

***

"Perpus, halaman belakang sekolah, sama toilet cewek. Nala sering pergi ketempat itu, kalo lo mau ngedeketin dia. "

Suasana kelas sedang ramai-ramainya, namun suara Genta masih terdengar jelas di telinga Alzi. "Dapet informasi dari mana lo? " tuding Alzi, yang mendapat toyoran dari Genta, jika yang melakukan itu orang lain. Percayalah, orang itu pasti sudah tersungkur di lantai.

"Yee, lo, mah dikasih info gitu amat sama gue. Ini info 100% terpercaya, gue-kan punya banyak wawasan, " di saat Genta menyombongkan diri, Alzi bangkit berdiri, mengecek jam di tangannya. Masih ada beberapa menit waktu istirahat sebelum lonceng masuk berbunyi.

Entah apa yang sedang dilakukan Alzi sekarang, namun langkahnya begitu mantap berjalan menuju halaman belakang sekolah. Aneh memang, cowok itu bingung, dari sekian banyak cewek cantik di SMA Cempaka, hanya yang satu ini membuatnya begitu penasaran.

Alzi menghentikan langkahnya, di kejauhan ia melihat seorang gadis yang tengah duduk sendiri di bawah pohon. Alzi mengenal punggung gadis itu, gadis yang ketika ia mintai pertanggung jawaban, kabur begitu saja. Langkahnya membawanya semakin mendekati gadis yang tengah membaca novel itu.

Gadis itu menoleh kebelakang, menyadari kehadiran Alzi. Namun hanya beberapa detik, karena detik selanjutnya, ia sudah berdiri, dan bersiap untuk pergi.

"Tunggu! " suara Alzi menginterupsinya. Gadis itu masih setia membelakangi.

"Lo masih punya utang sama gue! Dan gue nggak mau tau, lo cuma punya dua pilihan. Berdiri di samping gue, atau hidup lo nggak bakalan tenang sekolah di Cempaka! "

Ancaman itu membuat Nala membalikkan tubuhnya secara tiba-tiba, menatap cowok di depannya dengan muka datar. Alzi terpaku sesaat, ketika rambut panjang yang menutupi setengah dari wajah Nala itu berterbangan terbawa angin. Wajah cantik nan manisnya terlihat cukup jelas, pesona lain dari gadis aneh itu, benar-benar membuat Alzi tidak puas, jika hanya sekadar menatap.

GABINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang