Menyimpulkan bahwa seseorang itu setia padamu bukan tentang seberapa lama dia bersamamu tapi tentang seberapa peka dia tentang perasaanmu
__________________
Selamat membaca bagi para readers baru dan readers lama. Semoga kalian suka cerita ini
-
-
Terima kasih yang sudah memberi vote ☆.
-
-
Menerima kritik dan saran. Dan jika ada yang ingin ditanyakan kolom komentar 💌 terbuka untuk semua, terima kasih.SELAMAT MEMBACA🤗
☆
☆Flash back on
Haruto pov
Hari ini aku dan mamah memutuskan untuk mengikuti Kak Jennie. Sebenarnya aku tak ingin tapi mamah memaksaku untuk ikut. Akhir akhir ini mamah khwatir dengan sikap aneh Kakak dia jadi cenderung berdiam dikamar seharian.
Kami mengikutinya hingga dia berhenti disebuah mall yang cukup besar di New York.
Mamah terus menggenggam tanganku, aku melirik kearahnya entah perasaan apa tapi aku merasa bahwa aku tak bisa lagi melihat wajahnya.
Mamah mengajaku bersembunyi dibalik tembok besar. Mata kami tertuju pada Kak Jennie yang sedang berbicara pada dua orang yang sepertinya mereka adalah sepasang suami istri.
Kami tertegun mendengar ucapan Kak Jennie yang bilang bahwa wanita itu adalah istri Kak Hanbin. Tapi, kenapa wanita itu bersama dengan seorang pria lain.
"Ii..iya siapa lagi, kau kan sudah menikah tapi kenapa kau jalan dengan pria lain?" Tanya Kakak namun dapat dilihat dari raut wajahnya bahwa dia merasa kesal
"Menikah? Oh Lis akau sudah menikah mengapa tak mengundangku?" Tanya pria yang berdiri disamping wnaita yang kakak bilang bahwa dia adalah istri Kak Hanbin.
"Ezra sudah diam! Tidak ini saja sudah cukup untukku" ucap wanita itu
"Kau kan istri Hanbin"
"Hanbin? Tidak dia bukan suamiku, suamiku adalah Ezra, Hanbin adalah sahabat sekaligus pasienku"
"Pasien?"
"Hanbin pasienku dia mengidap liver sejak 3 tahun yang lalu"
Mamah dan aku langsung saling menatap satu sama lain. Kami benar benar tak percaya bahwa Kak Hanbin mengidap penyakit mematikan seperti itu.
Mataku melihat Kak Jennie yang sedikit demi sedikit memundurkan langkahnya dan berbalik lalu lari keluar dari mall. Mamah dan aku langsung panik kami berdua menyusulnya.
Namun saat kami ingin menyebrang karna panik aku tak melihat kekiri dan kekanan dulu aku berlari menyebrangi trotoar dan saar itu sebuah mobil melaju kencang kearahku. Saat itu aku hanya bisa menutup mataku. Jarak mobil yang sangat dekat tak memungkinkan untuk aku berlari.
Brak
Bukan hantaman keras yang kurasakan tapi justru aku merasa bahwa diriku terdorong oleh tangan seseorang.
Badanku tengkurap diatas pinggiran jalan, dengan tatapan sendu aky melihat kearah sekerumunan orang yang, aku berdiri dan berjalan dengan gontai kearah sana.
Saat aku melihat siapa yang sedang dikerumuni itu. Seketika badanku melemas dan ambruk disampingnya.
"Mama" aku memegangi tangan mamah. Mamah membuka matanya dengan lambat dia tersenyum manis padaku.
"Sa..sayang bagi seorang ibu kebahagiaan dan keselamatan putra putrinya adalah nomor satu dihidupnya. Dan sekarang lihat mamah sudah mewujudkan itu mamah sudah menyelamatkanmu dan setelah ini mamah ingin membahagiakan kakakmu. Ijinkan mamah menyusul papah nak. Relakan hati mamah untuk Hanbin. Dia pria baik. Kau jangan sedih karna hati mamah, mamah berikan untuk orang lain. Setidaknya mamah bisa melihat kalian bahagia dan kau akan terus merasakan hangatnya hati mamah karna nantinya hati itu akan menjadi bagian ditubuh Hanbin"
Aku menangis sejadi jadinya saat darah terus mengalir deras dipelipis dan perut mamah. Ucapan mamah tadi benar benar membuat hatiku remuk berkeping keping kini matanya tak terbuka lagi. Aku yang sudah tak tahan lagi menahan pusing dibelakang kepalaku akhirnya amburk terkapar ditrotoar setelah itu akau tak bisa mengingat apa apa lagi.
Flashback on.
Sampe sini paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You J [Tahap Revisi]
Fanfiction"Tidak, Jennie aku tidak mencintaimu" "Hanbin kau mencintaiku, kau sangat mencintaiku" Satu yang sangat Hanbin butuhkan dalam hidup, waktu. Iya waktu agar dia bisa lebih lama mencintai Jennie. Dan satu yang Jennie sesali bahwa dia tidak pernah mau m...