36. Kembali

408 43 14
                                    

Hepi reding yaww...


Plan tidak tinggal diam pergi mengejar Mean

"dan kau sudah merasa menghargai seseorang? Setelah mengatakan banyak hal kau pergi begitu saja?" Plan bertanya dengan berani

"kau ingin bertarung?" tanya Mean

"kau pikir aku takut!"

"kalian bisa pergi bertarung diarena tanpa mengotori lantai" P Un hadir diantara mereka dan mendapat tatapan tajam "maksudku kalian bisa menyelesaikan urusan rumah tangga dikamar. Tempat yang pribadi" P Un dengan nakal mengedipkan sebelah matanya dan pergi.

"maksudmu ini?" Plan bertanya dengan lembut setelah mengeluarkan sesuatu ditangannya benda bulat sangat indah seperti kristal mengulur pada Mean kemudian Plan tersenyum manis sedangkan Mean terpaku setelah beberapa kejadian Mean sama sekali tidak memikirkan benda tersebut dan menatap Plan

"aku tidak tahu ini disiapkan untuk siapa tapi setelah semua yang kau katakan aku tidak akan bertanya lagi jadi...apa yang harus kita lakukan pada benda ini?" Plan memainkannya di udara

Mean tidak berkata apa-apa mengambil isi benda tersebut setelah merebut dari tangan Plan. Sebuah cincin sederhana yang sesuai dengan selera Plan dan Mean paling tahu apa yang disukai oleh Plan. Lalu menarik tangan Plan hendak menyematkan cincin tersebut tapi Plan menarik tangannya kembali.

"setidaknya katakan sesuatu" ucap Plan meletakkan tangannya didagu berpura-pura serius membuat Mean tertawa tetap menarik paksa tangan Plan menyematkan langsung cincin indah itu pada jemari yang pas.

"aku sudah mengatakan semuanya" setelah mengatakan dan cincin tersemat Mean menatap tangan Plan digenggenggamnya lalu beralih menatap Plan perlahan tapi pasti Mean membawa tangan Plan kebibirnya mengecup sayang dan menarik Plan kedekapannya perasaan yang tidak bisa Mean simpan. Hatinya lega dan senang.

Mean menatap Plan penuh puja, entah bagaimana Plan terlihat sangat mempesona saat ini sepersekian detik Mean mendekat memberanikan diri untuk mengecup bibir Plan mereka yang hanyut dengan perasaan kegembiraan. Mean terpaksa menghentikan ciuman setelah Plan menepuk bahunya kesadaran yang masih menguasai tapi itu salah...

Setelah mereka sama-sama menghirup udara Mean maju dan Plan mundur terduduk ditempat tidur Mean dengan pelan menindih tubuh kecil itu tidak sepenuhnya mereka kembali berciuman tangan Mean dengan nakal menjelajah kepinggang Plan meremas tempat itu dan...

"auch" Plan meringis seolah tersadar menatap Mean dengan jelas berada diatasnya juga posisi tangan Mean saat ini rasa sakit dan ingatan masa lalu kembali melintas begitu saja ketakutan itu jelas mendorong Mean kasar dan meringkuk ke sisi tempat tidur dadanya sesak

"tidak..tidak..!"

Mean kaget dan hendak mengupat Plan tapi setelah melihat keadaan anak itu persis seperti terakhir kali dan Mean mengingat bagaimana P Terth menenangkan Plan melakukan hal yang sama. Memeluk dan membisikkan kata baik-baik saja.

Pagi hari Plan terbangun sedikit menggerakkan badan meringis karena ngilu dibagian pinggangnya ada selimut tebal yang menutupi tubuhnya Plan mengigat kejadian semalam tapi tidak ada tanda-tanda orang tersebut sebelum pintu terbuka dan disana Mean yang membawa sarapan.

Cup!

"selamat pagi" ucap Mean lembut setelah mencium kening Plan dan mengambil tangan Plan yang tersemat cincin "indah" ucapnya

Plan menarik tangannya dan berdehem saat ini Plan sedang malu seperti remaja pada umumnya

"kau merona" ditambah Mean yang menggoda

"kau gila" Plan turun dari tempat tidur melarikan diri kekamar mandi

Kini mereka menikmati sarapan bersama Plan sedari tadi menunduk tidak berani menatap Mean langsung.

"tentang Mr. Cuthbert..."

Tak!

Suara sendok beradu dengan piring. Plan meletakkan sendoknya sampai Mean menatap "izinkann aku memikirkannya sebentar" ucap Plan lembut tapi penuh permohonan

Mean mengangguk tidak bertanya kenapa mengusap tangan Plan yang ada diatas meja "kau bisa memilikinya tapi aku berharap ini menjadi kenyataan" Plan mengangguk. Setelah sarapan Mean pergi untuk kekantor dan Plan masih diizinkan untuk beristrahat. Serasa Mean sudah pergi Plan dengan ragu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang

Plashback sebelum keberangkatan P Terth

"ini nomor P jika kau membutuhkan bantuan tolong hubungi P" P Terth merasa sangat khawatir harus kembali dan meninggalkan Plan tapi tidak ada yang bisa laki-laki itu lakukan jalan mereka sudah berbeda

Hiks..

Plan menangis tentu saja harus merelakan kepergian orang yang selama ini diharapkannya. Apa definisi keikhlasan, merelakan sebenarnya?

P Terth memeluk Plan untuk terakhir kalinya sebelum mereka benar-benar terpisah

"halo"

Plan terkejut dan menarik nafasnya dalam "P Terth" ucap Plan lembut

"ia, P tahu. Ada apa?"

"ehm...tidak...P apa kabar?"

"katakan" ucap P Terth lembut membuat Plan langsung menutup mulutnya untuk menahan tangis P Terth selalu tahu tentang dirinya bahkan lebih dari itu

"aku tidak ingin membuat P khawatir"

"P sudah khawatir jadi katakan. Ada apa?"

"untuk pameran Mean menemukan orang dan melakukan banyak hal tapi...aku merasa ini bukan waktu yang tepat" Plan mengatakannya dengan tanpa semangat

"itu kabar bahagia tapi kenapa kau tidak bersemangat?"

"orang itu...suami mama" ucap Plan berkaca-kaca

Hiks

"apa yang harus aku lakukan P? Wanita itu kembali dengan orang lain dan mungkin bukan aku alasannya. Dia sudah memutuskan untuk pergi seharusnya dia bisa pergi selamanya tidak kembali tidak apa. Aku sudah terbiasa sendiri jika akhirnya aku tidak memiliki siapapun (ortu) tidak masalah"

Bohong!

Hiks

P Terth terdiam membiarkan Plan menumpahkan kesedihan dan tangisnya sebentar. Kemudian...

"kau paling tau bahwa kau merindukan mereka" ucap P Terth

"tidak! Siapa yang merindukan mereka?!" Plan menyangkal

"Plan... dengarkan P. Mama kembali mungkin dengan niat baik berdamai untukmu. Jadi bicaralah dengan mama secara baik-baik"

"itu tidak mudah P. Mereka yang sudah melepaskan tanganku lebih dulu" Plan kembali mengingat bagaimana ia ditinggalkan

"mereka yang sudah memilih untuk pergi mereka yang sudah mengabaikan aku mereka yang tidak berkabar dan mereka penyebab aku semenderita ini. Siapa mereka berani untuk datang? Mereka tidak pernah berfikir bagaimana sakitnya aku P!"

Hiks hiks...

Bak!

Setelah itu Plan membanting ponselnya kelantai seolah dunianya ikut hancur seperti ponsel tersebut. Emosi yang menguasai Plan siap melampiaskan.


Bersambung...

Btw...aku harap setiap part kalian bisa dapat feel bacanya. Nggak Cuma sekedar baca tapi juga ada hal positive yang kalian dapat. Makasih

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang